Bab 9: Beda Nasib

"Terima kasih, Pak. Nanti jemput aku jam empat sore, ya!" pinta Rima.

"Baik, Bu," jawab Pak Joko, sopir pribadi Rima.

Sopir yang mengantarkan Rima baru saja pergi membawa mobilnya. Rima menatap rumah sederhana yang ada di daerah pinggiran kota. Rumah itu dulu sempat menjadi tempat kosnya saat masih kuliah. Ia sedikit ragu memastikan apakah rumah itu merupakan alamat yang benar karena agak berbeda dengan yang dulu.

Tok tok tok

Rima mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita seumuran dirinya terlihat membuka pintu. Penampilannya terlihat lusuh seperti baru saja melakukan pekerjaan rumah tangga sampai membuat baju yang dikenakan kumal serta rambut yang sedikit berantakan.

"Ah, Rima!" sapa wanita itu terkejut. Ia mengelap keringat yang ada di dahi dengan ujung bajunya.

Wanita itu adalah Yunita, anak dari pemilik rumah yang dulu Rima tempati. Memang, sebenarnya rumah itu bukanlah tempat kos. Yunita yang merupakan sahabat baik Rima hanya kasihan dengan nasib sahabatnya yang hidup sebatangkara di kota tersebut.

Yunita menawarkan Rima untuk tinggal di rumahnya. Karena Rima tidak enak hati jika menumpang tinggal, ia membayar biaya sewa kepada ibu Yunita setiap bulan.

Biaya sewa tak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang diberikan Yunita dan keluarganya terhadap dirinya. Bahkan Rima sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh ibu Yunita, apa yang mereka makan itulah yang Rima makan.

Rima sudah tidak punya orang tua sejak SMP. Ia tinggal bersama keluarga pamannya sampai lulus SMA. Ia tak tahan dengan sikap bibinya yang suka seenaknya sendiri menyuruh dirinya melakukan semua pekerjaan rumah.

Saat kuliah, ia memutuskan pergi dari rumah pamannya dan memulai hidup mandiri. Ia membiayai kuliah dengan uang hasil kerjanya dan juga tabungan dari hasil warisan yang ditinggalkan ibunya.

Beruntung ia bertemu dengan lelaki sebaik Arjun. Lelaki itu mencintai dirinya secara tulus tanpa memandang latar belakangnya. Hidupnya menjadi lebih sejahtera setelah menikah. Apalagi dia juga bisa menjadi salah satu manajer di restoran milik keluarga Arjun.

Kehidupannya yang berkecukupan ternyata berbanding terbalik dengan Yunita. Sahabatnya itu memiliki kehidupan yang miris, lebih buruk dari sebelumnya.

Semenjak menikah dan sibuk bekerja, Rima sangat jarang bisa bertemu dengan Yunita. Ia tidak tahu kalau kehidupan Yunita sampai bisa separah itu. Bahkan rumah yang ada di hadapannya sekarang mulai reyot seperti tidak pernah direnovasi.

"Rima, ayo masuk!"

Ajakan Yunita membuyarkan lamunan Rima. "Ah, iya. Ayo masuk," katanya.

Rima melangkahkan kaki memasuki halaman rumah yang tampak kumuh penuh dengan sampah dedaunan kering yang berserakan. Dinding tembok berwarna lusuh serta banyak retakan seperti mau roboh.

"Maaf, ya, rumahku berantakan," ucap Yunita yang terlihat sungkan mempersilakan Rima masuk ke dalam rumahnya. Penampilan Rima yang sekarang sangat modis dan cantik seperti wanita sosialita.

Pemandangan di dalam rumah itu juga terlihat sangat kotor seperti gudang yang tak terawat. Padahal dulu menurut Rima itu merupakan rumah yang sangat layak untuk ditinggali.

Bahkan kursi yang harus diduduki juga masih sama seperti dulu. Bedanya, kondisi kursi itu saat ini sudah lusuh dan rusak.

Sepertinya semenjak ibu Yunita meninggal rumah itu telah kehilangan nyawanya. Ia penasaran kenapa Yunita sampai bisa seperti itu.

"Seadanya ya, Rima. Kamu tidak menghubungi aku kalau mau datang."

Yunita membawakan secangkir teh dan dua toples camilan untuk disajikan di hadapan Rima.

"Kamu tidak perlu repot-repot, Yun. Aku kan bukan orang lain," kata Rima.

"Iya, karena kamu sudah aku anggap sebagai saudara makanya aku tidak enak memberimu jamuan seadanya."

Keduanya saling bertatapan dan bertukar senyum. Masing-masing dari mereka memiliki pikirannya sendiri terhadap orang yang ada di depannya.

"Oh, iya. Kamu ternyata sedang hamil ya, Rim, selamat!" ucap Yunita setelah menyadari kondisi perut Rima yang membesar.

"Makasih, ya. Aku empat tahun menikah dan baru bisa hamil," katanya sembari mengelus perut.

"Sudah berapa bulan?" tanya Yunita.

"Jalan delapan bulan."

"Oh, berarti sebentar lagi lahiran, ya! Mudah-mudahan semuanya bisa lancar."

"Terima kasih doanya." Rima hanya bisa tersenyum mendengar doa dari Yunita. "Kamu sedang apa tadi? Sepertinya kedatanganku mengganggu pekerjaanmu," tanyanya.

"Ah, tidak ... Aku baru selesai mencuci pakaian. Aku juga sudah menjemurnya. Makanya pakaianku jadi sedikit basah, kan?" Yunita menjawab itu dengan nada bicara seperti yang dipaksakan ceria. Sebenarnya ia merasa canggung dan sungkan berhadapan dengan Rima yang sekarang sudah beda kelasnya dengan dirinya.

"Kamu sudah menikah apa belum, Yun?" tanya Rima.

"Hahaha ...." Yunita tertawa mendengar pertanyaan Rima. "Kamu ini ada-ada saja. Mana ada orang yang mau dengan wanita miskin sepertiku," ujar Yunita.

"Tapi, Mas Arjun mau denganku," tukas Rima. Ia tidak setuju jika status ekonomi menjadi halangan untuk mendapatkan pasangan hidup.

Raut wajah Yunita berubah muram. "Kalau kamu kan beda, Rim. Meskipun kamu yatim piatu, menurutku itu lebih baik dari pada memiliki seorang ayah," kata Yunita.

Rima sampai lupa jika Yunita masih memiliki ayah. Setahu dirinya, ayah Yunita bekerja sebagai preman pasar yang hobi judi dan mabuk-mabukkan. Jadi, Yunita bisa bertahan hidup berkat ibunya yang bekerja sebagai penjahit di sebuah butik cukup terkenal di sana.

"Apa ayahmu masih sering membuat masalah?"

Yunita mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari Rima. "Hutangnya banyak dan yang selalu ditagih adalah aku. Kayaknya sampai aku mati kerja juga tidak bakalan bisa melunasi hutang ayahku."

Ia menghela napas dalam-dalam. Mengingat kelakuan ayahnya yang keterlaluan membuat ia selalu ingin emosi. Namun, ia kembali mengingat bahwa bagaimanapun juga lelaki itu tetap ayahnya. Ibunya juga dulu bisa bersabar sampai akhir hayatnya.

"Kenapa sih kamu tidak pergi saja, Yun ... Itu kan bukan tanggung jawabmu?" Rima yang hanya melihat saja kesal.

Yunita hanya tersenyum. Ia tahu jika dirinya tidak mau mencicil hutang, maka ayahnya akan menjadi mayat. Ia masih berharap jika suatu saat ayahnya bisa berubah menjadi lelaki yang bertanggung jawab.

"Sudahlah, Rim, ini memang tanggung jawabku juga," kata Yunita pasrah. "Oh, iya. Bagaimana dengan ibu mertuamu?" tanyanya.

Awal-awal menikah Rima masih dekat dengan Yunita. Ia menceritakan sikap mertuanya yang biasa-biasa saja meskipun dia hanya orang biasa. Namun, beberapa bulan setelah menikah Rima tak kunjung hamil, ibu mertua bersikap tak peduli padanya.

"Sejak aku hamil dia jadi baik hati, Yun," kata Rima.

"Oh, syukurlah. Aku turut senang melihat hidupmu bahagia seperti sekarang."

Rima tersenyum kaku mendengarkannya. Yunita tidak tahu permasalahan apa yang kini menghinggapi dirinya sampai tidak berani bercerita kepada siapapun. Mungkin dari luar kehidupannya terlihat membuat iri orang lain. Namun, di baliknya ada banyak tangisan yang harus ia tumpahkan.

🤎

🤎

🤎

Terpopuler

Comments

Nicholas

Nicholas

Thor kelanjutan yang Menikahi Sultan Qatar mana Thor? 😢

2023-03-08

0

Lie Hia

Lie Hia

semua hidup ada masalah, cm masalahnya beda2...baik yunita maupun rima

2023-03-08

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2 Bab 2: Benih yang Tumbuh
3 Bab 3: Baby Shower
4 Bab 4: Mertua Bejat
5 Bab 5: Kamar Baru
6 Bab 6: Bibit Kecurigaan
7 Bab 7: Sinyal Kebohongan
8 Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9 Bab 9: Beda Nasib
10 Bab 10: Iri Hati
11 Bab 11: Permintaan Perpisahan
12 Bab 12: Jangan Lupakan
13 Bab 13: Kepergian Mertua
14 Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15 Bab 15: Kepanikan Arjun
16 Bab 16: Bertemu Yunita
17 Bab 17: Hutang Fiktif
18 Bab 18: Pesan Mesra
19 Bab 19: Frustasi
20 Bab 20: Amarah
21 Bab 21: Yunita di Klab Malam
22 Bab 22: Akibat Mabuk
23 Bab 23: Melahirkan
24 Bab 24: Baby Renjun
25 Bab 25: Perasaan Arjun
26 Bab 26: Meyakinkan Hati
27 Bab 27: Memilih Pengasuh
28 Bab 28: Kesepakatan
29 Bab 29: Baby Sitter
30 Bab 30: Kepulangan Mertua
31 Bab 31: Perjalanan Pulang
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34: Pandangan Yunita
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Extra Part
87 Papaku Seorang CEO
88 Penghangat Ranjang Suami Orang
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1: Rayuan Ayah Mertua
2
Bab 2: Benih yang Tumbuh
3
Bab 3: Baby Shower
4
Bab 4: Mertua Bejat
5
Bab 5: Kamar Baru
6
Bab 6: Bibit Kecurigaan
7
Bab 7: Sinyal Kebohongan
8
Bab 8: Jeratan Ayah Mertua
9
Bab 9: Beda Nasib
10
Bab 10: Iri Hati
11
Bab 11: Permintaan Perpisahan
12
Bab 12: Jangan Lupakan
13
Bab 13: Kepergian Mertua
14
Bab 14: Percobaan Bunuh Diri
15
Bab 15: Kepanikan Arjun
16
Bab 16: Bertemu Yunita
17
Bab 17: Hutang Fiktif
18
Bab 18: Pesan Mesra
19
Bab 19: Frustasi
20
Bab 20: Amarah
21
Bab 21: Yunita di Klab Malam
22
Bab 22: Akibat Mabuk
23
Bab 23: Melahirkan
24
Bab 24: Baby Renjun
25
Bab 25: Perasaan Arjun
26
Bab 26: Meyakinkan Hati
27
Bab 27: Memilih Pengasuh
28
Bab 28: Kesepakatan
29
Bab 29: Baby Sitter
30
Bab 30: Kepulangan Mertua
31
Bab 31: Perjalanan Pulang
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34: Pandangan Yunita
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Extra Part
87
Papaku Seorang CEO
88
Penghangat Ranjang Suami Orang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!