Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Entah kenapa, Dra setuju dengan permintaan Kiarra. Dra kembali memejamkan mata dan perlahan berdiri dengan dua tangan menengadah seperti orang berdoa. Kiarra melihat kedua tangan Dra mulai memancarkan cahaya putih yang membuat matanya ikut berkilau memantulkan sinar ajaib. Cahaya itu perlahan menjadi gumpalan asap. Kiarra ikut berdiri di sebelah penyihir tersebut saat Dra kembali melafalkan sebuah mantra.
"Nelaga sogo mee ... tera!" serunya yang kemudian membalik tubuh dan meniupkan asap putih yang muncul dari telapak tangannya ke sekumpulan kesatria Kerajaan Vom.
Para pria yang sedang fokus mengemasi perbekalan karena akan menyerang desa musuh meski tanpa kuda, tiba-tiba terdiam saat menghirup asap putih yang mengepung mereka.
"Haahhh ...."
BRUKK! BRUKK!
"Bagus!" seru Kiarra mantap dengan suara tertahan sembari menutup mulut dan hidung karena khawatir terkena dampak.
Para kesatria roboh satu per satu dan tertidur lelap seperti kuda-kuda. Mata ungu Dra kembali seperti sedia kala usai melakukan sihirnya.
"Kau berhutang penjelasan padaku!" tegas Dra menunjuk.
"Berapa lama mereka akan tertidur?" tanya Kiarra sembari menyiapkan perlengkapannya.
"Mantraku hanya berlaku 1000 kedipan. Setelah itu, mereka akan terlepas dari sihir," jawabnya tenang.
Kiarra menghentikan aktivitasnya segera lalu menatap Dra saksama. "Siapa yang berkedip?"
"Aku," jawab Dra dengan wajah polos dan berkedip.
"Kalau begitu kau jangan berkedip! Atau lebih baik kau tidur saja supaya mereka tak bangun!" seru Kiarra yang dengan sigap berdiri usai menyiapkan perlengkapan.
"Aku ikut!" seru Dra seraya mengangkat rok gaunnya.
"Kau hanya akan memperlambatku!" tolak Kiarra.
"Aku sudah berkedip 10 kali. Aku bisa berkedip lebih cepat jika kau meninggalkanku di sini," ancam Dra.
"Ergh! Oke, ayo!" ajak Kiarra kesal karena diancam, sedangkan Dra mengembangkan senyuman. "Namun, ikuti perintahku. Aku tak menerima sanggahan," tegasnya menunjuk.
Kiarra sengaja melucuti pakaian tempurnya dan hanya mengenakan sepatu boots kulit, atasan seperti blus dan celana panjang kain berwarna putih gading. Ia menggerai rambutnya dan membawa buntalan kain berisi makanan. Ia meninggalkan pedang dan hanya bersenjata belati.
Sedangkan Dra, wanita itu terpaksa menurut dan mengubah penampilan layaknya gadis kampung kaum rendahan karena berpenampilan lusuh. Dra menggerutu sepanjang jalan karena merasa seperti ditelanjangi akibat hanya mengenakan pakaian tipis pelapis gaunnya.
"Kuakui kau cukup hebat, Dra. Pakaianmu berat dan berlapis. Namun, kulihat kau seperti tak mengalami kesulitan saat mengenakannya bahkan terlihat anggun," ujar Kiarra saat mereka hampir tiba di desa dan berkedok sebagai pengembara.
"Diam! Aku tak butuh pujianmu," kesalnya. Kiarra hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.
Suasana seperti senja, tetapi pekat karena warna merah kejinggaan membuat mata terasa pedih dan panas. Kiarra mulai merasakan jika tanah di wilayah itu sedikit tandus dan tumbuhan seperti mengering kekurangan air. Tak ada penjaga atau benteng untuk melindungi perkampungan. Para pendatang seperti dibiarkan masuk meski tanpa sambutan. Kiarra dan Dra berjalan berdampingan dengan mata memindai sekitar untuk mencari hal mencurigakan.
"Menemukan sesuatu?" tanya Kiarra dengan mata sibuk memindai sekitar. Dra menggeleng.
"Nona," panggil seseorang yang membuat langkah keduanya terhenti seketika.
Dra dan Kiarra menoleh. Mereka mendapati seorang anak kecil dengan pakaian lusuh mendekat.
"Maaf. Apakah kalian pedagang? Maukah menukar keramik ini dengan sebuah roti? Aku lapar dan hanya ini benda berharga terakhir yang kumiliki," tanya anak lelaki itu seraya menunjukkan sebuah patung berbentuk hewan seperti Ooo, tetapi kurang sempurna.
Saat Kiarra akan mengambilnya sebagai tanda sepakat, Dra memegang tangannya. Kiarra menatap Dra tajam.
"Jika patung itu terdapat sihir, aku tak bisa menolongmu, Kia-rra. Aku tak bisa melenyapkan sebuah sihir yang tak kuketahui bagaimana menciptakannya," bisik Dra terlihat cemas.
"Jangan khawatir. Insting kakakmu dan aku cukup kuat. Dalam hal ini, kami sepakat jika tempat ini bebas sihir. Kau amati saja dan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya," jawab Kiarra balas berbisik.
Dra akhirnya melepaskan genggaman tangan. Kiarra kini tahu kelemahan Dra. Tiap Kia disinggung dalam hal kebaikan, wanita penyihir itu akan luluh dan memihak padanya.
"Hem, aku tak punya patung seperti ini. Apakah ... kau membuat Ooo?" tanya Kiarra yang membuat anak lelaki itu terperanjat.
"Kau tahu?" tanyanya memekik. Kiarra mengangguk lalu berjongkok.
"Aku pernah bertemu makhluk itu. Sangat cantik. Bulunya halus dan dia jinak. Aku bahkan pernah menungganginya," ucap Kiarra tenang.
Siapa sangka, ucapannya didengar oleh orang-orang yang bersembunyi di dalam rumah desa miskin itu. Dra panik karena menganggap kehadiran penduduk desa sebuah ancaman. Namun, Kiarra tidak demikian. Ia merangkul pundak Dra dan merapatkan ke tubuhnya.
"Sudah kubilang, jangan panik. Ikuti saja dan jangan katakan hal-hal yang membuat kita dicurigai atau seperti musuh. Kau paham?" tegas Kiarra berbisik dengan mata melihat wajah-wajah kumal itu.
"A-aku mengerti," jawab Dra gugup.
"Apa buktinya kau pernah dijilat Ooo?" tanya seorang penduduk dengan wajah garang.
Kiarra tersenyum lalu mengambil belati dalam buntalannya. Semua orang tertegun karena belati tersebut sangat berkilau dan terbuat dari perak asli tanpa campuran.
SRETT!!
"Oh!" kejut orang-orang itu saat Kiarra dengan sengaja menggores punggung tangannya hingga berdarah. Wajah orang-orang terlihat tegang ketika darah wanita cantik di depannya menetes.
"Lihat," ujar Kiarra menunjukkan punggung tangannya yang berangsur membaik.
Mata orang-orang itu terbelalak saat menyaksikan keajaiban dari luka sayatan itu menutup dan hanya meninggalkan bekas darah saja.
"Kau diberkati!" seru seorang perempuan.
"Ya. Aku pernah dijilat oleh Ooo. Aku diberkati," jawab Kiarra tenang lalu memasukkan belatinya lagi dalam buntalan.
"Siapa nama Anda, wahai pengembara?" tanya seorang penduduk sudah berusia lanjut.
Kiarra diam sejenak. "Ara. Namaku Ara dan aku seorang pengelana," jawabnya.
"Ara ... datanglah ke rumahku. Aku akan menyambutmu dengan sajian yang kumiliki meski tak akan mampu memuaskan dahaga dan rasa laparmu," ajak seorang penduduk menunjuk rumahnya yang terlihat paling besar di antara yang lain.
"Tidak bisa! Ara harus ke rumahku terlebih dahulu. Aku ingin berkat Ooo menular padaku!" sahut penduduk lainnya.
Praktis, kegaduhan terjadi. Mereka saling berebut untuk bisa dikunjungi Ara yang dipercaya akan memberikan keberkahan bagi siapa saja. Kiarra panik hingga matanya tertuju pada bocah lelaki yang menawarinya patung Ooo.
"Aku akan ikut dengannya!" serunya mantap seraya merangkul tubuh anak lelaki itu.
Penduduk terkejut. Sedangkan bocah lelaki itu tampak senang. Dra dan Kiarra meninggalkan jalanan desa menuju ke sebuah rumah reyot seperti akan ambruk pada atapnya. Kiarra miris. Sudah lama sekali ia tak melihat kemiskinan semenjak wabah monster reda. Kiarra diajak duduk pada sebuah alas lusuh dan berdebu. Dra tampak enggan, tetapi Kiarra memaksa dan menarik tangannya untuk ikut duduk.
"Duduklah, Nona Ara. Aku akan menyiapkan apa pun yang dimiliki oleh keluargaku," jawabnya yang segera masuk ke balik tirai dengan tergesa dan wajah semringah.
Kiarra ingin menghentikan bocah lelaki itu, tetapi pemilik rumah sudah menghilang dari pandangan. Ia menoleh ke arah pintu dan mendapati banyak orang berdiri di sana. Kiarra tersenyum tipis, dan tak lama datang sekumpulan orang berpakaian lusuh bersama si bocah lelaki. Kiarra menyipitkan mata dan menduga jika orang-orang itu adalah keluarga si anak lelaki.
"Benarkah itu? Benarkah Anda mendapatkan berkah dari Ooo?" tanya seorang wanita paruh baya menatap Kiarra lekat.
"Menurut adikku demikian," jawab Kiarra seraya melirik Dra dengan senyuman.
Orang-orang tampak kagum. Sang pemilik rumah tampak bingung dan sungkan. Kiarra membuka buntalan milik Dra di mana banyak makanan yang ia bawa.
"Hei!" seru Dra melotot.
"Jangan pelit, Dra. Kau bisa makan sepuasnya saat sudah kembali nanti," jawab Kiarra seraya mengambil beberapa roti dari dalam buntalan.
"Tunggu! Dra? Maksudmu ... Dra? Dra penyihir agung Kerajaan Vom?" tanya seorang pria yang Kiarra duga adalah kepala keluarga dari anak lelaki itu.
"Baguslah jika kalian mengenalku," jawab Dra bengis.
"AAAA!" teriak penghuni rumah histeris.
Mereka ketakutan saat Dra menyeringai dan matanya berubah ungu terang. Praktis, semua orang lari terbirit-birit menyelamatkan diri.
***
waa dapat tips koin. makasih yaa lele padamu💋udh hari senin gaes jangan lupa vote vocer ya keburu angus❤️
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Wati_esha
Ini jebakan untuk Kia dan Dra terlibat?
2023-04-03
0
Wati_esha
Dra ternyata penyihir jahat! Ia mengingkari janjinya pada Kiarra!
2023-04-03
0
Wati_esha
Draaaaa 🙃🙃🙃🙃🙃🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-04-03
0