Bab 10

Bastian menghela nafas berat melihat Kinara berlari menuju kamar, menatap punggung wanita yang sempat memberikan kebahagiaan semalam. Kebahagiaan yang sangat memuaskan dan melenakan. Bahkan kejadian itu ia buat fantasinya saat bermain sabun setiap pagi.

"Njiiiir.......Pinter banget itu lidah kalo ngecap. Dipatahin mulu omongan gue!" Bastian tersenyum tipis kemudian segera masuk ke kamar.

Malam ini Kinara sudah sibuk di dapur, ia mempersiapkan makanan di meja makan. Dengan luwes dia bergerak aktif memindahkan semua makanan yang telah ia masak. Hari ini pekerjaannya sebagai asisten dosen sudah selesai, masak pun tenang karena tak di buru oleh waktu.

Bapak dan anak turun dari lantai atas, mereka mulai menempati kursi masing-masing. Kinara yang tanggap segera melayani suaminya, meskipun sebelumnya pernah mendapat penolakan tetapi tak membuatnya gentar.

Kali ini Bara diam menerima, ia segera meraih sendok dan garpu untuk memulai makan. Kinara pun memposisikan diri di samping suaminya. Tapi belum sampai bokongnya singgah di kursi, suara hentakan sendok membuatnya terjingkat. Bahkan dengan tega Bara menyemburkan air minum dari mulutnya di ke wajah Kinara.

"Masak apa kamu?" bentak Bara membuat jantung Kinara terpacu hingga menimbulkan debaran yang kencang. Sedangkan Bastian cukup terkejut melihat tindakan Papahnya.

"Kenapa Mas? apa tidak enak?" lirih Kinara setelah mengusap wajahnya dengan tisu yang tersedia di meja makan. Padahal Kinara sudah memasak sepenuh hati, dia pun sering membantu ibu memasak. Dan sejak kemarin tak ada komplain dari keduanya, tetapi malam ini suaminya mendadak rewel dan kembali melayangkan tatapan tajam hingga suara tinggi yang menggema di satu rumah.

"Kamu memang tak becus jadi istri! masak aja keasinan semua begini. Kamu mau apa hah? mau aku sentuh? aku bahkan tidak sudi menyentuhmu, lebih baik aku menyewa jalaang dari pada harus menjamah sampah seperti kamu!" sentak Bara kemudian segera berdiri membuat Kinara yang berada di sampingnya tersenggol dan hampir terjatuh jika tak cepat meraih lengan suaminya.

Bastian yang sejak tadi berada di sana hanya bisa mengepalkan tangan. Dia tak terima dengan apa yang di ucapkan Papahnya, andai orang tua itu tau jika dia lah yang merusak istrinya. Apa kah masih menyebut Kinara dengan kata sampah. Padahal Kinara wanita baik dan tak sebanding dengan jalaang.

"Lepas!" sentaknya lagi dan segera meninggalkan meja makan. Kinara menghela nafas berat, ia segera duduk berjarak dengan Bastian. Wajahnya tampak sendu tapi cukup penasaran dengan masakannya sendiri. Kinara mengambil sendok dan mencicipi, tak ada yang salah dari masakannya hanya memang sedikit asin tak seperti sebelumnya.

Bastian melihat ekspresi Kinara yang tampak kecewa, dia segera mengisi piring dan menyendok semua makanan yang telah tersaji di meja. Bastian pun tak ragu untuk memakannya bahkan Kinara membolakan mata saat makanan di piring Bastian berangsur habis.

"Enak, besok masak lagi ya. Kamu istri idaman, jangan patah semangat untuk berusaha lebih baik lagi."

Kinara tercengang mendengar ucapan Bastian dan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Piring Bastian bersih tak tersisa makanan sedikitpun dan ucapannya mampu menyejukkan hati. Kinara pun segera memakan masakannya dengan lahap. Ia tak perduli dengan rasa yang sedikit asin, toh jika di kasih nasi asinnya tak terlalu terasa.

Bastian tersenyum melihat Kinara dari lantai atas, melihat Kinara makan dengan nasi yang banyak untuk mengurangi rasa asin masakannya. Memang Bastian akui malam ini masakan Kinara tak seperti biasanya. Tetapi dia tak sampai hati meninggalkan meja makan yang nantinya akan membuat Kinara semakin kecewa.

"Mudah-mudahan perut gue nggak mendadak buncit karena kebanyakan air. Tapi apa benar dia minta kawin, ah jangan-jangan diem-diem ketagihan lagi. Ibu tiri menggemaskan suatu saat akan anakmu kasih pisang panjang yang melenakkan, tunggu ya sayang!" Bastian senyam-senyum sendiri dan segera masuk ke dalam kamar saat melihat Kinara yang melangkah menaiki tangga.

Kinara tersentak saat ia membuka pintu kamar tiba-tiba sebuah bantal singgah di wajahnya. Bara muncul dengan tangan berkacak pinggang.

"Mas...."

"Tidur di kamar lain dan jangan lupa kamu bereskan barang-barangmu dari kamarku! karena mataku sakit melihat kamu ada di sofa kesayanganku!" Bara segera meninggalkan Kinara menuju ruang kerja, memberikan waktu untuknya membereskan barang-barangnya dan pindah ke kamar tamu yang ada di lantai bawah.

Kinara pun tak membantah, ia pikir ini lebih baik dari pada harus satu kamar dengan manusia tak berperasaan. Dia segera membereskan dan memindahkan semua barang-barangnya, cukup lelah tetapi tak mengapa karena setelahnya ia akan tidur lebih nyenyak terbebas dari tatapan garang suaminya.

Langkah Kinara terhenti saat ia bertemu pandang dengan Bastian yang hendak pergi ntah kemana. Dengan sigap Bastian meraih tumpukan buku di tangan Kinara tanpa bisa wanita itu menghindar.

"Mau di bawa kemana?" tanyanya masih berdiri di depan Kinara yang kini menunduk dengan memberi jarak.

"Kamar tamu." Jawab Kinara singkat dan segera kembali ke kamarnya untuk mengambil semua barang yang masih tersisa. Setelahnya segera kembali kamar tamu yang kini menjadi kamar untuknya.

Bastian segera meletakkan buku-buku dengan rapi, ia menghela nafas lega saat tau Kinara tidur terpisah dari Papahnya. Malam ini Bastian seperti mendapatkan Jackpot yang sangat besar, yang pertama Kinara belum di sentuh oleh Papahnya dan yang kedua Kinara tak lagi tidur di kamar utama. Setidaknya ia lega karena Kinara tak lagi mendapatkan perlakuan kasar dan ia pun bisa memiliki kesempatan untuk mendekat.

Kinara berdiri di luar kamar memberi jalan untuk Bastian keluar, ucapan makasih tersemat lirih setelah Bastian keluar dan ia segera menutup pintu dengan cepat.

"Sama-sama, imut banget sich loe suaranya. Eugh pengen gue bungkus bawa masuk kamar!"

Bastian menggelengkan kepala, dia di buat gila dengan Kinara yang sulit di dekati tapi membuat gemas setiap kali bertemu.

Bastian segera pergi dari sana, malam ini ia ingin ke club' Alan karena ada undangan dari kedua sahabatnya yang mengajaknya untuk sekedar mengobrol dan bersantai. Karena besok weekend dan tak jadi masalah jika ia pulang terlambat.

"Kok ada dia?" tanya Bastian ketika sudah sampai di club' malam. Ia menatap tak suka pada wanita yang sejak dulu mengusiknya dan cukup terganggu dengan adanya dia di dekat kedua sahabatnya.

"Duduk dulu! loe baru sampai udah ngomel aja. Dia cuma mampir, kecuali kalo loe mau dia bakal singgah lebih lama dan menghangatkan ranjang. Gimana?"

Bastian menatap jengah kedua sahabatnya dengan bergantian dan wanita yang kini tersenyum menggoda dengan pakaian mini yang memamerkan lekuk tubuhnya.

"Sorry, tapi rasa yang kemarin belum tergantikan!" Bastian segara beranjak dari sana dan kembali pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

siapa ya cwe itu,,adeknya kinarakah

2024-09-27

0

sherly

sherly

sebel aku Ama kamu bas

2024-02-14

0

Naura Kamila

Naura Kamila

malah enak, pindah rumah sekalian

2023-06-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!