Di kampus Bastian dan kedua sahabatnya bersantai di depan koridor, sejak pagi ia tampak diam karena mood yang berantakan setelah mendengar ucapan Kinara. Sampai dimana dirinya yang sedang fokus dengan ponsel di senggol oleh Alan.
"Bray....itu Kinara kan?" Alan menunjuk seorang wanita yang sedang berjalan beriringan dengan dosennya. Bastian pun mengikuti arah pandang Alan begitupun dengan Ferdy. Baru kali ini Bastian melihat senyuman di wajah Kinara semanis madu. Sejak awal dia berjumpa ini yang pertama, walaupun wajahnya masih terlihat pucat dan masih ada warna merah biru di bagian tertentu. Tapi cukup menarik di pandang mata.
"Cantik, tapi....." pandangan Alan beralih ke Bastian yang sejak tadi juga mengamati hingga kepalanya ikut memutar. Melihat dua orang itu masuk ke dalam ruangan dosen muda yang kini sedang viral dan masih di buat rebutan padahal sudah jelas beristri dan punya anak, membuat Bastian penasaran dan tak tenang.
"Loe apain dia? kok mukanya kayak nggak oke gitu! loe masih dendam sama dia? apa loe makin benci karena loe tau dia jadi ibu tiri loe? come on Bro dunia nggak selebar daun kelor, terima aja udah jangan bikin tambah masalah, lagian kalo bokap loe tau loe ya.. mmmmppptt.!"
Bastian meninggalkan kedua sahabatnya setelah membungkam mulut Alan yang tak henti berbicara dengan dedaunan yang ada di sana. Bahkan tanpa berperikemanusiaan Bastian memberikan batu di tengah dedaunan itu.
"Monyet! kabur lagi loe!" kesal Alan, tetapi Ferdy justru tampak puas dengan kelakuan Bastian. Dia pun sejak tadi heran ucapan Alan justru ngelantur kemana-mana. Dan bagaimana jika ada yang mendengar, auto ramai kampus mereka.
"Buaahhahhahhah.... mmmmppptt.!
"Rasain!"
"Njir itu bekas mulut loe woy!" teriak Ferdy dan segera berlari menyusul kedua sahabatnya. Kini ketiganya mendadak menjadi detektif Conan, mengintai Kinara yang sedang di berikan bimbingan oleh Pak Yudha dengan mengintip melalui jendela.
Bastian penasaran dengan Kinara yang masuk ke ruangan yang jarang sekali di datangi mahasiswi karena dosen satu itu sangat menjaga batasan dengan mahasiswinya. Terkenal bucin pada istri tetapi bisa dekat dengan Kinara.
Hingga mereka segera kabur saat melihat Kinara keluar dengan senyuman mengembang dan berjalan kembali menuju kelas. Bastian pun terus mengikuti, sedangkan kedua sahabatnya tertangkap oleh dosen mereka kemudian di ajak masuk ruangan untuk diintrogasi.
"Apes!" gumam Alan dan Ferdy.
"Masuk!"
"Iya Pak...."
Kinara menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba dan tubuhnya terhuyung ke depan karena Bastian yang kebablasan dalam membuntuti. Wanita itu merasa ada yang tidak beres maka dari itu segera memastikan, dan benar saja ia melihat Bastian ada di belakangnya sedang tersenyum kaku.
Kinara menatap dengan tajam, bersinggungan dengan Bastian berulang kali membuatnya harus kuat dan meninggalkan rasa cemas dan trauma yang mendalam. Tubuhnya bergetar dengan tangan yang terasa dingin dan bulir keringat membasahi kening. Kinara terus bertahan hingga ia lemah dan tak sadarkan diri.
"Kinara!"
Bastian kelimpungan, dia hanya diam dan tak berucap tetapi Kinara bisa pingsan. Beruntung Bastian segera menangkap tubuhnya, kemudian Bastian segera membawa Kinara menuju ruang kesehatan yang tak jauh dari sana. Bastian masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Kinara. Berawal seperti jagoan yang menantang dirinya kemudian melemah dan terjatuh di pelukan.
"Tolong periksa Dok! tiba-tiba dia pingsan." Bastian meminta dokter jaga untuk segera memeriksa, beruntung ruangan sedang sepi jadi tidak perlu menunggu yang lain terlebih dulu. Tapi tatapan dokter seakan mencurigai dirinya.
"Kamu menghamilinya?"
"Eh, belum juga sempet dimuntahkan bagaimana bisa hamil? lagian belum di periksa udah di prediksikan. Situ dokter apa cenayang?" celetuk Bastian. Dia menatap jengah pria paruh baya yang sok tau baginya, kemudian menunggu hingga dokter selesai memeriksa dan meminta dokter itu untuk keluar setelah tau hasilnya.
Ya, bukan hanya kekerasan fisik yang ia rasakan. Tapi mentalnya pun kena, bahkan Kinara baru saja melawan rasa takut akan trauma yang ia miliki. Bastian menghela nafas berat, dia mulai paham alasan Kinara sampai pingsan. Perlakuan dirinya malam itu begitu kasar, mengingatnya saja Bastian meringis tak kuat.
Bastian mengusap kasar wajahnya, ya dia lah penjahatnya. Dalang dari semua kesakitan yang Kinara terima. Mungkin jika dirinya yang ada diposisi Kinara belum tentu kuat menjalani hidup.
Bastian mendekat saat kinara mulai sadar, ia berusaha membantu Kinara untuk bangun tetapi Kinara yang sadar akan keberadaannya segera mundur. Mengerti akan ketakutan Kinara, Bastian angkat tangan dan menghentikan langkah.
"Maaf, ini semua karena gue. Sorry...tp please jangan menghindar. Gue udah minta maaf kan, gue nggak akan nyakitin loe lagi. Gue janji!" Bastian sudah meninggalkan panggilan aku kamu seperti saat di rumah tadi, ia bertekad akan terus berusaha mendekati Kinara. Setidaknya bisa berteman agar terbiasa bersama.
Kinara tak memperdulikan ucapan Bastian, sekuat tenaga turun dari ranjang dan segera pergi begitu saja. Setelah kejadian ini Kinara berfikir lebih baik menghindar dari pada bersikap berani tapi membahayakan diri.
" Eh Kinara, Bastian mana?" tanya mantan bosnya yang sempat membuatnya berhenti, tapi setelah itu ia kembali melangkah tanpa menjawab pertanyaan Alan.
"Kok kabur, emangnya gue serem Fer? atau Kinara benci sama gue gara-gara malam itu?"
"Kamu nanyaaaaa ya...." ledek Ferdy kemudian meninggalkan Alan yang menganga di tempat, Ferdy mendekati Bastian yang baru saja keluar dari ruang kesehatan. Diikuti Alan yang mengumpat kesal setelah sadar Ferdy meledeknya.
"Loe...." Ferdy menunjuk Bastian tetapi hanya di balas dengan helaan kasar lalu pergi meninggalkan keduanya. Wajah Bastian pun tak bersahabat, seperti sedang ada yang di pikirkan hingga tampak berantakan. Bastian memilih untuk pulang, ia ingin memastikan Kinara sampai di rumah dengan selamat. Karena ia tau tubuh Kinara masih sangat lemah, suhu tubuhnya pun sempat tinggi dan harus meminum obat tetapi Kinara keburu pergi sebelum ia menjelaskan apa yang terjadi.
Bastian menyempatkan diri untuk mampir di apotik sebelum akhirnya sampai di rumah. Hatinya cukup tenang setelah mendapatkan informasi dari Bibi jika Kinara sudah sampai di rumah. Bastian meminta bibi untuk menyiapkan makanan di nampan untuk ia bawa ke kamar Kinara serta obat yang ia beli tadi.
Ketukan pertama tak langsung di buka dan Bastian kembali mengetuk hingga ketiga kali baru menampakkan wajah Kinara yang sudah segar, mungkin ia tadi sedang di kamar mandi hingga lama membuka pintu kamar.
"Makan dan minum obat!" Bastian menyodorkan nampan yang ia pegang. Kinara tak langsung menerima hingga Bastian di buat gemas dan memaksa.
"Makan! loe nggak bakal kuat ngadepin semua yang nyakitin loe kalo loe nggak mau makan. Dan minum obatnya! badan loe panas tadi." Bastian mendorong nampan itu ke hadapan Kinara dengan sedikit menuntut hingga Kinara terpaksa menerima karena takut terjatuh. Kemudian ia segera menutup pintu kamar hingga membuat Bastian terjingkat.
"Gila, untung hidung gue masih aman. Cantik-cantik kasar, tapi dikasarin nggak terima. Bikin tambah geregetan aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
bucinnya Bangtan💜
kinara Minta pisah kamar aja, sekalipun diksh kamar pembantu yg penting gk sekamar dan TDR disofa
2025-01-24
0
noe
pepet trus bastian,,,
2023-03-19
1