deg
Kedua pasang mata bertemu dengan tubuh Kinara yang berada di dalam pelukan Bastian. Aroma tubuh Bastian membuat debaran jantung Kinara semakin kencang. Bahkan bayangan akan malam naas itu kembali melintas di kepala.
Berbeda dengan Bastian, ia pun merasakan debaran yang sama namun semakin terbuai dan tak kuasa menahan gejolak di dada. Ingin rasanya ia terus memeluk dan mengatakan jika Kinara adalah miliknya dan sampai kapanpun akan tetap menjadi miliknya. Namun Bastian harus tersenyum masam saat Kinara dengan cepat melepaskan dengan mata penuh ketakutan dan ketidaknyamanan.
"Pakai matamu! beruntung anak tiri mu sigap jika tidak, kau akan terjungkal!" sentak Bara dengan nada tinggi membuat Kinara terjingkat dan segera menganggukkan kepala.
Mereka bertiga segera sarapan, Kinara sadar akan kewajiban dan segera melayani suaminya. Tetapi baru saja sepiring nasi goreng yang ia siapkan mendarat di hadapan Bara, pria itu segera menepis hingga piring tersebut terjatuh ke lantai dengan nasi yang berhamburan.
Kinara pun kembali tersentak akan perlakuan kasar dari Bara, ia segera beralih untuk membersihkan tetapi dengan cepat Bastian mencegah.
" Jangan! kamu bisa terluka, biarkan Bibi yang membersihkan." Cegah Bastian saat Kinara ingin mendekati lantai yang kotor. Namun Bara justru membiarkan Kinara membersihkannya sendiri. Bastian pun hanya bisa menghela nafas panjang lalu fokus pada sarapannya.
Ia sadar tak ada hak untuk membela saat statusnya hanyalah anak, tetapi cukup iba melihat Kinara berjongkok dan mengumpulkan pecahan piring dengan tangan kosong.
"Ini pantas untukmu! mulai saat ini kamu pun harus ikut membantu pekerjaan rumah tangga, setidaknya kamu masak! biar tak jadi pemalas dan terlalu menikmati hidup di rumah mewah!" ucap Bara dengan menatap tajam Kinara yang tak ada niat untuk mendongakkan kepala. Kemudiaan segara pamit pada Bastian karena moodnya hancur sejak semalam.
"Habiskan sarapannya! Papah akan berangkat lebih dulu. Dan satu lagi, biarkan ia membersihkan sendiri. Jangan pernah kamu membantunya ataupun menyuruh bibi untuk membersihkan!" tegas Bara dan segera pergi setelah sempat menepuk pundak Bastian.
Bastian melirik Kinara yang kini membersihkan serpihan dan buliran nasi dengan sapu dan pengki. Matanya melebar saat ia melihat ada tetesan darah yang jatuh dari jemari Kinara. Ia pun melihat Kinara dengan wajah datar seperti tak merasa kesakitan. Hal itu membuat Tian menarik nafas dalam dan segera mendekat.
Dengan cepat Tian menarik tangan Kinara hingga sapu terlepas dari genggaman wanita itu. Bastian melihat dengan teliti dan mengeluarkan serpihan beling yang masih menancap lalu ia menatap wajah yang berubah sendu dengan lekat.
Sadar di perhatikan Kinara segera menarik tangannya dan kembali meraih sapu lalu berjalan meninggalkan Tian.
"Jika sakit jangan di tahan, berhentilah dan obati dulu lukamu! ada kotak obat di sebelah dapur, jika tidak bisa biar aku yang mengobatinya." Bastian mencoba berbicara dengan sopan dan menghormati status Kinara di rumah itu. Dan ia pun tak ingin Kinara semakin membencinya.
"Bahkan luka ini tak sebanding dengan luka yang kalian buat!" ucapnya setelah sempat menghentikan langkahnya dan segera meninggalkan Tian.
Tian tercengang mendengar ucapan Kinara, benar kata wanita itu. Dia dan Papahnya sudah menyakiti dan tanpa sadar membuat trauma mendalam. Hal itu membuat Bastian semakin merasa bersalah dan segera meninggalkan rumah.
.
.
.
Sampai di kantor Bara dengan sikapnya yang dingin berjalan menuju ruangannya menyisakan para karyawan yang seketika tertunduk hormat dengan hati ketar-ketir gelisah. Pasalnya mereka melihat raut wajah Bara yang tidak seperti biasa. Bahkan mereka sudah antisipasi agar tidak kena amuk, karena dalam mood yang tidak baik, mereka akan kena marah sekecil apapun kesalahan yang di lakukan.
Bara masuk keruangan, ia segara menghubungi divisi marketing untuk meminta Pak Arman datang menemui. Amarahnya memuncak saat melihat raut wajah sumringah dari orang yang kini menjadi mertuanya. Bahkan Bara begitu marah hingga tangannya mengepal dan segera beranjak menghampiri.
BRAK
Tubuh Pak Arman terpental ke lantai hingga menyebabkan sofa berantakan. Beliau begitu terkejut dengan serangan yang tiba-tiba dari menantunya. Rasa sakit pun ia rasakan di sekujur tubuh, apa lagi umur yang tak muda lagi membuat tubuhnya tak sekuat dulu.
Pak Arman pun heran kenapa wajah Bara begitu marah sedangkan tak ada masalah dan semua sudah selesai setelah menikahkan dirinya dengan Kinara. Beliau meringis bergeser mundur saat Bara melangkah mendekati dan berhenti ketika kedua pipinya di apit hingga mulutnya tak bisa berucap.
"Berani kamu main-main dengan saya! sejak awal sudah saya ingatkan jika saya tak mau barang bekas, tapi kamu justru memberikan sampah kepada saya!" sentaknya dengan melepaskan wajah pria itu dengan kasar hingga terjungkal kebelakang.
"A..apa maksud Bapak?" tanya Pak Arman dengan suara terbata setelah berusaha untuk kembali berdiri dan menghadap ke arah Bara. Menatap wajah pria itu dengan tatapan bertanya.
Bara menyeringai licik dengan tatapan menghunus seperti ingin menguliti Pak Arman. Ia bersedekap dada dengan angkuh mendekati Pak Arman yang tampak gelagapan.
"Kamu ayahnya tetapi kamu tak tau jika putrimu selama ini mengobral pangkal paha dengan banyak pria! Kamu itu ayah yang lalai karena dengan mudah di kelabuhi oleh wajah polos putrimu!" ucapnya lirih tetapi begitu menyakitkan hati Pak Arman, dia sakit dan merasa di bohongi oleh putrinya sendiri dan ia membenarkan ucapan Bara jika ia gagal. Tapi apakah benar semua yang di katakannya, sedangkan ia yakin karena sejak dulu Kinara tak pernah bergaul di luar batas dan membuat masalah.
"Benarkah begitu Pak? benar putri saya sudah tidak gadis saat bapak menyentuhnya?" tanya Pak Arman dengan halus. Dia yang masih harus menahan sakit, kini pun harus menahan keterkejutan yang membuat dadanya sesak.
"Kamu pikir aku berbohong? kamu pikir aku tak dapat membedakan?" sentak Bara yang gelap mata hingga melayangkan bogem mentah membuat bibir Pak Arman terluka.
"Ampun Pak, maaf.....saya sama sekali tidak tau menau akan hal itu. Putri saya wanita baik-baik dan tidak pernah bergaul apa lagi sampai pacaran di luar batas. Ia hanya sibuk kuliah dan bekerja. Mana mungkin sampai menjual diri dengan pria hidung belang...." lirihnya dengan menahan sakit di ujung bibir yang berdarah.
"Tau apa kamu tentang anakmu? sedangkan kamu saja tidak tau apa pekerjaan dia sebelumnya? Keluarga macam apa kalian! sekarang kamu keluar dan bereskan barang-barangmu lalu kembali ke posisimu sebelumnya!" titah Bara dengan tegas.
Bastian kembali duduk di kursi kebanggaannya, ia sudah tak minat lagi membahas istri yang sangat mengecewakan. Melihat mertuanya saja ia begitu muak, jika bukan karena kinerjanya yang baik, Bara tak akan mau mempekerjakannya kembali.
"Tapi Pak..."
"Pindah atau keluar dari kantor ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
dewi
kirain mau dipecat
2024-07-25
0
Naura Kamila
Bara bara, , tua tua songong 😒😒 duda, mau ny nikah ma daun muda, , minta perawan pula, ,tempramen jg, , gedegggg
2023-06-21
0
Manroy Manta
menantu edan sekaligus suami biadab kau bara 😠
2023-03-18
1