Kinara, seorang gadis berumur 20 tahun memutuskan bekerja sebagai pelayan club untuk mencukupi kebutuhannya dan membayar kuliah. Karena sang ayah hanya seorang pegawai kantor biasa yang harus mencukupi kebutuhan istri dan kedua adiknya yang masih bersekolah. Hidupnya hanya sekedar cukup, bahkan hanya untuk sekedar hang out dengan para teman dan sahabat saja ia tidak mampu.
Dan malam ini ia harus menerima perlakuan yang paling memilukan baginya, tuduhan yang salah alamat hingga dirinya harus merelakan kesucian. Kinara beranjak dari ranjang setelah tubuh pria yang tak ia kenal ambruk di sampingnya. Dengan tertatih dia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Di bawah guyuran shower ia menangis terisak melihat tubuhnya begitu banyak bercak hasil ukiran Bastian.
Isak tangisnya bertambah saat merasakan bagian inti yang begitu perih dan panas. Tak cukup sekali, bahkan berulang kali hingga Bastian benar-benar puas. Entah efek obat yang masih tersisa atau memang Bastian yang ketagihan. Sesuatu yang Bastian keluarkan membuat Kinara begitu jijik, Kinara memejamkan mata saat tangannya menyentuh bagian dirinya yang terasa licin dan memuakkan.
Kinara memutuskan untuk segera pergi setelah bersih dengan memakai kembali seragam yang tak berkancing. Kinara berjalan perlahan menuju pintu namun suara bariton dari Bastian mampu menghentikan langkah kakinya.
"Ambil bayaran loe di atas nakas! gue tau loe mau menjerat untuk mendapatkan uang banyak seperti para pelayan club yang lain. Di situ juga udah gue kasih lebih sebagai ganti seragam loe yang rusak!"
Kinara mengepalkan tangannya, ia mengusap kasar air mata yang kembali menetes dan segera pergi dari sana setelah memastikan pria itu tak lagi bersuara.
Tadi ia hanya di minta oleh bosnya untuk membawakan minuman yang bartender buat. Bosnya pula yang meletakkan di nampan yang ia genggam tanpa ia tau jika di dalam minuman itu telah di campur dengan obat perangsang. Tapi semua sudah berlalu saat kronologi tak jadi penting karena hati yang benci mengalahkan bukti.
"Aku nggak akan kembali lagi ke sini...."
.
.
.
SHIIITT
"Jadi bukan dia yang menjebak gue? melainkan kalian?" tanya Bastian yang benar-benar kecewa pada kedua sahabatnya karena merencanakan sesuatu yang merugikan orang lain.
"Iya, loe salah jika menyalahkan gadis itu. Dia wanita baik-baik Men dan loe udah ngerusak dia. Kita-kita jebak loe dengan tujuan biar loe tau rasanya surga dunia, rasanya lembah basah karena kita tau loe masih perjaka. Dan ini semua yang gue maksud buat loe have fun semalam. Ini juga alasan kenapa gue nyewa wanita-wanita malam itu!" jelas Alan dan menghela nafas panjang.
Bugh
Bastian meninju dinding, bayangan akan pergulatan semalam dengan suara rintihan penolakan dan kesakitan memenuhi pikirannya. Bagaimana dia bisa ceroboh dan menuduh tanpa bukti. Dan darah yang ada di sprei jelas menandakan wanita itu masih suci.
"Siapa namanya?" tanyanya dengan suara datar.
"Kinara, dia baru tiga bulan bekerja disini. Tapi gue nggak tau lagi identitas lengkapnya, yang gue tau dia kuliah di tempat kita juga."
Bastian menatap dingin kedua sahabatnya yang membuat masalah hingga ia harus mencari Kinara dan bertanggung jawab. Bastian segera meraih jaketnya dan pergi begitu saja.
Pria itu memukul setir berulang kali, ia mengingat ucapan Kinara yang memintanya untuk membuang benihnya. Beruntung ia menuruti, bagaimana jika ia membiarkan benihnya masuk dan tumbuh sedangkan ia belum tau harus mencari dimana wanita itu.
"Kampus luas dan nggak mungkin gue minta data mahasiswa tanpa alasan yang jelas, emangnya kampus nenek moyang gue!"
Bastian pulang dengan penampilan lusuh, tapi tak ia pungkiri ada sesuatu yang begitu melegakan dari dalam dirinya. Dia pun mengakui jika semalam begitu menikmati. Bastian pulang saat sang Papah sudah bekerja, setidaknya ia tak banyak mendapatkan pertanyaan yang memusingkan kepala.
...🍃🍃🍃...
"Bagaimana Arman dengan tawaran saya?"
"Saya setuju Pak, saya akan menikahkan Bapak dengan anak gadis saya."
Bara tersenyum miring melihat pegawainya dengan mudah memberikan anak gadisnya yang masih muda hanya berimbalan jabatan. Pria itu menatap foto gadis yang begitu lugu dan ayu. Baru kali ini ia sangat menggebu ingin menikahi seorang wanita.
"Oke, mulai hari ini jabatanmu naik. Kamu menduduki posisi sebagai manager marketing. Dan akan aku tranfer uang untukmu mempersiapkan acara pernikahan yang akan di selenggarakan akhir pekan ini!"
"Baik Pak, terimakasih." Arman dengan bahagia segera berbalik dan ingin segera memindahkan barang-barangnya di ruangan manager.
"Tunggu!" seru Bara menghentikan langkah Arman yang sudah di ambang pintu. Pria itu menoleh dan menatap bosnya dengan senyum mengembang.
"Ingat, aku tidak mau barang bekas. Dan jabatanmu jaminannya!"
Setelah jam kantor usai Arman segera pulang, sebelumya ia telah mengecek isi saldo ATM yang telah diisi oleh Pak Bara. Nominal yang besar untuk pernikahan yang tak terlalu mewah. Karena Pak Arman hanya ingin acaranya di lakukan di kediaman mempelai wanita. Bukan di gedung atau hotel berbintang. Jelas yang di kirim akan tersisa banyak.
Sesampainya di rumah Pak Arman segera melangkah menuju kamar Kinara di ikuti dengan sang istri yang menatap heran.
"Seminggu lagi kamu menikah!"
deg
Kinara tercengang dengan ucapan Bapaknya, tak ada angin tak ada petir tetapi cobaan kembali menguji. Masalah semalam saja masih membuatnya sangat sedih di tambah lagi harus menikah dengan keadaan yang tidak suci. Lalu siapa yang mau menerima dan tak mungkin ia jujur pada orang tuanya.
"Bapak serius?" bukan Kinara yang bertanya melainkan Ibu yang juga sama terkejutnya mendengar putrinya akan menikah, terlebih anggukan dari Bapak membuat Ibu tak menyangka.
"Dengan siapa Pak?" tanya Kinara dengan suara lirih.
"Dengan bos Bapak!" jawab beliau tegas dan senyum bersahaja. Tetapi cukup membuat kedua wanita itu terpekik mendengarnya.
"Tapi Pak...."
"Nggak ada tapi-tapian Kinara, keputusan sudah bulat. Dan kamu hanya boleh bilang iya karena Bapak memberitahu kamu agar bisa bersiap, bukan mengajakmu diskusi dan menego keputusan yang telah bapak berikan. Dan satu lagi selama menjelang pernikahan, kamu di pingit dan tak boleh kemana-mana termasuk kuliah dan bekerja! Turuti Bapak atau Bapak akan usir kamu dari rumah ini!" tegas Pak Arman tak terbantahkan lalu segera masuk kamar. Ibu pun hanya menatap iba dan tidak bisa berbicara apa-apa.
"Ya Tuhan....kenapa sesulit ini jalan hidupku..."
Tiara terduduk di balik pintu kamar, air matanya kembali menetes dengan Isak tangis kesedihan. Menikah dengan pria yang tak ia kenal, bahkan yang ia tau atasan dari Bapaknya adalah seorang duda yang memiliki umur tak beda jauh dari beliau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ita rahmawati
si pak bara kok gk sadar diri klo udah tua sih,,maunya sm yg muda² 😏😏
2024-09-27
1
Naura Kamila
ini kok yow maunya daun muda
2023-06-21
0
Sri Lestari
dasar teman lucnut
2023-03-03
1