Bab 16

Setelah kesepakatan keduanya hingga saling mengaitkan kedua jari kelingking kini Kinara memutuskan untuk masuk kamar kembali. Menjaga jarak walaupun sudah resmi berteman. Sadar akan status dan batasan mereka berdua.

Bastian pun cukup mengerti akan itu, bisa berteman saja sudah merupakan peningkatan yang sangat-sangat bagus, setidaknya tak ada lagi kecanggungan di antara keduanya. Dan bisa lebih memberi kenyamanan pada Kinara selama tinggal di rumahnya.

Setelah makan malam yang tak di hadiri oleh Bara kini Bastian mengajaknya untuk belajar bersama, apalagi mengetahui Kinara yang pintar membuat Bastian seperti memiliki guru privat di rumah. Beberapa makul yang Bastian tak mengerti di ajarkan kembali oleh Kinara. Tanpa mereka sadari menimbulkan kedekatan dan keakraban. Keduanya juga sudah terbiasa berangkat dan pulang bersama, waktu Bastian bermain diluar pun mulai mengikis karena ia lebih memilih langsung pulang bersama Kinara. Dan akan pergi jika ada keperluan mendesak itupun setelah memastikan Kinara aman di rumah.

Hubungan Bara dan Kinara pun tak ada perkembangan, masih memasak dan menyiapkan keperluan Bara tetapi tak ada tegur sapa yang berarti karena Bara tak niat untuk berbicara lebih. Justru lebih sering mengobrol dengan Bastian yang notabene anak tiri dari pada Bara yang merupakan suami sahnya.

Keseharian Kinara lebih baik dari sebelumnya, walaupun masih sering mendapat bentakan dari Bara tetapi tak untuk main tangan. Seperti Pagi ini, Kinara masuk ke kamar Bara untuk menyiapkan pakaian kerja. Bara begitu tajam menatapnya namun enggan untuk menegur. Padahal jelas Kinara salah mengambilkan dasi namun Bara hanya membuangnya asal tanpa berteriak.

Setelah menuruti keriwehan yang terjadi di kamar utama, kini beralih ke meja makan. Ntah mengapa masakan Kinara pagi ini membuat Bara kesal. Kinara memasak nasi goreng seafood, karena yang ia tau itu enak dan banyak protein. Tetapi justru membuat masalah di pagi hari.

Prang

Bara membanting piring hingga nasi goreng berhamburan di meja makan. Menatap tajam Kinara yang sempat terjingkat di sela-sela sarapannya. Bastian pun cukup terkejut akan sikap Papahnya yang tiba-tiba tanpa ia sadar jika Kinara melakukan kesalahan.

"Kenapa mas?" lirih Kinara, dengan hati-hati dia bertanya.

"Kamu memasukkan makanan yang aku tidak suka, apa kamu mau meracuniku? kamu mau membuat alergiku kambuh? Dasar nggak becus!" sentak Bara kemudian segera pergi dari sana namun sebelumnya ia pamit pada Bastian yang sejak tadi diam menyimak. Kinara pun mulai berpikir apa yang salah dari masakannya, enak, bergizi, dan mengenyangkan yang utama tetapi mengapa membuat Bara marah.

"Papah berangkat, urus ibu tirimu itu dan beri tahu makanan apa saja yang Papah tidak suka. Agar dia ada inisiatif untuk bertanya!"

Setelah Bara pergi dan suara mobil terdengar mulai menjauh, Bastian segera menatap Kinara yang diam menunduk.

Genggaman tangan Bastian membuat Kinara terkesiap, menatap dengan mata teduh yang berkaca membuat Bastian tak tega. Namun Kinara segera melepas genggaman tangan Bastian dan kembali menundukkan kepala dengan tangan mengaduk-aduk isi piringnya.

"Makan! setelah ini kita berangkat. Nggak usah terlalu di pikirkan, Papah hanya tak suka makan seafood terutama udang, tapi masakan kamu enak. Aku saja sudah habis separo." Bastian tersenyum tulus pada Kinara membuat hati Kinara menghangat. Memperlihatkan piringnya yang masih tersisa separo makanan.

Sebenarnya Kinara tak sekuat itu, meskipun sering di bentak tetapi ia masih kena mental setiap kali Bara berbicara dengan nada tinggi. Kinara menganggukkan kepala dan segera menghabiskan makannya.

Bastian pun meminta Bibi untuk membersihkan meja makan yang kotor akibat kelakuan Papahnya. Sempat di larang oleh Kinara karena semua itu akibat dirinya yang tak tau apa-apa tentang Bara. Tetapi di larang oleh Bastian dengan alasan akan terlambat jika tak buru-buru menyelesaikan makan.

"Aku duluan ya," Kinara melepas safety belt nya dan segera ingin turun dari mobil namun Bastian menghentikan pergerakan Kinara. Pandangan Kinara kini jatuh ke lengan yang Bastian sentuh, membuat gugup dan jantung jedag jedug.

Bastian yang sadar akan ketidaknyamanan Kinara segera melepaskan sentuhannya namun masih tetap menatap dalam wajah ayu yang kini nampak bersemu.

"Nggak mau di antar?" tanyanya lembut dengan tatapan teduh, membuat kalbu perlahan mulai tersentuh. Kinara mengangguk namun sedetik kemudian menggelengkan kepala dan mengangguk lagi.

Bastian yang sadar akan kecanggungan dan kebimbangan hati Kinara mendadak ingin tertawa tetapi berusaha untuk menahan dan mulai mendekat.

"Di antar aja ya biar aman, gue takut nggak konsen belajar kalo nggak mastiin loe sampe kelas dengan selamat."

Kinara terdiam mengedipkan mata berulangkali karena hembusan nafas Bastian membuatnya menahan nafas. Apa lagi suaranya mendadak lembut dan merayu. Bagaimana jadinya jika ia luluh, bisa hancur harga dirinya sebagai Ibu. Tanpa ia sadar lamunannya membuat Kinara tak tau jika kini Bastian sudah keluar dan membuka pintu untuknya.

"Masih mau di dalam atau masuk?" Pertanyaan Bastian membuyarkan lamunan dan dengan cepat menolah memastikan. Kinara menujuk jok kemudi dan kembali menunjuk Bastian yang sudah tertawa terbahak karena tak tahan dengan kekonyolan sikap Kinara.

"Terpesona sampe nggak tau gue udah turun dari tadi, hhmm?" Godanya, Bastian menaik turunkan alis membuat Kinara mendelik dan memukul lengan Bastian karena merasa di permainkan.

Wanita itu segera keluar dari mobil dan melangkah menuju kelas dengan setengah berlari, menghindari langkah Bastian yang semakin mendekat dengan rasa gereget yang memuncak.

"Nggak aman deket-deket sama dia, lagian emang harus jaga jarak sich. Bapaknya ngeselin, anaknya bikin panas dingin!" gumam Kinara tanpa perduli panggilan Bastian yang memintanya untuk berhenti.

Bruk

Kinara jatuh terduduk di lantai, mengaduh sakit dan mendongakkan kepala saat melihat siapa gerangan yang ia tabrak hingga membuatnya terpental kuat.

"Kinara kamu tidak apa-apa? kenapa jalan sambil bergumam tidak jelas begitu? jadi tidak fokus kan!" oceh Yudha yang sempat terkejut karena Kinara menabrak tanpa sadar ia telah ada di depannya dan ingin masuk kelas.

Kinara tak kunjung menjawab, masih berusaha untuk beranjak walaupun bokongnya terasa begitu menyiksa. Yudha yang tak tega pun segera menjulurkan tangannya namun dia urungkan saat melihat mahasiswanya datang.

"Sayang kamu nggak apa-apa? mana yang sakit? ayo aku bantu bangun sayang..." Bastian menarik tubuh Kinara yang mendadak kaku setelah mendengar panggilan Sayang langsung dari mulut Bastian. Sayang bermakna ibu atau sayang terhadap kekasih. Tak hanya itu, Bastian pun meminta maaf pada dosennya atas keteledoran Kinara yang sudah menabrak dan mengganggu jalan beliau.

"Tidak apa, namun lain kali jangan di bolehkan jalan sendiri karena Kinara hobi melamun, iya kan Kin?" Pertanyaan yang mengandung makna ledekan membuat Kinara tercengang dan Bastian mendadak gelisah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!