Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Kiarra mengedipkan mata terlihat bingung. Ia diam seraya melihat sekitar. Memang sangat aneh dunia tempatnya berada. Logika dan pengalaman hidup Kiarra saling berbenturan saat ini. Langit di sekitarnya berwarna ungu dan bulan terlihat begitu besar seakan ingin menelannya. Kiarra sampai menelan ludah dan jantungnya tak berhenti berdebar kencang meski ia kini sudah lolos dari maut. Beberapa tanaman menjadi bersinar layaknya memiliki cahaya sendiri yang menerangi kawasan. Wanita cantik itu lalu mendatangi sosok tak dikenalnya karena dirasa ia tahu banyak hal.
"Hei, kau. Siapa namamu?" tanya Kiarra menatap tajam seraya berjongkok.
"Dra."
"Dra? Nama panggilan atau ... jangan bilang jika namamu hanya sebatas Dra," tebak Kiarra. Tanpa diduga, wanita itu mengangguk. "Lalu namaku?"
"Kia. Kau Jenderal Perang di sebuah kerajaan bernama Vom. Tempat itu masih sangat jauh dari sini. Harus melewati 7 pohon jembatan untuk pulang," jawabnya yang membuat Kiarra mengedipkan mata lagi. Hal itu menjadi kebiasaannya saat bingung dalam mencerna sesuatu.
"Kau berjanji padaku untuk menjelaskan semuanya. Jadi, katakan apa yang tidak kutahu. Semuanya, jangan ada yang ditutupi," pintanya tegas.
"Tubuh yang kau gunakan saat ini adalah milik seorang Jenderal Perang bernama Kia. Dia tewas saat pertempuran tadi. Aku membawa tubuhnya saat dia telah meninggal. Hanya saja, para kesatria yang menjaga kami tewas terbunuh di luar gua. Aku masih memiliki kewajiban atas nama Kerajaan Vom, jadi ... tak boleh mati. Oleh karena itu, aku memanggil arwah gentayangan dari dunia lain untuk menggantikan kakakku," jawabnya tenang meski wajahnya sedih.
"Tunggu. Kau bilang kakak? Maksudmu ... si Kia ini kakakmu? Kalian bersaudara?" Wanita bernama Dra mengangguk pelan.
Kiarra memijat pangkal hidung yang mendadak terasa berat dan udara sulit untuk dihirup.
"Tunggu. Kau bilang arwah gentayangan? Maksudmu ... aku ... aku mati? Aku ... a-aku ...." Kiarra sampai tergagap membayangkan dirinya sudah menjadi mayat.
Dra mengangguk pelan dengan wajah lugu. "Aku tak tahu penyebab kematianmu atau asal duniamu. Namun, arwahmu bisa menembus pusaran bintang itu sudah sangat luar biasa. Lalu ... kumohon jangan katakan pada siapa pun siapa dirimu sebenarnya. Itu karena ... aku menggunakan mantra terlarang. Ada konsekuensi yang harus kutanggung," jawabnya dengan pandangan tertunduk kemudian.
"Konsekuensi?" tanya Kiarra ikut lemas usai mengetahui dirinya telah tewas meski belum mengingat kejadian yang menimpa kala itu.
"Aku kehilangan umur 1 bintangku."
"Umur 1 bintang itu apa? Kau bicara hal-hal aneh. Seperti saat aku bangun, kau mengatakan sebuah mantra yang tak kupahami," ujar Kiarra yang kini duduk lesu di samping Dra.
"Aku sangat lelah dan sulit untuk berpikir. Sebaiknya kau simpan pertanyaan saat kita berada di tempat aman. Kita harus segera pergi karena wilayah ini milik Kerajaan Tur dan sangat berbahaya jika sampai tertangkap," ucapnya seraya melihat sekitar dengan waspada.
Kiarra yang shock dengan hal yang menimpa padanya, malah membuat ia seperti orang linglung.
Mati? Arwah gentayangan? Jenderal Perang? Negeri Kaa? Ya Tuhan, apakah ini mimpi buruk karena aku selalu membangkang perintah ibu? batin Kiarra bergejolak.
Saat Kiarra kembali berdiri untuk memastikan tempatnya berada, tiba-tiba Dra berlari ke suatu tempat dengan tergesa.
"Hei, tunggu!" teriak Kiarra panik dan bergegas mengikuti wanita aneh itu.
Terdengar suara raungan seperti seekor hewan di balik bukit. Kiarra melihat jika Dra cukup mampu berlari meski tak secepat dirinya. Hingga akhirnya, mereka tiba di bukit yang dituju. Mata Dra kembali menyala ungu saat memasuki kawasan seperti hutan yang bersinar. Kiarra yang merasa jika wanita itu akan melakukan sesuatu, memilih bersembunyi dan mengamati dari balik pohon besar.
"Hee ... sasake, sasake, Ooo!" ucap Dra seraya berjalan mendekati seekor hewan berbentuk aneh seperti campuran spesies.
"Oh, hewan itu seperti serigala, tapi ... bersinar! Ia juga ... oh, cantik sekali!" pekik Kiarra sampai matanya berbinar saat melihat wujud hewan itu ketika berdiri yang ternyata memiliki sayap bercahaya, berekor panjang tergerai, tetapi bertubuh layaknya kuda dan berwarna ungu kebiruan.
"Kita beruntung. Ada Ooo yang bisa membawa kita sampai ke jembatan selanjutnya. Kita harus bergegas sebelum bulan menjadi merah. Cepat!" serunya seraya berlari mendatangi hewan aneh yang dipanggil Ooo itu.
"Oke," jawab Kiarra menurut dan segera berlari mendatangi Dra yang berdiri di samping hewan campuran spesies itu.
Kiarra mengamati makhluk bercahaya yang menatapnya lekat tanpa berkedip. Kiarra yang gugup memilih untuk memalingkan wajah, tetapi tiba-tiba ....
SLUP!
"Iyuh ...."
"Oh! Kau diberkati, Kia! Kau diberkati!" seru Dra histeris, tetapi Kiarra tidak merasa demikian.
Ia menghapus lendir yang menggenangi wajah karena terasa lengket, tetapi tiba-tiba tangan Dra menahannya.
"Biarkan, jangan dihapus! Percayalah, lendir Ooo sangat berkhasiat!" seru Dra yang membuat Kiarra mematung.
"Aku tak bisa melihat! Lendir ini menutup mataku!" serunya kesal dengan telapak tangan tergenang lendir Ooo.
Namun, hanya terdengar suara tawa geli dari wanita bernama Dra. Kiarra memasang wajah masam.
"Mungkin lebih baik jika kau memejamkan mata. Aku khawatir kau akan menimbun banyak pertanyaan jika melihat banyak hal," ucap Dra seraya menuntun Kiarra untuk naik ke punggung makhluk itu.
Kiarra akhirnya mengoleskan lendir tersebut di badannya dengan asal karena lendir Ooo terasa dingin.
"Oh! Oh!" pekiknya terkejut dan langsung menahan langkah.
"Jangan melawan. Ooo makhluk yang sangat sensitif. Jangan membuatnya kesal," ucap Dra berbisik seraya memegangi pundak sang Jenderal.
"Hempf ... oke," jawab Kiarra yang akhirnya pasrah dituntun seperti diminta untuk naik ke punggung hewan itu.
Kiarra terlihat tegang dan gugup. Terlebih, makhluk itu sangat berbulu. Namun, perlahan Kiarra merasa nyaman saat tangannya menyentuh punggung Ooo. Bulu hewan itu sangat lembut seperti boneka. Senyum Kiarra terpancar dengan sendirinya dan Dra menyadari hal itu.
"Kulihat kau tak terkejut dengan dunia barumu. Jika boleh kutahu, siapa namamu?" tanya Dra yang suaranya terdengar di hadapan.
"Kiarra."
"Oh, Naga! Kau benar-benar seperti sudah ditakdirkan untuk berada di dunia ini! Namamu hampir sama dengan kakakku!" pekiknya terdengar gembira.
Kiarra hanya tersenyum sebagai jawaban dengan mata tetap tertutup. Dra menatap Kiarra saksama yang berada dalam raga sang kakak.
"Aku merasa kau memperhatikanku. Jangan bohong," ucap Kiarra yang membuat Dra tertegun.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Dra karena ia duduk menghadap Kiarra, memunggungi jalanan.
"Percaya atau tidak, mungkin karena aku masih suci." Dra diam sejenak mencoba menelaah. "Aku masih perawan."
"Sungguh!" pekik Dra yang membuat Kiarra sampai tersentak karena kaget.
"Kata ibu, hal itu yang membuatku peka dan inderaku tajam. Sebenarnya aku tak percaya, tapi banyak hal sudah kubuktikan. Oleh karenanya, aku ingin menjaga hal itu. Siapa sangka, aku bisa menjaganya hingga saat ini. Malah aku merasa beruntung karena tak jadi menikah dengan Jasper keparatt itu," ucap Kiarra yang tiba-tiba menggerutu.
"Jas-per? Siapa dia? Pasanganmu?"
"Calon suamiku. Namun, itu sudah menjadi masa lalu. Mungkin aku akan berada di tempat ini sementara. Biarlah, aku tak peduli dengan apa yang dikatakan keluargaku. Meski aku merasa berdosa karena meninggalkan tugasku untuk mengelola perusahaan. Jadwalku juga sangat padat sampai akhir bulan. Ya, Tuhan," keluh Kiarra saat teringat akan meeting penting dan juga jadwal sebagai seorang supermodel.
"Ceritakan padaku tentang kehidupanmu. Sepertinya seru," pinta Dra dengan suara manja.
"Percayalah, kau akan tertidur saat mendengarnya," jawab Kiarra meremehkan.
"Coba saja," tantang Dra.
"Oke. Kau yang minta," sahut Kiarra dengan posisi duduk tegak seraya mencengkeram kuat bulu makhluk tersebut sebagai pegangannya.
Ooo berjalan santai dengan empat kakinya. Sesekali terasa udara sejuk menerpa tubuh Kiarra. Sayap makhluk itu dilipat seperti enggan untuk terbang. Benar saja, saat Kiarra sibuk bercerita, tak lama terdengar suara dengkuran. Kiarra terkekeh pelan karena tak menyangka jika ucapannya terbukti. Kiarra membiarkan Dra tidur karena ia ingin menikmati kesendiriannya. Terkadang, ia merasa nyaman sendiri tanpa ada orang lain yang menanyainya banyak hal atau menceritakan kisah hidup padanya.
Hingga entah sudah berapa lama perjalanan itu dilakukan, tiba-tiba, BRUKK!!
"Agh!" rintih Kiarra yang jatuh terjungkal dari punggung makhluk berbulu itu dan membuatnya kesakitan sekaligus kaget.
Kiarra berusaha membuka mata dengan melepaskan lendir yang mengeras layaknya masker wajah. Saat ia berhasil membuka mata, kakinya berdiri dengan sendirinya karena kagum melihat pemandangan spektakuler di depan mata.
"Aku pasti sudah mati," ucapnya dengan mata melotot saat menyadari jika ia memang sudah tak berada di Bumi lagi.
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
Kwkwkw lagi semangat pengen up. Dukung terus ya💋 Lele padamu❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Wati_esha
Kiarra terjatuh lalu Dra terjatuh juga kah? Secara ... dia tertidur mendengar cerita Kiarra. 😘
2023-03-31
0
Wati_esha
Tq update nya.
2023-03-31
0
Wati_esha
Heee sasake sasake mesaké iki yoooh. Sing moco binguung. 🙃🙃🙃
2023-03-31
1