Pagi ini Bara berangkat ke kantor seperti biasa, pria yang terkenal gigih dan selalu sibuk dengan segala pekerjaannya memang jarang berada di rumah sekalipun itu weekend. Pagi yang aman bagi Kinara karena Bara diam dan tak berulah membuat Kinara dapat bernafas lega dan mood terjaga.
Bastian menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan, ia sengaja turun telat karena masih nyaman dengan guling dan bantal. Beruntung sekali Kinara masih diam menyelesaikan makan dengan sibuk memperhatikan ponselnya.
Bastian melirik jam dan halaman, menelisik mobil Papahnya yang sudah tak ia temukan keberadaannya. Senyumnya terbit, Bastian semangat dan menjadikan hari ini adalah hari dimana ia kembali berusaha mendekati ibu tiri cantik yang keberadaannya kini menghiasi rumah.
Mata Kinara membola dengan sendok yang masih singgah di mulutnya, dirinya terkesiap menatap Bastian yang berada begitu dekat bahkan jaraknya tak ada satu kursi darinya.
"Eh sendoknya jangan ikut di makan, mau cosplay jadi Limbad ya?" pertanyaan yang mengandung ledekan dan membuat Kinara tersedak. Spontan Bastian pun segera mengambil gelas minumnya dan menarik sendok yang masih singgah di mulut Kinara. Panik sudah pasti tetapi melihat wajah Kinara yang begitu polos membuatnya ingin tertawa lepas namun sebisa mungkin ia tahan karena tak ingin membuat Kinara malu padanya.
"Kalo belum profesional jangan coba-coba!" Ucap Bastian, pria itu sengaja mengikis jarak membuat Kinara segera bergeser dengan memindahkan piringnya karena tak ingin kejadian di kampus terulang lagi. Sebisa mungkin menjaga kesadaran dan kewarasan. Karena Kinara masih terbayang dengan perlakuan kasar Bastian saat merenggut mahkotanya dan perihnya yang masih tersisa setelah Bastian berkunjung secara paksa hingga ia merasakan tubuhnya terbelah.
Bastian yang menyadari akan ketakutan Kinara hanya bisa menghela nafas berat, bagaimana lancar mendekati jika baru duduk di sampingnya saja Kinara sudah ketakutan. Tian menatap Kinara yang kini tengah meneruskan makannya dengan nikmat. Cantik, makan saja begitu cantik bagaimana jika kembali berada di bawahnya.
Bastian menggelengkan kepala, pikiran akan malam indah itu kembali terlintas tetapi dengan cepat ia menyadarkan diri. Bisa-bisanya di saat seperti ini memikirkan hal yang membuat dirinya harus menuntaskan sendiri. Sedangkan yang di buat modelnya begitu sulit di dekati.
"Eheem.....Kinara, apa loe nggak bisa maafin gue? gue sudah minta maaf loh dan menyadari semua kesalahan gue. Dan gue tau loe masih trauma karena malam itu. Tapi bisa nggak kalo sama gue biasa aja gitu, jangan seakan-akan loe kayak lagi lihat hantu."
"Lebih tepatnya setan!" jawab Kinara singkat tetapi begitu terdengar tajam di telinga. Dan dengan cepat pergi lalu masuk kamar yang tak jauh dari sana.
"Ck, kecil-kecil tapi itu mulut udah kayak bakso mercon. Pedes euy......" Bastian segara melanjutkan lagi makannya dan kembali masuk kamar. Tak ada kegiatan yang berarti hari ini. Hanya mager-mager ria di kamar hingga sore menjelang ia memutuskan untuk berenang.
Ini kegiatannya setiap weekend, hanya ngumpet di kamar dan keluar untuk berolahraga. Setelahnya ia duduk bersandar di kursi panjang dengan minuman yang tadi sempat di buatkan oleh Bibi. Hampir satu jam Bastian di sana dan kembali dengan handuk sebatas pinggang berjalan cepat masuk kerumah. Tanpa sadar ada Kinara yang juga ingin masuk dari arah yang berlawanan dengan membawa pot untuk ia pindahkan ke halaman depan.
Ya sejak siang Kinara sibuk di halaman menata taman yang tak terurus dan memindahkan beberapa tanaman ke halaman depan agar terlihat sejuk. Dan ini pot terakhir karena setelahnya ia akan membersihkan diri dan memasak untuk makan malam. Namun tubuhnya tiba-tiba terpelanting akibat benturan dari samping.
"Kinara!" pekik Bastian setelah ia sadar telah menyenggol dan terkejut melihat Kinara yang jatuh ke lantai dengan pakaian kotor karena isi pot tumpah mengenai tubuhnya. Bastian mengulurkan tangan untuk menolong namun teriakan Tiara dengan bulir keringat di kening kembali membuatnya panik.
Melihat tubuh Bastian hanya berbalut selembar handuk membuat Kinara takut. Bayangan akan malam pemerkosaan itu kembali terlintas dan membuat dirinya berusaha menghindar dengan menahan bokongnya yang ngilu akibat terjatuh. Ia mundur teratur dengan mata yang mulai basah.
"Tenang Kinara! Gue cuma mau bantu loe, tenang please....tenang oke....nggak akan terjadi apapun. Gue nggak akan nyakitin, ayo bangun gue bantu!" dengan lembut Bastian berusaha terus mendekat. Baginya jika Kinara terus menghindar maka rasa ketakutan itu tak akan pernah hilang dan akan menjadi penyakit nantinya.
Tetapi Kinara yang masih belum bisa percaya begitu takut hingga menekuk lutut dan menangis tersedu. Bastian menghela nafas berat, namun seketika ia sadar akan dirinya yang hanya mengenakan handuk. Pria itu segara berlari masuk ke dalam rumah dan meminta Bibi untuk menolong Kinara kemudian ia berlari menuju kamar.
Hingga malam Kinara tak kunjung keluar kamar, dia mengurungkan niatnya untuk memasak. Dan tepat jam 9 malam pintu kamarnya di ketuk dari luar. Dirinya tak menyangka jika itu Bastian, Kinara buru-buru menutup pintu namun Bastian menahannya. Kinara menatap dengan awas hingga pergerakannya melemah dan membiarkan pintu terbuka.
Bastian pun lega karena Kinara sudah memberi kesempatan untuknya. Bastian memperhatikan wajah Kinara, ketakutan mulai surut setelah wanita itu membuang nafas berkali-kali tetapi belum berani menatapnya dengan intens.
"Mau Apa?"
"Jutek banget! gue mau ngajak makan, tadi gue lihat loe nggak keluar-keluar kamar. Perut gue perih belum makan dari siang, terus gue mesen makanan tapi kebanyakan kalo makan sendirian. Ayo keluar! loe juga belum makan kan?"Kinara terdiam, ia tampak berpikir dan segera menggelengkan kepala menolak ajakan Bastian.
"Beneran? loe nggak laper?" tanyanya memastikan dan mendapat gelengan kepala dari Kinara.
"Ya sudah..." Bastian pun pasrah ia segera kembali ke meja makan, tetapi baru saja berbalik Bastian tampak menahan tawa karena perut dan mulut tak singkron hingga berdendang tanpa ijin pemiliknya dengan suara yang begitu nyaring.
Kinara menggigit bibir bawah meringis malu, baru menolak lapar tetapi perutnya justru protes dengan apa yang ia ucapkan. Dan segera mengikuti langkah Bastian yang sudah melangkah lebih dulu menuju ruang makan.
Keduanya makan dengan khidmat tanpa ada pembicaraan, cukup membuat Bastian senang karena bisa berdekatan. Kinara pun tidak lagi terlihat ketakutan seperti tadi. Membuat Bastian semakin semangat untuk terus berusaha dekat agar tak ada lagi jarak. Karena dengan begitu ia bisa mengambil hati Kinara yang akhir-akhir ini mengusik dirinya. Tetapi kenikmatan makan malam mereka pun harus terganggu saat pintu terbuka dan terlihat kedatangan Bara.
...🍃🍃🍃...
Jangan lupa like, coment, Vote dan follow ig aku ya man teman. weni0192
Terimakasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
noe
mksh double up ny ka weni
2023-03-20
1