Hingga malam hari Kinara tak kunjung keluar kamar dan mengabaikan makan malam. Ia memilih berdiam diri di kamar untuk belajar dan mengerjakan tugas. Karena tak ada meja belajar, Kinara menjadikan sofa tempatnya tidur untuk mengerjakan pekerjaannya hingga tampak berantakan dengan banyaknya kertas dan buku. Bukan tanpa alasan ia terlihat banyak sekali tugas, karena sudah beberapa bulan ini Kinara mengambil kerja sampingan dengan menjadi asisten dosen.
Kinara yang pintar dan di anggap mampu, di beri amanah untuk membantu dan tak hanya itu Kinara pun di gaji setiap dua Minggu sekali. Semua itu karena Pak Yudha yang fokus dengan istri dan kedua anaknya yang masih sangat kecil membuat waktu di kampus tak bisa seperti dulu.
Kinara yang memang butuh uang pun akhirnya mengiyakan, dia pun telah mengenal istri dari dosennya yang memang senior dia dulu. Alhasil ia jarang terlihat santai ketika di kampus. Dan hari ini terpaksa membawa tugasnya karena pulang cepat setelah mendapat masalah dengan Bastian.
Hingga hampir larut malam Kinara masih bergelut dengan banyak kertas, meneliti satu persatu dari pekerjaan mahasiswi lain hingga matanya terasa berat dan tertidur dengan bersandar sofa.
Bara pulang setelah Kinara tertidur lelap, ia masuk kekamar dan di suguhi oleh pemandangan yang mengusik dirinya. Kinara dengan banyaknya kertas yang berserakan di lantai menjadi pemandangan yang membuatnya sakit mata. Pria itu mengendurkan dasi dan membuka sepatu lalu melemparkannya tepat di hadapan Kinara.
Kinara terjingkat dan membuka mata, menatap wajah pria yang menyorotnya tajam membuatnya tersadar dan segera membereskan kertas yang berantakan di lantai.
"Auwh....." Kinara terpekik saat tangannya di injak dengan kasar oleh Bara. Bahkan air matanya kembali menetes merasakan sakit hingga ke tulang.
"Ampun lepaskan mas!" rintihnya menatap Bara dengan wajah sendu tetapi tak membuat Bara iba akan itu. Pria itu semakin menekan dan memutar dengan menyeringai jahat pada Kinara.
"Aaaakhhh.......sakit mas!" teriakan mengusik penghuni kamar sebelah. Bastian yang baru akan terlelap akhirnya terbangun dan memastikan dengan apa yang terjadi.
"Jika lain kali kamu mengotori kamarku, aku tidak segan-segan mematahkan tanganmu, mengerti!" sentaknya kemudian segara masuk kedalam kamar mandi.
"Siapkan pakaian ganti untukku!" seru Bara sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Kinara menatap nanar tangannya yang sudah memerah, rasanya begitu sakit bahkan teramat menyakitkan hingga tak sanggup di gerakkan. Kinara memaksakan diri untuk membereskan semua kertas dan segera memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu ia mengambil pakaian ganti dengan tangan kiri.
Pagi ini Kinara memaksakan diri untuk memasak, Bibi pun tak tega ketika melihat tangan Kinara yang memerah dan terkadang mendesis kesakitan. Tapi di gantikan pun Kinara menolak. Dia tidak ingin akan menjadi masalah dan membuatnya dalam bahaya.
Kinara kembali setelah selesai memasak dan menyiapkan pakaian kerja Bara. Kegiatan yang ia lakukan setelah beberapa hari menjadi istri. Kegiatan yang belum tentu mendapatkan pahala karena di lakukan dengan keterpaksaan.
"Kinara!" seru Bara dari dalam kamar ganti, Kinara yang mendengar segera menghampiri namun belum mendekat, Bara dengan cepat menarik tubuhnya hingga terjatuh di lantai.
"Nggak becus jadi istri! lihat apa yang kamu ambil? Kamu pikir aku anak magang memakai kemeja putih dan celana hitam! Selera kampungan kamu! Belajar jadi istri yang baik jika ingin di sayangi bukan setiap hari ingin sekali dimarahi!" sentak Bara dengan menoyor kepala Kinara hingga terhuyung ke samping.
"Akan aku gantikan!" Kinara segera bangkit tetapi ucapan Bara membuatnya mengepalkan tangan.
"Tidak perlu! mungkin aku harus mencari istri lagi, istri yang bisa memanjakan dan melakukan kewajiban tanpa ada kesalahan! Tidak seperti kamu yang tidak bisa apa-apa!"
Kinara menatap Bara dengan tatapan tidak terima, bahkan dia sudah berdiri dan memberanikan diri. Kinara tersenyum miring kemudian mencoba mengikis jarak.
"Jika memang saya tidak becus dan tidak bisa apa-apa. Silahkan anda mencari istri lagi saya tak akan keberatan. Tapi saya minta hari ini juga ceraikan saya!" tegas Kinara.
Plak
"Berani kamu meminta cerai dariku? kamu pikir kamu itu siapa? Wanita sampah sepertimu tak ada hak menghakimiku apa lagi menuntut seperti itu. Dan jangan harap kamu bisa lepas dariku sebelum aku puas menyakitimu!"
Bara segera mengambil pakaiannya di lemari dan keluar dari sana. Tubuh Kinara ambruk di lantai, tamparan sudah biasa baginya tapi ia tak sanggup jika terus di perlakukan kasar. Buat apa bertahan jika hanya untuk di perlakukan semena-mena.
Kinara sengaja turun agak telat agar tak kembali bertemu dengan Bara. Beruntung hari ini makulnya agak siang, jadi ia tak akan terlambat. Dia pun ingin mengindari Bastian, karena Ayah dan anak membahayakan baginya.
"Non, sarapan dulu sebelum berangkat. Kata Den Tian kemarin non Kinara pingsan makanya saya di suruh memastikan non Kinara sarapan sebelum berangkat kuliah."
"Siapa yang menyuruh Bibi?" tanya Kinara memastikan.
"Den Bastian, dia baik non, perhatian, tapi Bibi lihat non kurang suka padanya."
Kinara menarik nafas dalam, ia segera duduk dan mengisi piring untuk sarapan. Ucapan Bibi cukup mengganggu pikirannya. Andai bibi tau jika orang yang ia sanjung adalah orang yang merusak masa depannya. Mungkin beliau tak akan berucap demikian.
Kinayu pun hanya menanggapi dengan senyuman, dia pun tak mungkin menceritakan semuanya ke sembarang orang. Karena tak ingin apa yang ia ucapkan akan menjadi boomerang nantinya.
Setelah menyelesaikan makannya, Kinara segera berangkat. Melupakan kejadian yang terjadi pagi ini dan fokus belajar. Sepulang dari kampus ia menyempatkan diri untuk mampir ke klinik. Sakit di tangannya tak kunjung reda dan ia butuh obat.
"Kinara!" seru Bastian yang kebetulan baru sampai di rumah saat dirinya pun baru datang. Pria itu menelisik ke tangan Kinara, tangan yang semalam ingin ia obati tetapi tak cukup nyali. Kinara hanya diam tak menoleh ke arah Bastian. Pria itu segera berlari mendekati dan berdiri di belakang Kinara dengan senyum mengembang.
"Sudah di obati? gue pikir belum. Ini gue bawain salep biar cepat sembuh. Kata petugas apotik ini manjur buat luka apapun. Di coba ya, siapa tau beneran ampuh." Bastian menyodorkan plastik obat pada Kinara tetapi tak di hiraukan olehnya. Kinara menarik nafas dalam dan segera meninggalkan.
"Kinara...hey....please jangan gini! kalo loe nggak suka sama gue nggak apa-apa tapi jangan tolak apapun yang gue kasih, gue tulus. Ini ambil, ini obat ampuh biar loe nggak kesakitan lagi!" Bastian terus membuntuti Kinara hingga langkah wanita itu terhenti dan ia pun segera menghentikan langkahnya. Bastian menjaga jarak agar Kinara tetap nyaman.
"Seberapa ampuh obat itu? apa bisa menyembuhkan hati aku?" Kinara segera berlari menuju kamar meninggalkan Bastian yang diam terpaku di tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
bucinnya Bangtan💜
eehhh ternyata dikisah Kinara ini ada Yudha suaminya kinayu,bahkan dia jd dosennya,plisss author pertemukan Kinara dan kinayu,biar mereka yg nolongin Kinara agar bisa pisah dari sibara api,dan Kinara dijodohkan aja sama sigilang
2025-01-24
0
Ita rahmawati
dosen yudha,,suaminya kinayu kah 🤔
2024-09-27
0
Muti
pantesan Thor salah ketik Kinara jdi kinayu ternyata Kinara jdi asistenya PK yud hehe seru Thor aku suka karyamu nggk terlalu bnyk bab TPI lngsung end tetp smngt ya Thor ngtiknya hehe
2024-02-29
2