Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Para dayang baru sang Jenderal ternyata sangat mampu memuaskan hasrat terpendam Kiarra yang sudah ditimbunnya selama ini terhadap lelaki. Kelima pria itu juga ikut lemas usai dipuaskan oleh pesona dan sentuhan penuh gairah dari wanita yang dikagumi. Kiarra merebahkan diri sembari mendekap dua kepala pria tampan yang mengapit tubuhnya. Sedang tiga pria lainnya masih berada di satu ranjang yang sama, tetapi berada di sudut lain sudah terlelap.
Saat Kiarra meletakkan secara perlahan dua pria yang sukses membuatnya mabuk kepayang, seorang dayangnya yang berambut pirang terbangun dari tidur ketika sang Jenderal akan beranjak pergi.
"Anda mau ke mana?" tanya pria itu dengan tubuh siap untuk menyusul.
"Oh, aku hanya ingin mandi. Bertarung bersama kalian sama melelahkannya saat melawan para ... eh, aku tak ingat. Monster-monster itu, apa namanya?" ujarnya menatap pria berambut pirang dengan warna mata bercorak hijau.
"Anda bertarung dua kali, itu yang saya dengar dari rumor yang beredar. Hem, bagaimana jika saya jelaskan sembari memandikan Anda," tanya dayang itu dengan satu alis terangkat penuh dengan maksud.
"Okey," jawab Kiarra semangat dan berjalan lebih dulu tanpa busana menuju kamar mandi khusus.
"O-key? Bahasa apa itu?" tanya pria itu heran.
Lelaki tersebut segera menyusul ke kamar mandi dan menyiapkan perlengkapan untuk sang Jenderal. Kiarra merendam tubuhnya ke dalam kolam air hangat layaknya jacuzzi berukuran besar. Dayang tampan itu menaburkan kelopak bunga berwarna ungu ke dalam kolam, berikut wewangian dari botol seperti parfum yang menjadikan ketegangan di tubuh sang Jenderal mereda seketika.
"Izin untuk masuk memandikan Anda, Jenderal," ujar dayang itu dan Kiarra mengangguk dengan senyuman.
Suara pesta masih terdengar meski sayup-sayup. Kiarra tak menduga jika penduduk sangat kuat begadang demi sebuah perayaan yang bahkan mereka sendiri tak terlibat. Namun, melihat orang-orang bersuka cita, membuat hatinya ikut bahagia. Pria itu memijat pundak Kiarra dari belakang setelah menggelung rambutnya ke atas.
"Jenderal, jangan menganggapku aneh. Hanya saja, selama ini aku sangat kagum padamu. Aku bahkan tak menyangka jika Anda akan memilihku. Selama ini, aku dianggap payah oleh beberapa orang karena hanya memiliki kemampuan dalam memasak," ucapnya terlihat gugup.
"Kau tahu? Seorang chef itu dibayar sangat mahal karena keterampilannya dalam memasak. Bahkan, posisi wanita sudah tergeser oleh para kaum pria yang memiliki kemampuan itu. Kau seharusnya bangga, aku saja hanya bisa memasak ala kadarnya. Itu pun rasanya masih harus dipertanyakan," jawab Kiarra yang membuat pria itu terkekeh pelan.
Namun, perlahan, pijatan di bahunya melemah kemudian berhenti. Kiarra menoleh saat pria itu berkerut kening menatapnya. Jantung Kiarra berdebar.
"Kenapa Anda bisa mengatakan demikian? Di sini, pria yang memiliki kemampuan memasak dianggap sangat rendah dan tak bernilai. Derajatnya paling bawah bahkan mendapatkan upah paling sedikit dibanding jenis pekerjaan lainnya," tanya pria itu yang membuat Kiarra menelan ludah.
Namun, otak cerdas Kiarra tak membuatnya kehilangan seribu alasan untuk mengarang. "Kau percaya dengan rumor yang mengatakan tentang makhluk bernama Ooo jika mereka sakral dan diberkati?" Pria itu mengangguk cepat.
"Kabarnya, Anda dijilat oleh hewan itu," sahut pria tersebut antusias. Kiarra mengangguk.
"Hanya saja, karena jilatan itu, aku ... jadi memiliki visual luar biasa seperti menembus dimensi lain. Seperti ... berada di dunia lain. Tempat itu sangat berbeda dengan di sini. Tempat itu dipenuhi oleh bangunan-bangunan tinggi menjulang, kendaraan-kendaraan bermesin, dan orang-orang berpenampilan hebat seperti gaun yang kukenakan tadi," ujar Kiarra yang membuat mata pria itu melebar seketika.
"Anda mendapatkan penglihatan sampai menembus pusaran bintang? Luar biasa!" pekik pria itu dengan mulut menganga.
"Benarkah itu?" sahut seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari pintu masuk ke ruang pemandian.
Praktis, Kiarra terkejut karena semua dayangnya bangun akibat obrolan itu. Ia merasa jika mereka berlima bukan ancaman, dan akhirnya mengangguk.
"Ceritakan pada kami tentang penglihatan supranaturalmu itu, Jenderal. Selama ini, kami mengira itu hanya mitos. Namun, melihat perubahan dalam dirimu, aku percaya!" ujar seorang pria dengan wajah layaknya pria Asia.
Para dayang berjalan mendekat tanpa kain membungkus tubuh perkasa mereka.
"Baiklah. Masuk kemari. Kita mandi bersama," ujar Kiarra yang membuat para lelaki tampan itu masuk ke dalam kolam batu satu per satu. Kiarra lagi-lagi dikerubungi oleh para lelaki tampan yang kali ini bukan mengajak bercinta, melainkan untuk bercerita.
Kiarra yang kini malah memanjakan para dayangnya. Kumpulan lelaki itu merendam tubuh yang tadi penuh dengan peluh dalam bak mandian mewah ciri khas petinggi kerajaan. Mereka yang belum pernah merasakan kemewahan itu tak ingin kehilangan momen dengan menikmati mandi bersama wanita pujaan sembari bercerita.
Siapa sangka, obrolan itu berlangsung cukup lama bahkan sampai bulan berganti menjadi merah. Dra yang cemas dengan sosok Kia yang baru, nekat mendatangi kamarnya setelah ia juga baru mengetahui jika sang Jenderal telah memiliki dayang-dayang baru.
"Hahahaha! Benarkah itu? Aku sungguh tak menyangka jika Anda sangat lucu!" seru seorang pria yang suaranya santer terdengar dari luar pintu pemandian.
Dra tertegun dan mematung di depan pintu tanpa penutup itu. Ia tak masuk ke dalam, tetapi bisa mendengar dengan jelas obrolan orang-orang tersebut. Hingga saat ia memilih untuk pergi karena lupa dengan tujuannya, tiba-tiba ....
"Dra?"
Sontak, penyihir Kerajaan Vom tersebut menghentikan langkah seketika. Keempat dayang Kia segera naik dari kolam lalu membungkus tubuh mereka dengan lilitan kain yang dilipat rapi di atas batu.
"Oh, Anda benar, Jenderal! Itu Penyihir Agung, Dra!" jawab pria berambut hitam yang berdiri pada bingkai pintu.
"Hem, baiklah. Kalian keluar dan persiapkan perlengkapanku. Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengan Dra," titahnya masih merendam tubuh di dalam kolam air hangat.
"Baik, Jenderal!" jawab kelima orang itu lalu bergegas keluar dari pemandian dengan kain melilit di tubuh.
"Dra, kemari," pinta Kiarra menatap ke arah pintu dengan sorot mata tajam.
Dra menarik napas dalam lalu memasuki ruang pemandian. Ia masih terlihat marah kepada Kiarra dan berdiri di seberang kolam. Ia juga tak menyangka jika dayang-dayang Kiarra masih sangat muda dan tampan, padahal mereka dari rakyat biasa.
"Kau boleh marah padaku, tapi aku juga. Kita berdua memiliki kepentingan masing-masing. Hanya saja, kau bertanggungjawab atas keberadaanku di tempat ini," tegas Kiarra dengan dua tangan direntangkan dan punggung menyender pada dinding batu.
"Kenapa instingmu masih kuat? Kau sudah tak suci lagi," tanya Dra yang membuat kening Kiarra berkerut.
Wanita itu menyadari jika ucapan Dra ada benarnya. Kejadian di kamar dengan kelima dayangnya, membuat ia sudah tak perawan lagi. Namun, ia juga heran karena tak merasakan nyeri, ngilu, atau hal aneh pada bagian intim seperti yang dikatakan oleh gadis-gadis yang kehilangan mahkotanya.
"Entah. Mana kutahu. Kau yang paling tahu untuk semua hal tak masuk akal di sini," jawab Kiarra tak ambil pusing.
Dra berkerut kening. Ia melangkah dengan sorot mata tajam masih menatap sosok Kiarra. Ia berjalan memutari kolam dan pada akhirnya berada cukup dekat dengan sang Jenderal. Kiarra masih dalam posisinya tak terlihat takut.
"Dari mana kau tahu mantra terlarang itu?" tanya Dra berjongkok.
"Mantra terlarang? Mantra apa?" tanya Kiarra bingung.
"Aku tak bisa menyebutkannya, tapi kau berubah. Kau tak ingat?" Kiarra menggeleng pelan.
"Yang kuingat adalah ingatan kakakmu yang mengganggu ketenanganku. Ia seolah melakukan protes pada tindakan yang kulakukan, tapi semakin dia mengusikku, semakin aku bersemangat untuk menyingkirkannya," tegas Kiarra yang membuat Dra tertegun.
Wanita itu kembali berdiri dan memasang wajah dingin pada sang Jenderal, tak seperti saat ia bertemu dengannya tempo hari.
"Nikmati harimu. Kudengar jika Raja akan memberimu tugas lagi. Kali ini serius dan penting," ucap Dra siap beranjak pergi.
"Misi? Gila! Aku baru saja pulang dan pulih dari cidera, ia sudah mengirimku untuk berperang lagi?" pekik Kiarra langsung tersulut emosi.
"Kau tahu, sikapmu ini akan sangat mencurigakan bagi orang-orang yang mengenalmu di istana ini, Kiarra. Sang Jenderal, tak pernah mengeluh akan tugas yang diberikan meski ia hampir tak tidur karena hal itu. Ia selalu senang jika ditugaskan keluar istana dan pulang membawa kejayaan," sindir Dra tajam.
"Itu karena kakakmu bodoh! Mau-maunya diperas oleh sang Raja untuk melakukan pekerjaan kotor untuknya. Dia beruntung tak bertemu dengan presidenku. Ia pasti akan mati di tangannya hanya dengan sekali serangan. Bahkan kau, bukan lawannya," balas Kiarra dengan senyum licik.
"Pre-si-den?"
"Ya. Pemimpin seluruh dunia. Jika disamakan dengan negerimu ini, presidenku memimpin seluruh kerajaan yang berada di planet ini. Namanya King D, dan aku salah satu orang dalam jajarannya yang dipercaya," jawab Kiarra menyombongkan diri. Dra terdiam. "Aku ikut berperang kala itu melawan para monster dari kaumku sendiri yang terjangkit wabah. Penyakit itu membunuh para manusia di duniaku. Hanya orang-orang terpilih yang tetap hidup, dan aku salah satunya. Kau beruntung karena rohku bersedia menggantikan kakakmu. Kau yang memiliki hutang besar padaku," tegas Kiarra melebarkan mata.
"Kau ... seorang pahlawan, di duniamu sebelum di sini?" tanya Dra terlihat gugup.
"Pintar. Jadi, hormatlah padaku. Kakakmu ini tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan orang-orang berkemampuan khusus di duniaku. Jangan sombong," jawab Kiarra yang kemudian keluar dari kolam dengan tubuh telanjangg. Dra diam saja menatap sosok Kiarra yang melenggang pergi tanpa busana keluar dari pemandian. "Sebaiknya kau mandi. Kulihat kau masih memakai pakaian yang sama seperti saat pertama kali berjumpa denganku. Oh, jangan-jangan ... semua pakaianmu memiliki model seperti itu? Berbulu, hijau dan terlihat menyusahkan? Jika benar, seleramu sungguh payah!" ejek Kiarra.
Mulut Dra menganga lebar. Ia tak habis pikir dirinya akan disindir habis-habisan di mana tadinya ingin menghujat Kiarra, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Dra dibuat heran dengan perilaku sang Jenderal saat ia tampak gembira menghabiskan waktu bersama para dayang-dayangnya. Dra yang diajak serta untuk menikmati sajian, malah terpaku ketika seorang dayang berambut gondrong mengajak Kiarra menari padahal sang Jenderal sedang menikmati makanan.
"Dia benar-benar sudah gila," gumam Dra dengan mata terkunci pada sosok Kiarra yang asyik menari bersama lelaki gondrong itu.
Sedangkan dayang-dayang lainnya bertepuk tangan dan memainkan musik dengan peralatan seadanya di ruangan tersebut penuh sukacita.
***
ILUSTRASI. SOURCE : FREE IMAGES
Uhuy cogan berhamburan. Pilih yg mana yaa. kwkwkw😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Wati_esha
Dunia lain oooh dunia lain. Pusiang tujug kaliling ini pala berbih setelah baca ini. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤭
2023-04-02
1
Wati_esha
Tq update nya.
2023-04-02
0
Wati_esha
Apalah artinya dipercaya kala jira telah pergi meninggalkan raga begitu saja.
2023-04-02
0