Kinara tak menyangka akan mendapatkan perlakuan yang sangat buruk dari suaminya. Malam pertama yang kelam, menjadi malam yang menyakitkan bahkan pipinya tampak bengkak dengan ujung bibir terluka.
Bara bertindak kasar setelah tau Kinara sudah tak perawan, amarahnya memuncak saat mengunjungi dengan semangat tetapi tak sesuai ekspektasi hingga ia menampar dan berucap kasar.
Bukan hanya itu, Bara menganiaya dirinya dengan menjambak dan melemparnya ke lantai hingga tangan dan kakinya tampak membiru. Bara gelap mata bahkan tak sudi lagi menyentuhnya. Beliau menghentikan aktivitas yang belum usai dan menatap tajam penuh kebencian.
"Aku menjadikanmu istri dengan jaminan yang mahal, tetapi apa, hhmm? ini sama saja aku menikahi seorang jalaang yang kotor!" sentak Bara.
"Wajahmu ayu dan lugu tetapi kelakuanmu tak sesuai dengan itu! sudah berapa pria yang telah menikmati tubuhmu? bahkan orang tuamu tak tau jika anaknya menjual diri!" Bara melepaskan capitan di kedua pipi Kinara.
PLAK
Tamparan keras kembali Bara layangkan hingga Kinara hampir tersungkur ke lantai menahan diri dan berusaha agar tetap bisa sadarkan diri. Bara berdiri dan menendang bagian perut Kinara hingga jeritan keluar dari mulutnya.
"Ampun! aku mohon maafkan aku!" jeritnya, andai bisa melarikan diri dari sana mungkin sudah Kinara lakukan tetapi serangan mendadak yang ia terima tak dapat terelakan dan berlaripun percuma. Tubuh yang tak berbenang membuat pergerakannya untuk keluar terhalang.
Bara pun sejak tadi tak memberi jeda penyiksaan akibat kecewa, sedangkan ia tak tau ingin meminta pertolongan pada siapa. Asisten rumah tangga di sana tinggal di bangunan kecil di halaman belakang yang di tempati oleh Bibi dan tukang kebun yang merangkap sebagai penjaga.
Ingin mengandalkan anak dari Bara sama saja ia mengantarkan nyawa karena semua berawal dari pemerkosaan yang di lakukan oleh pria itu padanya. Andai ia masih gadis mungkin rasa sakitnya tak seperti ini. Dan sekarang ia bagaikan barang bekas yang di lempar dan di injak tetapi tidak ada niat untuk di buang. Tetap di miliki tanpa di minati dan hanya di jadikan koleksi.
Setelah puas menumpahkan segala amarah, Bara segera memakai pakaian dan keluar dari kamar. Kinara yang meringkuk polos kemudian merangkak meraih pakaian yang tergeletak di lantai dengan tubuh lemah. Sekuat tenaga melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dari bekas singgungan dan luka yang ada di sekujur tubuhnya.
Belum ada 24 jam ia sangat di inginkan, di sanjung dengan kata indah dan di sayang bak permaisuri raja. Perlakuan lembutpun ia dapatkan sebagai pengobat kekecewaan akan takdir hidup yang sulit di tebak. Perangainya tampak begitu baik dan tulus hingga ia berusaha menerima jika pria yang ada di hadapannya adalah suami sah yang akan menjadi imam dan pelindung hidupnya kelak. Hingga ia menurut dan mengikuti saat hak itu di pinta.
Air matanya hanya sebagai simbol kepahitan keluhan akan diri yang tak terima. Kinara kembali terisak di bawah guyuran shower sama seperti malam saat dirinya dan Bastian menyatu dalam paksaan. Yang menjadi beda bersama Bastian tubuhnya licin di penuhi cairan sedangkan bersama Bara perih di penuhi luka.
Luka fisik mungkin bisa terobati tetapi tidak dengan hati. Tiga pria memperlakukan dirinya tanpa perasaan dan mematikan hati yang sebelumnya baik-baik saja. Ayah, suami dan anak tiri, pria yang menoreh luka dan menyebabkan trauma. Hingga ia tak tau lagi pada siapa saat ini ia bersandar.
Perlahan langkahnya membawa tubuh lemahnya ke sofa, tak ada niat kembali ke ranjang empuk tetapi memiliki kesan buruk. Dia cukup tau diri dan memilih untuk tidur ditempat lain dan mulai membiasakan diri untuk hidup dalam ketidaknyamanan.
Kinara meringis merasakan ngilu di sekujur tubuhnya saat ia mulai merebahkan tubuh di sofa. Sempat terganggu akan itu tetapi tak lama kemudian ia terlelap dengan nyenyak.
Bara masuk ke ruang kerja dan membanting pintu hingga suaranya sampai ke telinga Bastian. Putranya yang sejak tadi memikirkan ibu tirinya merasa semakin bersalah setelah tau apa penyebab utama Kinara di perlakukan sekeji itu.
Bahkan sejak tadi Bastian tidak bisa memejamkan mata, Ia mondar mandir di dalam kamar dengan sesekali mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas panjang. Kebodohannya menjadi boomerang untuk orang lain. Andai ia tidak merampas kegadisan wanita itu mungkin tak akan berujung seperti ini.
Bastian keluar kamar setelah mendengar suara hentakan pintu. Melirik pintu kerja yang tertutup rapat dan melangkah mendekati kamar Papahnya. Bastian kembali menutup pintu setelah memastikan aman dan melangkah masuk.
Pemandangan pertama yang membuat dirinya iba, seorang wanita tertidur di sofa dengan penuh lebam dan gurat kesedihan. Bastian melangkah semakin mendekat dengan perasaan yang entah. Bahkan hatinya bergetar melihat bibir yang tempo hari ia luumat kini tampak membengkak dan berdarah.
Langkahnya semakin mendekat dan bersimpuh di depan Kinara, menatap lebih dalam hingga tangannya terulur mengusap lembut pipi wanita itu. Jantung yang sejak tadi masih aman kini berdegup kencang.
"Nggak mungkin secepat itu hanya karena sekali menyatu......"
Bastian berdiri dengan menggelengkan kepala, masih dengan tatapan yang sama dan rasa yang tak tergambarkan. Bastian menarik nafas kasar dan membuang muka saat mata semakin termanjakan oleh lekuk tubuh dan ingatan akan malam itu.
Ikhlasnya terkikis setelah melihat sendiri tubuh putih bersih yang tempo hari melenakkan dirinya kini berubah warna menjadi merah dan biru.
"Maaf...."
"Mungkin hari ini gue ikhlasin loe buat bokap gue, tapi besok. Jangan harap loe gue lepasin begitu aja!"
Bastian segara keluar dari sana dan masuk ke dalam kamarnya. Dia tak habis pikir dengan otak Papahnya yang begitu dangkal. Menilai wanita hanya dari keperawanannya dan setelah itu ia tinggalkan jika tak sesuai harapan. Dia pun yakin jika pernikahan yang terjadi bukan karena dasar suka sama suka melainkan ada alasan lain di balik itu semua.
Hingga keesokan hari ia terbangun dan segera menuju meja makan setelah rapi siap untuk berangkat kuliah. Bastian melirik kamar sebelah yang juga terbuka dengan menampilkan wanita berpenampilan girly dengan tas yang ada di punggungnya melangkah di balik tubuh tegap Bara.
"Kamu mau berangkat kuliah?" tanya papahnya ketika mereka hendak menuruni tangga.
"Iya Pah." Bastian tampak datar membersamai Bara dan Kinara yang mengikuti langkah keduanya. Tak ada obrolan lagi di antara Papah dan anak hingga Kinara yang sejak tadi hanya menunduk dengan takut terpekik saat kakinya terkilir dan hampir terjatuh jika saja tak ada tangan yang menangkap tubuhnya hingga tatapan keduanya bertemu dengan degup jantung yang saling menggebu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Shepty Ani
dijual ayah demi jabatan diperkosa anak tiri dan di kdrt sama suami malang sekali nasibmu nduk
2024-10-08
0
Ita rahmawati
nasibmu kinara 🥺
knp si bapak sampe sempet nyicip toh,,hrusnya jujur sblm dicelup 🤦♀️🤣🤣
2024-09-27
0
Naura Kamila
😫😫😫😫😫
2023-06-21
0