Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Kiarra dalam raga sang Jenderal benar-benar ingin memuaskan hasrat terpendamnya selama ini kepada laki-laki. Meskipun ia sadar jika ada perlawanan di pikirannya tentang tabiat Kia sebelumnya yang menyukai perempuan. Kiarra ingin mengendalikan pikiran masa lalu Kia yang mengendap dalam raga itu dengan merubahnya.
"Diam kau, Jenderal gila! Kau sudah mati! Sekarang ragamu milikku, berikut semua ilmu pengetahuan Negeri Kaa. Kau bersenang-senang saja di alam sana. Kau tak memiliki kendali atas dirimu yang sekarang. Relakanlah," ucapnya pada diri sendiri saat melihat dari atas menara sebuah pesta meriah di halaman istana untuk merayakan kemenangan yang dibawa olehnya.
"Kia! Itu sang Jenderal!" seru seorang pria menunjuk ke atas menara di mana sosok Kia terlihat jelas di atas sana karena dikelilingi cahaya lilin.
Kiarra yang senang disanjung dan dipuja melambaikan tangan. Sambutan meriah tentu saja ia dapatkan dari para penggemar di Kerajaan Vom. Saat Kiarra bersiap untuk menemui penduduk yang sudah menunggu kedatangannya, wanita itu terkejut karena pakaian Kia semuanya berupa seragam tempur dan tidak ada gaun sama sekali. Kiarra berdecak kesal saat melihat pakaian-pakaian yang digantung indah dengan tali itu layaknya hanger.
"Apa ini? Dasar kuno dan tidak modis! Kia benar-benar merusak gayaku!" pekik Kiarra kesal dan mencari kain lembaran dalam lemari.
Beruntung, ia menemukan sebuah kain yang dilipat rapi pada rak lemari kayunya. Kiarra yang juga memiliki keterampilan menjahit mencari jarum dan benang di tiap sudut ruangan, sayangnya tidak ketemu. Ia lalu keluar kamar dan meminta pria penjaga di depan untuk mengambilkan benda-benda yang diminta.
"Ada penjahit di istana ini, Jenderal. Itu pun, jika Anda berkenan saya memanggilnya," ujar pria itu tampak gugup usai mengetahui kemampuan menakjubkan sekaligus mengerikan milik sang Jenderal.
"Hem, bagus. Panggil dia kemari sekarang. Aku tak memiliki banyak waktu," tegasnya.
Penjaga itu mengangguk dan bergegas turun untuk menjalankan perintah sang Jenderal. Kiarra yang menemukan sebuah gunting besi bergegas membuat pola yang ia ukur dengan metode kira-kira seukuran tubuhnya. Tak lama, penjahit itu datang dan ternyata, ia seorang perempuan. Mata Kia menajam. Baik penjaga atau wanita penjahit itu terlihat gugup saat sang Jenderal berjalan mendekat.
"Apa kau salah satu kekasihku?" tanya Kiarra. Wanita itu menggeleng cepat dengan sebuah tas anyaman dari kulit pohon dalam genggaman. "Bagus. Kau, cepat jahitkan pakaian untukku. Malam ini, cukup satu saja. Esok, aku akan memberikanmu setumpuk pekerjaan menjahit. Kau tak akan menolak, kan?" tanya Kiarra dengan mata menyipit.
"Perintah darimu adalah berkah untukku, Jenderal Kia," jawab penjahit itu dengan badan membungkuk.
Kiarra senang karena senyumnya terukir meski di sudut bibir. Ia meminta kepada penjahit itu untuk menjahit kain yang sudah ia bentuk berikut menjelaskan bagaimana modelnya. Hanya saja, permintaan Kiarra yang tak biasa membuat penjahit itu sedikit bingung karena model tersebut baru pertama kali dibuatnya.
"Tak usah tegang. Aku tak akan membunuhmu jika tak sesuai dengan keinginanku. Aku hanya akan memberikan hukuman, sedikit," ujarnya yang membuat tangan wanita itu gemetaran saat menjahit menggunakan mesin kuno yang hampir mirip seperti di Bumi.
Kia berdandan di mana sebelumnya tak pernah dilakukan oleh sang Jenderal. Para penata rias di kerajaan dibuat terheran-heran melihat perubahan perilaku wanita perkasa itu. Kia dulunya terkenal garang dan berwatak seperti lelaki meski berwujud perempuan. Namun, Kia yang sekarang berbeda.
Praktis, penampilan baru Kia menarik perhatian semua orang karena begitu memukau bagaikan dewi yang pernah diceritakan dalam dongeng Negeri Kaa. Dongeng itu menyebutkan jika muncul sosok perempuan cantik dengan pakaian indah dan memiliki corak warna di wajah, ia adalah seorang dewi yang diagungkan. Kedatangan Kia seolah membius para kaum Adam di sana. Mereka terpukau dengan mata hanya terpaku pada Kia seorang.
"Jenderal, A-Anda ...."
"Ya, aku tahu. Aku memang cantik. Jadi, jangan tunjukkan wajah konyolmu itu saat menatapku. Kau bisa merusak kharisma keanggunanku," ujar Kiarra kepada penasihat Raja.
Pria tua itu menyadari perbuatannya dan tertunduk malu seketika. Mata Kiarra memindai sekitar di mana banyak pria dari berbagai kalangan berkumpul di halaman luas pekarangan istana.
"Mana dayang-dayang yang kau janjikan, Raja?" tanya Kiarra melirik sang Raja yang ikut terpaku atas kecantikan Jenderal Perangnya.
Sang Ratu melirik ke arah suaminya lalu kembali menghadap ke depan meski senyumnya lenyap saat melihat kedatangan Kia.
"Maaf, Jenderal. Hanya saja, para pria itu sepertinya takut padamu. Aku sudah membuka sayembara, tetapi tak ada yang mencalonkan diri," jawab Raja yang membuat kening Kiarra berkerut.
Wajahnya menjadi serius seketika dan hal itu membuat tegang semua orang. Musik tetap melantun dan Kiarra berjalan perlahan seraya menyibakkan rok pada gaun yang menutup sebagian kaki jenjangnya. Para pria itu dibuat terkejut saat Kia mulai menggoyangkan tubuhnya seperti menari. Mata orang-orang di sekitar pekarangan itu saling melirik seperti ingin memastikan sesuatu.
"Menarilah bersamaku dan kujanjikan kepuasan kepada siapa pun yang sanggup mengimbangi," ucapnya dengan senyum menggoda dan terus melenggak-lenggokkan tubuh dengan elegan.
Seorang pria memberanikan diri mendatangi sang Jenderal. Mata keduanya saling bertatapan seperti ingin memastikan sesuatu. Hingga akhirnya, Kiarra yang memberanikan diri mengambil langkah besar dan membuat tubuh bagian depannya menempel pada pria berambut gondrong tersebut. Lelaki itu terkejut ketika sang Jenderal meraih dua tangannya lalu digenggam kuat dan diangkat ke atas.
"Apakah aku cantik?" tanya Kia dengan tangan ikut terangkat ke atas menggenggam tangan pasangannya. Pria itu mengangguk dengan gugup.
"Oh!" seru orang-orang di sana saat melihat sang Jenderal tiba-tiba mengecup salah satu pipi pria itu. Terlihat jelas wajah tegang pria berambut gondrong tersebut saat Kia mengecup pipi lainnya.
"Aku bisa melakukannya seharian jika kau mau menjadi dayangku," bisik Kia yang membuat darah lelaki itu berdesir.
"Tentu saja aku mau, Jenderal. Mati untukmu pun aku mau," jawabnya dengan mata terus menatap wanita cantik tersebut.
"Bagus!" jawab Kia mantap lalu mengajak pria itu berdansa.
Siapa sangka, pria itu sangat enerjik seperti memang sudah ahli dalam menari. Kiarra tak pernah bertemu pria yang sangat lincah dan bisa mengimbangi gerakannya dalam menari. Pria itu lalu digandeng dan diajak duduk bersamanya. Senyum lelaki itu merekah saat sang Jenderal duduk dengan manja sembari memperlihatkan pahanya yang mulus. Jilatan Ooo ternyata membuat bekas lukanya hilang tanpa sepengetahuan Kiarra. Orang-orang terpaku.
"Aku butuh dayang untuk memandikanku setiap harinya, mendandani, memasak khusus untukku, menjadi pengawal pribadi dan ... teman tidur. Jika salah satu di antara kalian memiliki kemampuan itu, majulah kemari," ucap Kiarra yang membuat beberapa pria melangkah ke depan.
Mata Kiarra memindai sekumpulan pria yang tampak mengharapkan bisa menghabiskan waktu dengan sang Jenderal meski tak tahu akan mendapatkan imbalan harta seperti apa. Kiarra yang memprioritaskan ketampanan menunjuk beberapa lelaki yang berada di depannya. Para pria yang terpilih tentu saja sangat senang. Senyum mereka terkembang. Kiarra lalu pergi meninggalkan pesta begitu saja usai mendapatkan apa yang ia inginkan, tetapi menyempatkan untuk menghadap sang Raja.
"Kau hanya butuh sebuah inisiatif untuk membuat sayembaramu laris manis, Raja. Selamat malam," ujar Kiarra lalu melenggang pergi.
"Dia menghinamu, Tuan Raja. Ini tak bisa dimaafkan," bisik salah seorang pejabat begitu sosok Kia tak terlihat karena memasuki istana bersama dayang-dayang barunya.
Sang Raja diam saja dan hanya menatap pejabat itu. Sedang di kamar Kiarra yang baru, jantung wanita itu berdebar karena dikelilingi oleh para pria rupawan. Entah mengapa hasratnya akan lelaki tiba-tiba memuncak dan bergelora. Ia juga mengharuskan mereka tak berbusana dan hanya memakai celana kain layaknya koteka penutup kejantanan.
"Hem ... puaskan aku, Sayang-sayangku," ucap Kiarra seraya merentangkan tangan seperti pasrah akan diapakan oleh para lelaki yang berdiri gagah di hadapan.
"Dengan senang hati, Jenderal Kia," jawab kelima pria itu dengan senyum merekah di wajah.
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
uhuy😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Minthil She Judhezt
GK kalah Ama Dewi Drupadi yg dapat gelar Dewi Panca Li
2023-08-10
0
◤✧ 𝕯𝖊𝖜𝖎𝖖 𝕹𝖔𝖚𝖗𝖆 ✧◥
biyuh otakku malah travelling
2023-04-02
0
Wati_esha
Hadeuhhh, untung deh cuma baca doang. 😇😇😇
2023-04-02
0