Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Saat kembali ke kamar yang berada di menara, para dayang ternyata telah menyiapkan perlengkapan untuk sang Jenderal saat diketahui akan hendak berperang dari Eur. Kiarra tak menyangka dengan aksi tanggap pria-pria muda itu. Dra menatap Kia yang sedang didatangi dan dimintai pendapat akan persiapan mereka. Dra merasa jika dayang-dayang itu tak seperti pelayan atau teman untuk bersenang-senang saja, melainkan seperti murid dari sang Jenderal.
"Aku sudah menyiapkan perlengkapan untuk misimu, Jenderal. Kudengar dari Eur jika Anda akan pergi saat bulan ungu esok," ucap Ron seraya mendekat.
"Wah, kau menguping, Eur," lirik Kiarra dengan satu alis terangkat.
"Ma-maaf, Jenderal. Hanya saja, saat pembicaraan terjadi, saya awalnya memang berada di depan pintu. Lalu ketika mengetahui hal tersebut, saya bergegas kembali ke sini untuk memberitahu yang lain. Saya tak bermaksud lancang," jawab Eur dengan pandangan tertunduk terlihat takut.
"Aku suka inisiatifmu, bagus," jawab Kiarra yang kemudian berjalan menuju lantai atas di mana ruang makannya kini berada di sana.
"Aku sudah memasak untuk Anda, Jenderal. Semoga Anda suka masakan saya," ujar Ben seraya membuka penutup hidangan yang masih mengepul karena baru matang.
"Woah! Warna-warna yang indah dan terlihat lezat. Oke, kurasa lidahku siap dimanjakan oleh masakanmu," ucap Kiarra yang dengan sigap mengambil beberapa jenis makanan lalu diletakkan dalam piring.
Dra dan para dayang tertegun karena ternyata nafsu makan sang Jenderal sangatlah besar tak seperti kemarin. Senyum Dra terbit. Cara makan Kiarra sudah seperti kakaknya. Rasa rindu terbesit, tetapi cepat-cepat ia tampik karena sadar jika Kia telah tiada.
"Apakah ... masakan saya lezat? Anda menyukainya?" tanya Ben karena Kiarra makan dengan lahap seperti tak dikunyah.
"Ini luar biasa!" seru Kiarra dengan mulut penuh.
Ben tampak senang dan lega. Para dayang lainnya ikut tersenyum. Mereka sebenarnya lapar, tetapi melihat sang Jenderal sedang menikmati sajian, tak sopan jika menyela. Mereka memilih untuk melihat Kia makan sampai ia puas dan berhenti. Namun, siapa sangka. Sepuluh jenis makanan ludes dilahap oleh Kia seorang. Para dayang tertegun, tetapi Dra tertawa puas.
"Hah, senang melihatmu kembali, Kakak. Baguslah. Kau tak akan berulah pastinya. Aku pergi dulu," ujar Dra dengan senyum terkembang lalu meninggalkan ruangan tempat Kiarra tinggal bersama para dayang.
"Hei, masih ada sisa makanan?" tanya Ron berbisik.
Namun, Ben hanya meringis sambil menggeleng pelan. Para dayang mendesah pelan karena mereka harus menahan lapar.
"Hah! Energiku kembali terisi penuh. Sebaiknya, siapkan stamina kalian. Aku ingin bercinta sampai bulan berganti," ujar Kiarra lalu meneguk air ungu sebagai penutup acara makan.
Namun, permintaannya itu membuat para dayang mematung seketika dengan mata terbelalak lebar. Mereka tak menyangka jika keinginan bercinta sang Jenderal seperti tak terbendung. Entah kenapa, hal itu malah menjadikan kengerian sendiri bagi mereka.
"Kenapa diam saja? Kemari, puaskan aku," ujar Kiarra yang dengan sigap melepaskan pakaian yang membelenggu tubuhnya dan dibiarkan jatuh satu per satu di lantai.
Para dayang mengangguk dan melangkah gugup mendekati tuannya.
Kali ini, para dayang yang tertidur lelap karena kelelahan akibat berusaha keras memuaskan sang Jenderal. Kiarra terjaga dan duduk di balkon menara melihat sekitar istana di mana warna bulan ungu seperti mulai memudar dan akan digantikan warna merah.
"Apakah esok aku akan mati?" gumam Kiarra memikirkan nasibnya di tempat yang disebut Negeri Kaa.
Saat Kiarra sedang termenung, tiba-tiba datang kupu-kupu berwarna ungu mendekat padanya. Kiarra tersenyum, tetapi akhirnya ia menyadari jika hewan tersebut seperti memintanya untuk mengikuti. Mata Kiarra terfokus pada hewan itu yang ternyata berjumlah banyak dengan warna beragam. Kupu-kupu tersebut juga bercahaya seperti berkedip layaknya kunang-kunang. Kiarra melihat ada sebuah bangunan seperti kuil di dekat taman sisi Barat istana. Seketika, matanya melebar saat melihat Dra menatapnya tajam. Mata ungu penyihir itu menyala terang seperti memerintahkan kupu-kupu.
"Hah, apa lagi maunya?" keluh Kiarra, tetapi memilih untuk segera menemui. "Oke!" jawab Kiarra kepada salah satu kupu berwarna biru seraya menunjukkan jempolnya.
"O-ke? Apa itu?" tanya Dra bingung seraya melihat ibu jarinya mengikuti gaya Kiarra.
Kiarra mengikuti arahan dari kupu-kupu bercahaya kiriman Dra. Kiarra yang baru mengetahui seluk-beluk istana tampak senang karena tempat itu cukup bagus dan mengingatkannya akan Kastil Hashirama. Perlahan, langkah Kiarra melambat. Rasa sedih menghampirinya saat ingatan akan kenangan semasa hidupnya kembali muncul dan wajah sang ibu terlintas dalam pikiran.
"Ibu ...," ujar Kiarra sedih dengan mata berlinang.
"Ibu?"
"Eh!" kejut Kiarra saat mendapati Dra sudah ada di depannya entah sejak kapan.
Kiarra yang merasakan matanya basah segera menghapusnya. Ia memalingkan wajah meski tahu jika Dra menatapnya saksama.
"Ikut aku," ajak Dra seraya berjalan memasuki sebuah bangunan dengan banyak patung, ornamen unik dan beberapa batu bercahaya layaknya kristal membentuk simbol bintang besar pada atap ruangan.
"Wow, tempat ini indah," ucap Kiarra kagum sampai tubuhnya berputar dengan kepala mendongak.
"Apa ingatan Kia tak memberitahumu tentang tempat ini?" tanya Dra seraya menyalakan lilin yang menyalakan api ungu.
"No. Dia tertutup. Hanya beberapa hal saja yang ia tunjukkan, tetapi itu juga hanya sekedar kilasan. Kenapa?" tanya Kiarra heran dan kini menatap Dra yang terlihat seperti mempersiapkan sesuatu.
"Duduklah," ucapnya seraya menunjuk sebuah lingkaran dengan bagian tepi bercahaya ungu.
Kiarra menurut dan duduk bersila layaknya meditasi. Dra berdiri di depannya menatap Kiarra entah apa yang dipikirkannya.
"Apa yang akan kaulakukan padaku?" tanya Kiarra serius.
"Aku hanya ingin tahu. Kau ancaman atau bukan di Negeri Kaa, khususnya Kerajaan Vom," ucapnya seraya berjalan mengelilingi Kiarra perlahan.
"Oh. Aku diinterogasi. Apakah kau akan menggunakan mantera aneh lagi padaku? Jujur, di duniaku jika kau ingin tahu kejujuran seseorang, cukup menggunakan detektor kebohongan atau gas halusinasi. Sedangkan kau, ritualmu benar-benar merepotkan," ucap Kiarra karena Dra kini menaburkan bunga-bunga warna biru di sekeliling ia duduk.
"Diam. Kau tahu, kakakku bukan tipe orang yang banyak bicara. Sedangkan kau, hah ... bandingkan saja sendiri. Kau sangat bertolak belakang dengannya," sindir Dra.
"Hem. Pendiam, penyendiri, penyuka sesama jenis, dan bodoh. Itulah Kia," ucap Kiarra tegas yang membuat mata Dra melotot seketika. "Kuat, tangguh, tangkas, tak kenal takut, pantang menyerah, berani mati, setia, itulah kakakmu," imbuhnya. Dra diam dan amarahnya mereda seketika.
"Ya, kau benar. Lebih banyak keunggulan ketimbang keburukan bukan?" balasnya tersenyum miring. Kiarra mengangguk karena enggan berdebat. "Aku akan mencoba mengeluarkan semua ingatan Kia yang terkunci agar kau tahu tentangnya," ucap Dra yang kini menggenggam bubuk berwarna hijau entah apa.
"Oke. Aku rasa hal itu memang diperlukan mengingat aku orang asing di sini," ucap Kiarra sependapat.
Dra tersenyum lalu meniupkan debu itu ke tubuh Kiarra. Spontan, wanita berambut hitam legam itu memejamkan mata. Namun, perlahan muncul beberapa cuplikan beberapa kejadian yang pernah dialami oleh Kia semasa hidupnya. Kiarra tertegun karena hampir semua waktunya hanya untuk berperang. Kia menaklukkan banyak wilayah dan membunuh banyak orang. Kiarra bisa melihat wajah-wajah orang yang ditusuk, dipenggal, disayat, dipotong dan ditebas olehnya dengan pedang dalam genggaman, seolah ia yang melakukannya.
Keringat dingin mulai bercucuran membasahi wajah dan tubuh. Kedua tangan Kiarra gemetaran terlihat seperti ketakutan. Napasnya memburu dan tubuhnya bergerak-gerak diikuti suara seperti penolakan.
"Tidak! Ja-jangan! Hentikan!" teriaknya lantang saat melihat tangan kirinya menjambak rambut seorang anak yang menangis memohon ampun. Namun, tangan kanannya yang memegang pedang tak terlihat gentar saat bergerak dan menebas kepala itu hingga darah menyembur dari luka potongan. "AAAAAA!"
"Kia! Kia!" panggil Dra yang membuat mata Kiarra terbuka lebar dengan tubuh gemetaran.
"Monster!" teriaknya yang langsung berdiri dengan mata melotot menatap Dra. Sang penyihir kebingungan dengan kening berkerut ketika Kiarra jalan terhuyung melihat dua tangannya. "Kia adalah seorang monster! Dia pembunuh yang keji dan tak berbelas kasih!" serunya.
"Kau dijuluki Dewi Kematian. Di mana pun kakimu berpijak, disitulah darah kematian akan tergenang," ucap Dra pelan.
Kiarra shock. Ia seperti akan pingsan, tetapi jiwanya menolak. Wanita itu melihat sebuah cermin besar tergantung di tembok. Saat ia melihat sosok barunya yang berbeda dari sebelumnya, matanya terbelalak lebar.
"Arg! Aku bukan seorang pembunuh!"
PRANG!!
Mata Dra melebar. Ia tertegun saat Kiarra mengambil cermin itu lalu membantingnya ke lantai batu. Kiarra menginjak cermin itu hingga menjadi kepingan kecil terlihat begitu marah. Ia lalu berlari ke arah pancuran dan membasuh tangan lalu wajahnya dengan air mata menetes.
"Ki-Kia ...," panggil Dra seraya mendekat.
"Dia pembunuh! Kakak yang kau banggakan seorang makhluk tak memiliki hati nurani. Inikah seorang Jenderal Perang yang dikagumi? Kia itu iblis atau monster? Aku tak melihat perbedaannya!" tanya Kiarra berteriak marah menatap Dra tajam. "Dengar, Dra. Sudah cukup kekejaman yang dilakukan oleh kakakmu. Dia sekarang adalah aku. Kia sudah mati, dan akulah Kiarra yang akan menggantikannya. Ingat itu!"
Kiarra bergegas pergi meninggalkan kuil Dra. Sang penyihir terpaku saat melihat sosok yang kini hidup di raga kakaknya memberontak akan perilaku seorang Kia. Dra terdiam dan berdiri mematung menatap kepergian Kiarra hingga tak terlihat lagi.
"Aku ... apakah yang kulakukan ini salah, dengan memanggilmu untuk menggantikan kakakku?" tanya Dra lirih terlihat sedih.
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
Jangan lupa vote vocer, poin, koin, like semua eps, rate bintang 5 dan komennya ya. Tengkiyuw
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Kau justru samgat beruntung Dra karena yg terpanggil adlh jiwa Kiarra, seorang jiwa yg luar biasa utk melengkapi raga kosong milik kakau yg telah banyak melakukan kebodohan krna menjadi boneka Raja
2023-05-22
1
Wati_esha
Misi Dra gagalkah? Kiarra ketakutan dengan sosok yang ditinggalinya. 😢
2023-04-03
1
Wati_esha
Kia ternyata membunuh tanpa pertumbangan apapun. 😢😢😢
2023-04-03
0