Sore ini bukan Bastian yang menunggu Kinara tetapi sebaliknya. Ntah mengapa kelas Bastian keluar telat, beruntung Kinara sabar dan mengisi waktu dengan membaca di perpustakaan. Ingin pulang lebih dulu namun Bastian tak mengijinkan dan mengancam akan kabur dari kelas. Sungguh membuat Kinara tak ada pilihan selain menunggu. Hingga bosan membaca dan Kinara ikut nimbrung dengan penjaga perpustakaan yang memang sudah kenal dan akrab.
"Tumben belum pulang? lagi mager ya di rumah?" tanya pria yang menjabat sebagai penjaga perpustakaan sekaligus kakak seniornya.
"Nggak juga, lagi nunggu yang minta di tunggu. Jadi melipir kesini aja dari pada gaje nunggu di parkiran. Tapi lama-lama bosen juga, mudah-mudahan cepet selesai."
Pria itu memperhatikan wajah Kinara, sudah lama ia mengagumi bahkan menyukai tetapi tak membuat dirinya berani memiliki karena sadar ia masih kuliah dan tidak ingin lama berpacaran yang akan menimbulkan banyak godaan. Tapi mendengar Kinara yang menunggu seseorang mungkin dirinya harus mengikhlaskan jika memang yang di tunggu adalah pacar.
"Sepertinya udah punya pacar sekarang, doi anak mana?"
Kinara mengernyit menatap pria itu tetapi setelahnya ia sadar jika ucapannya mengandung makna. Meskipun banyak yang mengira keduanya memang saling mencinta dan tak sedikit yang berfikir Kinara dan Bastian sepasang kekasih tetapi bukan menjadi alasan ia membiarkan akan itu.
"Bukan apa-apa, bukan pacar juga. Dia anak management. Kalo kamu lihat pasti tau," Kinara mengangkat kedua bahunya dan menatap keluar pintu. Bastian datang dengan wajah datar menatap keduanya bergantian. Mengajak Kinara pulang dengan meraih tangannya dan menggenggam erat melangkah keluar perpustakaan tanpa menyapa penjaganya yang sejak tadi memperhatikan dan sempat menjawab ucapan pamit dari Kinara.
Kinara pun merasa aneh dengan sikap Bastian yang tiba-tiba dingin, seperti ada yang tak beres namun enggan bertanya dan terus mengikuti langkah Bastian menuju mobil.
BRAK
Kinara terjingkat saat Bastian dengan kasar menutup pintu mobil setelah memastikan ia masuk kedalam dengan baik. Tetiba hati tak tenang dan cukup hati-hati melihat sikap pria itu yang begitu dingin.
Sepanjang perjalanan tak ada ucapan yang keluar dari mulut Bastian. Hati pria itu mendadak kesal, datang dengan sumringah dan terburu-buru ingin menjemput. Namun pemandangan tak mengenakkan membuatnya tak suka, padahal Kinara duduk di seberang pria itu tak dekat dan masih berjarak aman. Tetapi tak menyurutkan rasa cemburu.
Kinara heran Bastian menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia pun menatap Bastian yang kini mulai mendekat hingga kedua hidung saling menyapa. Berusaha mundur tetapi Bastian terus mengikuti dan akan percuma jika pun menghindari.
"Udah berapa lama nunggu di perpus berduaan?" tanyanya lembut namun begitu mengintimidasi. Kinara menghela nafas berat setelah sadar apa yang membuat Bastian bersikap demikian.
"Kenapa, cemburu?" ntah keberanian dari mana membuat Kinara lancar bertanya demikian, atau memang karena sudah merasa dekat dan nyaman membuatnya sigap bertanya.
Seringai tipis nampak setelah mendengar pernyataan Kinara, bahkan Bastian semakin mengikis jarak membuat Kinara dengan cepat menahan tubuh pria itu dengan mendorongnya. "Mau gue jawab sekarang atau nanti aja?" tanyanya tetapi membuat Kinara semakin bingung dengan sikap Bastian yang kembali berubah.
"Kenapa harus nunggu nanti, kalo gitu ngapain pakai berhenti!" Kinara mendorong tubuh Bastian dengan wajah masam namun hal tak di duga membuat otak Kinara ngeblank seketika. Bastian mengecup bibirnya sebagai jawaban atas pertanyaan yang Kinara ajukan.
Bastian tampak cuek akan keterkejutan Kinara, kembali melajukan mobilnya menuju rumah dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.
Sampai di rumah Kinara segera melangkah menunduk menuju kamar, tak ada kata yang terucap namun serangan mendadak dari Bastian masih terngiang hingga mendadak kikuk sekedar ingin menyentuh bibirnya.
"Itu jawaban dari gue, loe pasti tau artinya. Karena gue serius, bahkan baru sama loe gue begini."
Langkah Kinara terhenti, benarkah dengan apa yang Bastian ucapkan....Andai ia bukanlah seorang istri pasti sangat bahagia mendengarnya tetapi status membuat hatinya gamang dan bingung harus bersikap.
Tubuh kinara menegang kala tangan Bastian menariknya hingga kini keduanya tak berjarak dan tangan Bastian melingkar erat di tubuhnya. Tak ada penolakan bahkan terlalu nyaman tetapi ingat akan ketidakwajaran hubungan keduanya membuat Kinara berusaha melepaskan.
"Sebentar aja, gue kangen sama aroma tubuh loe yang menenangkan. Loe tau, betapa kagetnya gue setelah tau kalo ibu tiri gue itu loe. Gue hampir gila di saat gue mulai ingin tanggungjawab tetapi takdir nggak berpihak. Dan sekarang gue seneng bisa dekat seperti ini. Gue tau ini salah, tapi hati gue nggak salah. Gue cinta sama ibu tiri gue sendiri."
deg
Hampir.....hampir saja Kinara terlena dengan dekapan Bastian dan menutup mata menikmati kenyamanan yang tak pernah ia rasakan. Tetapi ucapan Bastian membuat dirinya tersentak, kata cinta itu lolos terucap bahkan kini Bastian semakin mengeratkan pelukannya. Salah.....sangat salah, tapi bagaimana jika rasa nyaman membuatnya semakin aman dan tak ingin kehilangan.
"Gue nggak minta loe jawab apapun, gue nggak lagi nembak loe! tapi dengan loe diam gue tau loe juga ada rasa yang sama. Dan mulai saat ini, hati loe milik gue!"
Mata Kinara membola, ia segera membalikkan tubuhnya dan menatap Bastian yang juga menatapnya dengan senyuman yang selalu membuat Kinara tak kuasa. "Aku ibu tiri kamu, aku seorang istri bukan wanita single lagi. Bagaimana jika Papah kamu tau, akan jadi apa aku?" Kinara menghela nafas berat.
Bastian kembali menarik tubuh Kinara, menenangkan dirinya yang tampak ketakutan dengan segala pikiran yang ada. Tetapi jika untuk mundur, Bastian tidak bisa. Hatinya sudah menemukan jalan pulang, dan tak akan kembali sendirian.
"Jangan di jadikan beban, gue nggak akan minta balasan yang penting loe nyaman. Karena jika loe minta gue berhenti pun, mustahil gue lakuin. Gue nggak akan mundur ketika sudah memutuskan untuk terus." Bastian mengecup kening Kinara dan mengantar Kinara menuju kamar, membukakan pintu lalu memintanya untuk tak memikirkan apapun itu.
Kinara pun menurut, sejak tadi dia tak lagi mengeluarkan kata sedikit pun. Masih tak menyangka perjalanan rumah tangganya akan seperti ini. Di jadikan istri oleh bapaknya tetapi di cintai oleh anaknya. Bahkan di ratukan hingga ia tak kuasa menolak.
Bara pun semakin tak memperdulikan, setelah makan malam beliau segera masuk kamar. Mungkin lelah atau memang sudah tak perduli akan dirinya. Kinara menghela nafas lega, Bara tak lagi melayangkan umpatan kasar, setidaknya hati aman tak mendengar bentakan.
Dia segera melangkah menuju kamar, sempat melirik Bastian yang menatapnya dalam diam namun tak membuat dirinya menghentikan langkah. Lelah hati, pikiran dan tenaga. Memanfaatkan waktu untuk beristirahat selagi malam ini lancar tanpa hambatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
sherly
stres lu bas, bini bapakmu tu
2024-02-14
0
Neneng cinta
jd penasaan,,kisah cinta Tian sm Nara ya...🤔,,,next...baca lg ahh...💪😍
2023-06-05
1