Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Kiarra terus memacu kudanya dengan kencang. Dra yang akhirnya tersadar, kini harus menahan sakit di bahu dengan anak panah tertancap. Ingatan Kia tak memberitahukannya tentang wilayah di Negeri Kaa. Kiarra seperti hilang arah. Ia hanya terus berlari di tengah wilayah merah seperti terbakar meski tak berapi.
"Hah! Hah! Kia, po-pohon jembatan ... ada pohon jembatan di dalam hutan itu," tunjuk Dra dengan tubuh lemas dan wajah pucat karena kehilangan banyak darah.
Kiarra yang melihat kawasan hutan tak jauh dari tempatnya berada bergegas memacu kudanya ke wilayah itu. Saat ia hampir tiba, lagi-lagi ....
"Itu dia!"
"Hah!" kejut Kiarra saat ia mendengar suara teriakan di belakang.
Ternyata para perompak itu mengejar padahal sudah mendapatkan baju perisai berlapis emas miliknya. Kiarra yang tak lagi memiliki benda berharga kecuali pedang dan belati karena terikat di pinggang, tak sudi menyerahkannya.
"Bertahan, Dra! Kita akan segera sampai!" teriak Kiarra dengan mata fokus ke depan.
Dra berpegangan kuat pada perut Kiarra. Ia menoleh ke belakang dengan tatapan sayu dan mendapati empat perompak siap menyabetkan pedang ke arah mereka. Dra mengulurkan satu tangannya ke arah para perompak itu dengan mata berkedip berulang kali seperti mencoba fokus pada bidikan.
"Reguna gee tolama!" teriaknya lantang dengan mata ungu menyala terang.
Seketika, WHOOM!!
"Hargh!" rintih para perompak ketika tiba-tiba saja rumput di sekitar mereka terbakar dengan api ungu.
Dra kembali menggunakan mantra yang sama saat ia menyerang aula istana. Penyihir itu langsung ambruk di punggung Kiarra tak sadarkan diri. Kiarra menoleh dan melihat para perompak itu panik akibat dikelilingi api ungu yang tinggi dan sulit untuk dilewati.
"Usaha akhir yang bagus, Dra. Aku tak akan menyia-nyiakan pengorbananmu. Heyah!"
Kuda Kiarra berhasil memasuki hutan dan menerobos kumpulan pohon-pohon yang cukup rapat seperti tak memiliki celah. Hanya saja, kudanya tampak kesulitan karena sulit bergerak. Mata Kiarra memindai sekitar dan mencari pohon biru yang diyakini olehnya adalah pohon jembatan seperti ingatan kala itu.
"Oh, itu dia!" seru Kiarra dengan perasaan lega membuncah.
Sayang, saat ia akan melewati jalanan tanah yang dipenuhi tumpukan daun, batang-batang pohon itu sangat rapat sehingga kudanya tak bisa lewat. Kiarra nekat turun dan menggendong Dra di punggung. Ia meninggalkan kudanya dan berjalan dengan tergesa mendekati pohon yang memiliki dedaunan berwarna biru itu. Kiarra mengulurkan tangannya dengan ragu untuk menyentuh batang. Seketika ....
"Oh, berhasil! Hahaha! Kita berhasil teleportasi, Dra!" seru Kiarra gembira.
Ia melihat sekitar di mana tempat itu tampak lain tak seperti nuansa bulan ungu atau merah seperti biasanya.
"Woah ...," kagumnya dengan Dra masih dalam gendongan di punggung.
Kiarra melihat ada banyak pohon, tetapi dengan daun berwarna ungu di sana. Ia memandangi sekitar dan merasa jika aura di tempat itu sedikit berbeda. Ia menatap pantulan pohon ungu itu di mana cahaya biru terlihat jelas di sana. Kening Kiarra berkerut karena warna daun pohon dan pantulan berbeda. Ia bingung, tetapi akhirnya tersadar jika para bandit itu bisa saja menyusulnya melalui pohon jembatan.
Kiarra yang masih menggendong Dra segera berlari menjauh dari pohon teleportasi menuju ke bebatuan yang terlihat sebuah gua di sana. Ia tak tahu di mana dirinya berada karena langit juga terlihat berbeda. Bulan tak terlihat merah ataupun ungu. Langit pun seperti senja di Bumi. Saat ia masuk ke pintu gua untuk berlindung, tiba-tiba ....
"AAAA!"
Kiarra dan Dra terperosok yang membuat keduanya tergelincir pada lorong menurun dengan air mengalir seperti selokan. Kiarra tak bisa menggapai sisi lorong karena dinding batu tersebut sangat licin. Kiarra cemas jika dasar dari ujung lorong itu bisa menyebabkan dirinya terluka atau tewas. Hingga akhirnya ....
BYUR!!! BLUB! BLUB! SPLASH!
"Hah! Hah! Dra! Dra!" panggil Kiarra saat ia tercebur dan membuat Dra terlepas dari gendongannya.
Kiarra kembali menyelam dan menarik tubuh Dra yang hampir tenggelam ke dasar. Kiarra melucuti pakaian Dra di bawah air karena cukup berat dan hal itu yang membuatnya tak bisa naik ke permukaan. Kiarra terpaksa merobek pakaian itu menggunakan belati miliknya dengan tergesa karena tempat yang gelap dan hanya sedikit cahaya menerangi kawasan tersebut.
"Hah, hah, egh!" erang Kiarra saat berhasil membawa Dra naik ke permukaan dengan pakaian pelapis tipis seperti saat ia mendatangi Desa Gul untuk menyamar.
Kiarra berenang dengan susah payah menuju ke tepian di mana mereka berada di sebuah gua dengan atap berlubang menunjukkan langit berwarna merah. Napas Kiarra tersengal saat ia berhasil menaikkan tubuh Dra ke tepi. Penyihir itu kembali sadar dan batuk-batuk meski sesekali meringis kesakitan karena luka di bahunya.
"Oh! Anak panahnya patah!" pekik Kiarra karena melihat batang dari kayu itu hilang.
Dra melihat ujung dari panah itu mencuat di bahunya dengan kening berkerut.
"Arghhh!"
CRAT!
"AAAAA! AAAA! Eggg!" erang Dra kesakitan setelah nekat mencabut anak panah itu dan membuatnya menggelepar di lantai batu.
Kiarra panik karena darah terus mengalir di bahu Dra. Namun, ia yakin jika tak mengenai organ vital karena Dra masih hidup meski sekarat.
"Hah, hah, Kia ... ikuti ... ikuti kupu-kupu bercahaya itu ...," ucapnya seraya menunjuk dengan tangan gemetar dan mata menyala ungu meski kemudian memudar.
Mata Kiarra langsung menangkap pergerakan kupu-kupu yang terbang menuju keluar gua. Kiarra mengangguk dan kembali menggendong Dra. Tubuh sang Jenderal yang tangguh, membuatnya seperti tak lelah meski harus menggendong Dra berulang kali. Kiarra berlari kecil meninggalkan gua mengikuti kupu-kupu melalui jalan setapak menanjak.
Dra berusaha untuk tetap sadar dengan tubuh sudah gemetaran. Tubuh dua wanita itu basah kuyup dengan hati yang berkecamuk karena banyak hal buruk dihadapi. Kiarra takut jika Dra tak bisa melewati perjalanan yang entah menuju ke mana. Hingga ia menyadari di mana dirinya berada saat melihat sekumpulan pohon di hadapan.
"Aku tahu tempat ini!" seru Kiarra saat ia mendapati kawasan hutan tempat pasukan Vom berada kala itu untuk menyerang desa Gul.
Kiarra berlari kencang mendatangi desa yang saat itu ia manipulasi kematian para warganya dengan berpura-pura membunuh mereka. Kiarra berhasil tiba di desa tersebut dan berlari menuju ke tempat ia menemukan Dra yang sengaja disekap karena berusaha melenyapkan desa dengan sihirnya.
"Lon!" seru Kiarra saat ia masuk ke ruangan di mana Dra dikurung kala itu.
NGEK ....
"A-Ara? Ara!" jawab bocah kecil yang waktu itu ingin menukar patung Ooo dengan makanan darinya.
Senyum Kiarra terpancar karena anak lelaki yang bernama Lon itu keluar dari persembunyian di bawah tanah diikuti anak-anak lainnya.
"Oh! Kenapa kau membawa dia lagi?" tanya Lon panik saat melihat sosok Dra.
Ia naik ke permukaan dari pintu rahasia yang tertutup kayu dilapisi tanah pada bagian atasnya.
"Kumohon, maafkan kesalahan Dra dulu. Ia sekarat dan tolong obati dia. Bagaimanapun, dia adikku," ucap Kiarra penuh harap.
Lon dan kawan-kawannya saling menatap dengan kening berkerut tampak berpikir serius. Haruskah mereka menolong Dra atau tidak?
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Wati_esha
Dra, apakah mendapat bantuan dari penduduk disana?
2023-04-03
0
Wati_esha
Masih ada pohon teleportasi ternyata.
2023-04-03
0
Wati_esha
Perampok itu tak ada puasnya. Sudah mendapatkan benda berharga masih juga terus mengejarnya.
2023-04-03
0