Bab 03

Bastian berlari ke ruang khusus kemahasiswaan, ia menanyakan data mahasiswa yang bernama Kinara tetapi tak membuahkan hasil. Pihak kampus tak memberi sembarangan Identitas yang bersifat pribadi. Apa lagi tidak ada alasan yang tepat dan tidak ada hubungan saudara atau kerabat.

Keluar dari ruangan itu dengan tangan hampa, Bastian mengusap kasar wajahnya, dia tak tau harus kemana lagi mencari, sedangkan Alan mengatakan jika Kinara sudah tiga hari ini tidak lagi bekerja.

Entah mengapa Bastian begitu ingin bertemu dan meminta maaf. Jika perlu ia pun akan bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan. Pantas saja uang yang ia letakkan di nakas utuh hingga ia terbangun. Ternyata orang yang ia nodai adalah gadis baik bukan pelayan yang membuka tarif.

"Udah ikhlasin, anggap itu hadiah dari Tuhan...." Ferdy menepuk pundak Bastian yang hanya diam tak memperdulikan. Alan pun ikut kerepotan mencari, karena Bastian menganggap bahwa Alan lah yang menjadi dalang dari semuanya. Hingga seminggu berlalu tak juga ia menemukan wanita itu.

"Tian!" seru Alan yang baru saja sampai di kampus saat sahabatnya sudah ingin masuk mobil.

"Kenapa? udah ada kabar?"

"Ck, itu terus. Capek gue nyarinya, ntar malem hang out dulu lah. Loe nggak pusing apa seminggu ini muka loe kusut begitu udah kayak benang layangan."

Bastian menatap datar pria yang ada di hadapannya. Dan bersedekap dada dengan menghela nafas berat. "Loe belum pernah ngerasain main sama perawan, jadi nggak tau rasa bersalahnya gue kayak apa! Lagian besok bokap gue nikah, malam ini gue nggak bisa kemana-mana." Bastian segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Alan yang menatap nanar kepergiannya.

"Susah emang kalo ngomong sama orang yang belum pernah nyelup, ngelakuin sekali nyeselnya berhari-hari. Padahal yang cewek juga udah lenyap di telan bumi. Terus mau nyari kemana lagi..."

Sesampainya di rumah Bastian segera masuk dan di sambut oleh Papahnya. Hari ini beliau sengaja pulang cepat untuk melakukan perawatan agar tubuhnya bugar di hari pernikahan. Bastian yang melihat sang Papah sedang mendapatkan serangkaian pijatan dari kepala, wajah sampai kaki hanya bisa tersenyum geli.

"Inget umur Pah..." ucapnya kemudian segera naik menuju kamar.

"Umur masih muda tapi tenaga tidak boleh kalah sama kamu Tian!" seru Papah tanpa melirik Bastian.

"Papah mau nikah bukan mau bajak sawah! Obat kuat banyak Pah, nggak perlu susah!"

"Anak itu...."

Keesokan harinya keduanya tampak rapi dengan jas membalut tubuh mereka. Keduanya segera melangkah menuju mobil dan berangkat ke tempat mempelai wanita.

"Bagaimana penampilan Papah Tian?"

"Papah masih sangat muda, tidak perlu khawatir!" ucapnya tanpa menoleh ke arah Papahnya.

"Kamu menilai dirimu sendiri atau menilai Papah?" pasalnya saat ini Bastian sedang merapikan penampilannya dengan melihat ke arah kamera ponsel.

"Aku dan Papah sebelas dua belas!" jawabnya santai.

Sesampainya di sana keluarga mempelai wanita menyambut kedatangan keduanya dengan begitu ramah, apa lagi yang mereka hadapi adalah atasannya sendiri. Ibu dari Kinara pun sudah menerima keputusan sang suami demi kehidupan yang lebih baik. Dan membujuk Kinara agar mau dan bersedia menikah tanpa ada lagi perdebatan.

"Mari masuk Pak, penghulu sudah datang dan acara sudah bisa di laksanakan."

Pak Bara hanya menganggukkan kepala lalu melangkah menuju tempat dimana tempat prosesi sakral akan di selenggarakan. Para tamu undangan dan tetangga pun sudah berkumpul untuk menyaksikan pernikahan keduanya.

"Gimana para saksi?"

"Sah...." seru para tamu yang hadir.

Setelah kata sah menggema Kinara keluar dari kamar dan melangkah menuju tempat dimana sang suami menunggu dengan tidak sabar. Hatinya gamang, jantungnya berdebar kencang. Melangkah perlahan dengan di dampingi oleh Ibunya.

Mata Kinara membola melihat pria yang telah merenggut kesuciannya berdiri di dekat Pak Arman dan Pria yang ia pastikan adalah suaminya. Jantungnya semakin berdebar kencang bahkan tubuhnya bergetar hebat saat bayangan demi bayangan kejadian di malam yang naas mulai singgah di pikiran.

"Kinara kamu kenapa?" tanya Ibu yang melihat gerak gerik tak biasa dari putrinya.

Berulang kali Kinara menarik nafas dalam dan membuangnya dengan perlahan, menormalkan detak jantung agar bersikap lebih tenang. Sama halnya dengan Bastian, dalam keadaan normal jantungnya tak bisa di kendalikan. Cukup lega telah menemukan, tetapi tak menyangka jika wanita yang ia tuduh hingga melakukan one night stand dengannya kini berdiri sebagai Ibu Tiri.

"Ini gila, takdir mempermainkan gue!

Tangan Kinara terulur saat suaminya menyambut dan perlahan menyalami dengan takzim, merasakan kecupan pertama dari pria yang tidak ia inginkan. Setelah sungkem dengan kedua orang tuanya, kini tiba dimana Kinara berdiri di hadapan Bastian. Ia tampak bingung dan menatap Pak Bara dengan tatapan yang entah.

"Dia anak saya, anak tiri kamu sekarang. Namanya Bastian...."

Kinara tercengang bahkan tak menyangka jika akan bertemu kembali dengan orang yang ia hindari dan menjadi terikat setelah ia menikah. Bastian mengulurkan tangannya, tetapi dengan cepat Kinara mundur bahkan terlihat takut dan kembali berdiri di samping pria yang kini menjadi suaminya.

"Tidak apa, nanti juga akrab. Mungkin karena seumuran jadi tampak canggung," ucap Pak Bara yang mencoba untuk mengerti.

Bastian yang mendapat penolakan dari Kinara segera keluar dari sana dan segera pergi. Dia masih tak menyangka jika Kinara menjadi ibu tirinya. Wanita cantik yang berdandan begitu anggun menolak mendekat karena malam kelam.

BRAK

"Woy pelan-pelan pintu gue itu!" teriak Alan yang sedang makan siang bersama Ferdy.

"Loe ngapa?" tanya Ferdy yang mengerti jika Bastian tidak baik-baik saja.

Bastian segara melempar jasnya dan mengambil alkohol yang tersimpan di lemari kaca. Ia mendatangai apartemen kedua sahabatnya dengan perasaan tak karuan. Dan kini ia ingin melupakan dengan minuman.

"Tumben!"

"Mau merelakan bini orang!" sahutnya kemudian segera menenggak minumannya.

"Ngomong apa sich loe ngelantur!" celetuk Alan.

Bastian menghabiskan dua botol minuman beralkohol hingga ia tertidur dan bangun di tengah malam. Membuka matanya yang berat dan berusaha melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

"Loe mau kemana?" tanya Ferdy yang baru datang entah dari mana. Ia membawa makanan untuk kedua sahabatnya tetapi tak di hiraukan oleh Bastian yang segera keluar dari apartemen untuk pulang.

"Yee....dia kabur."

Bastian segera pulang setelah ia merasa sudah lega dan bisa sedikit melupakan dan mengikhlaskan.

"Gue ikutin takdir mau kemana...."

Bastian masuk kerumah saat semua lampu sudah padam, hanya lampu kamar Papahnya yang masih menyala. Ia paham dengan apa yang di lakukan pengantin baru dan berusaha tak peduli dengan segera masuk ke dalam kamar.

Langkah Bastian terhenti saat mendengar suara dari dalam kamar Papah. Ia berusaha mendekat untuk memastikan. Dada Bastian bergemuruh mendengar teriakan dari dalam kamar yang begitu menyesakkan. Tangannya mengepal dan segera meninggalkan.

Terpopuler

Comments

Naura Kamila

Naura Kamila

pasti pak bara kecewa karna Kinara sudh tidak suci 🥺

2023-06-21

2

Naura Kamila

Naura Kamila

ya, , si bapak ini ngincernya daun muda, , nanti kalo tahu udah gak suci pasti Kinara dihina lagi, , hedehhhhh

2023-06-21

0

Laela Miss

Laela Miss

kok nggak up" kak..

2023-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!