Setelah menyiapkan makan untuk Bara dan wanitanya, Kinara segara masuk kedalam kamar untuk beristirahat. Dia begitu pusing dan butuh tidur setelah melihat adegan tadi. Andai ada tempat pencucian ingatan mungkin Kinara akan mendatangi untuk menghilangkan semua bayangan akan kegiatan yang sangat menjijikan.
Pagi ini Bastian segera mendatangi kamar sang Papah, Bara keluar dengan rambut acak-acakan dan hanya mengenakan baju tidur kimono dengan bagian dada terbuka. Menatap sang putra dengan senyum hangat tetapi setelahnya mengernyitkan dahi ketika sadar wajah Bastian menahan kekesalan.
Di dalam sana terlihat jelas wanitanya masih tertidur pulas di balik selimut yang sedikit menyingkap dan mempertontonkan bagian yang menggoda tetapi justru membuat Bastian muak melihatnya.
"Apa Papah sadar dengan apa yang Papah lakukan ini? Papah membawa wanita murahan itu masuk kedalam kamar Papah. Bastian nggak nyangka Papah setega itu dengan istri Papah sendiri. Dan tindakan Papah sangat menjijikan Pah! sampai Kinara tersiksa dan memuntahkan semua isi perutnya setelah Papah paksa melihat hal yang tak pantas itu!"
"Bagus! karena itu yang Papah harapkan, membuat Kinara tersiksa. Dia sudah membohongi Papah dengan wajah lugunya. Yang ternyata ia sama dengan wanita yang Papah bawa pulang. Ini balasan atas apa yang telah ia berikan pada Papah!" tegas Bara, dia puas dengan hasilnya semalam.
Bastian menggelengkan kepala menatap sang Papah dengan tatapan tak percaya. Apa yang ada di otak Papahnya, bukannya lebih baik Kinara dari pada wanita ****** itu. Bodoh sekali Papahnya, hingga menyiakan berlian demi batu yang harganya tak seberapa.
"Jika Papah tidak menyukai dia kenapa tidak Papah lepaskan? Padahal yang aku tau Papahku tak sejahat itu. Papah orang baik yang sangat aku sayang dan aku hormati. Tetapi mengapa berbuat keji di depan mataku sendiri Pah? kenapa?" Ucapan Bastian sudah tidak lagi santai, dia begitu geram dengan tingkah Papahnya.
"Karena Papah butuh! Kamu pria dan kamu mengerti tanpa Papah harus jelaskan, jika kamu mendatangi Papah hanya untuk membela wanita itu dan mengusik kesenangan Papah. Kenapa tidak kamu kawinin saja dia sekalian! biar kira duel disini sama-sama!"
"Pah!" sentak Bastian tak terima dengan apa yang Bara ucapkan. Jelas disini Bara benar-benar menginjak harga diri Kinara. Padahal tanpa ia tau anaknya lah yang telah merenggut hal yang sejak awal menjadi masalah rumah tangga keduanya.
"Papah nggak cukup banyak waktu untuk marah-marah dengan kamu, intinya bersikaplah seperti biasa dan anggap saja kamu tidak melihat apapun yang mengganggu dirimu! Sekarang kembalilah ke kamarmu dan jangan mengganggu Papah!" Bara segera menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga terdengar sampai ke telinga Kinara yang baru saja keluar dari kamar ingin menyiapkan sarapan. Tapi hal itu tak membuatnya ingin tau bahkan cenderung cuek dan tak mau ikut campur.
"Kin....kawin yuk!"
Kinara terkesiap dengan ajakan Bastian yang membuatnya merasa heran. Apa maksud dari ucapan itu, kenapa di saat dirinya sudah mulai mengikis rasa takut kini Bastian berucap ngawur dan berpikir ngelantur.
"Jangan ngadi-ngadi kamu! kamu lupa aku ini siapa?" sewotnya dan kembali mengiris sayuran yang ingin di masak. Ia berusaha tak menghiraukan Bastian tetapi ucapan pria itu kembali membuatnya menoleh ke arah anak tiri yang tak tau diri.
"Gue inget, sadar, bahkan waras. Suami loe sendiri yah nyuruh. Terus menurut loe yang ngadi-ngadi siapa, gue apa laki loe?" Bastian menyeringai dengan tatapan meledek. Ya memang Bara yang tadi berucap seperti itu, tapi jika memang boleh kenapa tidak.
"Suami aku itu bapak kamu!" celetuk Kinara yang membuat Bastian bungkam. Memang Kinara pintar dalam mematahkan segala ucapannya. Alhasil dia diam dan tak lagi berucap.
Sarapan siap dan dua pasangan mesum itu turun dengan wanitanya yang tak mau sedikitpun memberi jarak. Sampai Kinara mual melihatnya karena keduanya seperti cicak yang terus menempel tanpa memiliki urat malu.
Mereka makan dalam satu meja dengan Kinara yang memilih untuk duduk di seberang keduanya menghindari Bara yang sewaktu-waktu bertindak semaunya dengan segala titah yang tak terbantahkan. Dan benar saja, baru ia ingin menyuapkan makanan ke mulutnya, tiba-tiba suara Bara menghentikan pergerakan tangannya.
"Kinara, wanitaku ingin telur mata sapi setengah matang. Cepat kamu buatkan!" perintah Bara membuat wanitanya merasa di awan.
Kinara tak menjawab namun segera menuju dapur untuk membuatkan. Dan kembali setelah siap di suguhkan. Tetapi baru saja Kinara ingin kembali duduk Bara kembali memberi mandat hingga ia kembali ke dapur untuk membuatkan telur yang serupa karena tergiur dengan apa yang Kinara buat sebelumnya.
Berulang kali Kinara harus mondar mandir ke dapur hingga makanannya tak lagi menggiurkan. Bastian pun merasa Papahnya sangat keterlaluan dan sengaja berbuat demikian.
"Stop Pah! sejak tadi Papah memerintah tanpa kasihan. Kinara juga mau sarapan, bahkan makanan Papah sudah habis tetapi miliknya tak kunjung di sentuh." Bastian merasa kasihan pada Kinara, kembali menegur sang Papah tanpa takut.
"Bastian, jangan terus kamu membela ibu tirimu itu! Lagian ini sudah menjadi tugasnya. Bukannya kamu tadi mengingatkan akan statusnya? jadi tidak ada yang harus di permasalahkan dalam hal ini."
"Kewajiban dia melayani Papah, bukan melayani sikap manja wanita jalaang itu Pah!" sentak Bastian yang sudah habis kesabarannya. Bahkan rasanya ia ingin menjambak wanita itu dan ia tarik untuk keluar dari rumahnya.
"Bastian jaga ucapan kamu, dia lebih baik dari pada wanita itu!" bentak Papah dengan suara yang tak kalah tinggi. "Dan kamu!" Bastian menoleh ke arah Kinara, "jangan bangga kamu di bela oleh putraku, karena apapun yang kamu lakukan tak akan membuatku berubah pikiran. Kamu tetaplah wanita murahan yang memanfaatkan kepolosanmu untuk menarik para pria! Dan apa yang kamu lihat semalam, itu sama bukan dengan apa yang kamu lakukan sebelumnya? jangan munafik Kinara! Atau diam-diam setelahnya kamu menikmati dan bermain sendiri? sungguh menjijikan! jangan harap aku akan sudi menyentuhmu! dasar hina!" sentaknya kemudian segera pergi dengan menarik wanitanya.
Kinara menunduk dengan air mata yang kembali menetes, Bastian mendekati dan ingin memberi ketenangan untuk Kinara tetapi dia mengangkat tangan saat Bastian sudah ada di sampingnya.
"Tidak perlu mengasihani aku, hati aku memang sakit di perlakukan seperti itu. Tapi aku bersyukur tidak di sentuh olehnya. Karena aku pun tak mengharapkan itu."
"Maaf...." lirih Bastian yang selalu sadar akan ulahnya.
Bastian kembali duduk di tempat semula menatap Kinara yang sudah meninggalkan makanan yang sama sekali belum tersentuh olehnya. Dia pun lebih memilih masuk kamar dari pada meneruskan makan sendirian.
Hari ini keduanya tak ada lagi tegur sapa karena tak ada yang keluar dari kamar. Bahkan hingga sore Bastian memilih untuk pergi ke apartemen Ferdi, saat keluar kamar pun dia tak menemukan Kinara dan segera meninggalkan rumah tanpa niat mengganggunya. Membiarkan Kinara menenangkan diri setidaknya ia cukup tenang karena kini Kinara sudah tak sehoror tempo hari saat melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Shepty Ani
kenapa nggak lawan kinara biar bara kesel trs nyeraiin kamu trs lu bastian kasian" tp nggak nyadar" dia kayak gt gara" lu trs lu diem aja nggak py nyali bt ngakuin kesalahan lu yg bikin nasib kinara setragis itu
2024-10-08
0
sherly
payah bener si Bastian,
2024-02-14
0
Flower Layu Layu
pergilah kinara yg jauh
2023-10-24
0