Menentang Titah Raja

Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.

Para kesatria Vom terlihat kesal karena tak menemukan satu pun anak-anak Vom di dalam rumah ataupun sekitar wilayah pemukiman itu. Mereka mendatangi sang Jenderal dengan tangan hampa ketika wanita berwajah bengis itu sedang mengelap belatinya yang berlumuran darah. Dra yang berhasil diselamatkan olehnya tampak bingung saat melihat para penduduk Gul tergeletak dengan darah ungu melumuri tubuh mereka.

"Jenderal. Anak-anak Vom tak ada di sini," ucap Panglima Goo.

"Hargh!"

DUAKK!!

Para kesatria Vom tertegun karena sang Jenderal tiba-tiba marah. Kiarra menendang sebuah ember terbuat dari besi hingga benda itu terlempar dan menghantam dinding. Para lelaki itu menatap Kia tajam terlihat gugup.

"Aku sudah menduganya! Kurang ajar! Siapa mata-mata kerajaan yang tak memberikan informasi akurat itu? Lihat saja, jika aku bertemu orang itu akan potong kepalanya!" serunya murka dengan napas memburu.

Orang-orang menelan ludah. Mereka tak pernah menyangka jika sang Jenderal akan semarah ini.

"Haruskah kita bakar desa ini agar tak meninggalkan jejak?" tanya Panglima Goo, tetapi hal itu membuat mata Kiarra terbelalak lebar.

"Biarkan saja. Aku ingin melihat bagaimana reaksi Kerajaan Ark saat tahu jika kita berulah di tempat ini. Aku ingin lihat, sejauh mana nyali mereka untuk membalas kita," ujar Kiarra bengis seraya menyarungkan belatinya kembali.

"A-Anda berniat menyulut peperangan?" tanya seorang kesatria. Kiarra menatap tajam lelaki tersebut.

"Menyulut peperangan? Dengan kita sudah menginjakkan kaki di sini, itu sudah menandakan jika Vom siap berperang, dasar goblok!" teriaknya.

"Go-blok? Apa itu?" tanya Goo heran.

"Bodoh! Idiot! Stupid!" jawab Kiarra yang membuat semua orang malah kebingungan dengan bahasanya.

Kiarra tahu jika orang-orang itu akan bingung dengan ucapannya. Kiarra juga menyadari satu hal. Selama ini, ia bisa memahami bahasa orang-orang itu karena pengetahuan bahasa Kia di Negeri Kaa sudah terserap olehnya. Hanya saja, Kiarra yang dulunya memang menguasai bahasa Jepang, Inggris, Indonesia dan Mandarin seperti membuat bahasa-bahasa itu spontan tercampur begitu saja ketika ia sedang berbicara.

"Kita pergi dari sini. Sia-sia yang kulakukan jika ternyata tak mendapatkan hasil dari pembantaianku kesekian kali," ucapnya menyombong.

Para kesatria berikut Dra mengangguk pelan. Mereka mulai menaiki kuda dan bersiap untuk meninggalkan desa yang sudah kehilangan penduduknya itu.

"Oh, mana buntalan bekal milikku? Bukankah, aku sudah mengikatnya pada pelana kuda?" tanya seorang kesatria bingung.

"Milikku juga tak ada!" sahut kesatria lainnya.

Kiarra menahan senyum. "Dasar cengeng. Hanya buntalan berisi makanan dan barang-barang tak berguna masih kalian perdebatkan? Memalukan. Apakah kalian akan mati hanya karena harus berpuasa sampai tiba di kerajaan?" sindir Kiarra tajam di mana ia benar-benar menikmati perannya kali ini.

"Ti-tidak, Jenderal. Kami baik-baik saja," jawab salah seorang kesatria dengan pandangan tertunduk.

"Kita pergi. Heyah!" ajak Kiarra seraya memacu kudanya untuk meninggalkan desa Gul.

Dra menoleh dan memandangi para penduduk yang tergeletak bersimbah darah di segala tempat dengan saksama. Ia seperti menyadari sesuatu, tetapi memilih diam dan segera pergi. Rombongan Kiarra memacu kuda dengan cepat sebelum bulan merah muncul. Bagi Kiarra, bulan itu seperti berdarah karena tampak mengerikan dan seperti memancarkan aura pembunuh.

Kaki-kaki kuda bermata ungu itu melaju kencang membelah jalanan tanah untuk kembali ke rumah. Kiarra sudah tak sabar ingin menemui Raja dan menanyakan tujuan misinya. Ia merasa jika berita itu palsu mengingat dirinya juga sudah mencari keberadaan anak-anak Vom, tetapi tak ada jejak di sana. Tepat sebelum bulan merah menampakkan wujud, kuda-kuda telah berhasil tiba usai Kiarra memaksa hewan-hewan berekor ungu itu untuk terus berlari.

Kedatangan Kiarra dan rombongan tentu disambut oleh semua orang. Para dayang Kiarra yang melihat dari atas menara mengembangkan senyuman karena kekasih mereka pulang dengan selamat tak terlihat adanya luka atau berkurangnya anggota pasukan. Mereka bergegas turun untuk menyambut sang majikan. Sayangnya, sang Jenderal tak membalas sambutan penuh suka cita itu. Wajahnya tegang seperti menyimpan sebuah amarah kepada seseorang.

"Jenderal Kia telah kembali!" seru penjaga pintu ruangan aula seraya membuka papan kayu tersebut.

Ruangan besar layaknya aula tampak megah dengan pilar-pilar besar penyangga terbuat dari batu. Kekuatan bangunan itu diperkuat dengan lantai batu bermotif dari pahatan ukiran tangan seorang ahli. Cahaya lilin dan obor pada dinding-dinding bangunan menerangi luasnya ruangan dengan atap menjulang tinggi meski bercahaya redup. Tirai-tirai jendela terikat untuk membiarkan cahaya ungu dari sang bulan mempercantik ruangan kerajaan tersebut.

Ruangan besar yang difungsikan untuk berdiskusi dan menerima tamu, kini telah dipenuhi orang-orang penting di Kerajaan Vom. Raja, ratu dan para petinggi kerajaan berkumpul untuk menyambut kedatangan sang Jenderal berikut Panglima Goo dan Dra. Jubah kebanggaan dikenakan sebagai tanda tingginya jabatan yang mereka junjung. Lapisan kulit pada tubuh diperindah dengan gelang-gelang dan kalung emas untuk melengkapi status bangsawan orang-orang itu.

"Jenderal Kia! Ini adalah tugas tersingkat yang kau emban karena pulang begitu cepat. Kabar baik apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Penasihat Raja dengan rentangan tangan ketika Kiarra, Dra dan Panglima Goo memasuki ruangan.

GLUNDUNG ....

"Oh!" kejut orang-orang dalam ruangan saat Kia menggelundungkan sebuah kepala dengan mulut menganga dari sebuah buntalan kain yang ia bawa.

Ratu sampai terperanjat dan nyaris berteriak karena kaget. Goo dan Dra bahkan tak mengetahui jika isi buntalan milik Kia adalah kepala. Mereka berpikir jika itu adalah perlengkapannya.

"Orang itu bersumpah padaku jika tak ada anak-anak Vom yang diculik. Aku tak percaya dan kupenggal kepalanya. Kubantai seluruh penduduk untuk mencari keberadaan anak-anak itu. Namun, hanya dusta yang kudapatkan di desa itu!" teriak Kiarra marah seraya membanting kain buntalan tersebut ke lantai.

"Apa maksudmu, Jenderal?" tanya sang Raja dengan mata menyipit.

"Tak ada anak-anak Vom di tempat itu! Pasukanku dan Panglima Goo sudah menggeledah seluruh tempat untuk mencarinya. Tak ada jejak mereka di sana! Siapa pemberi informasi palsu itu? Tunjukkan orang itu padaku!" teriaknya marah dengan napas memburu.

"Kia! Jaga bicaramu di depan raja!" seru pejabat tinggi negara yang berada di ruangan tersebut.

Kiarra yang tersulut emosi tak menjawab dan melirik pria itu tajam. Mata orang-orang di ruangan itu terkunci pada sosok sang Jenderal yang terlihat diliputi kebencian.

"Jenderal Kia. Sikapmu hari ini sudah menunjukkan jika kau adalah ancaman bagi kerajaan. Kami baru saja mendapatkan informasi jika dayang-dayangmu yang diusir dari Vom kini memihak kerajaan musuh. Mereka bersekongkol untuk menjatuhkan kerajaan. Mereka akan datang menyerang dalam skala besar dan itu semua karena salahmu!" tunjuk seorang pejabat kerajaan menunjuk.

Mata Kiarra melotot karena kini ia malah disudutkan atas hal yang dirasa benar olehnya.

"Sebagai hukuman, kau akan berada di garis depan untuk menghalau musuh. Bukankah perang adalah kegemaranmu?" sindir sang Ratu, tetapi Kiarra malah terkekeh geli dengan kepala menggeleng.

"Kudengar, Anda tak membakar desa itu, Jenderal Kia. Apakah Anda bermaksud untuk mengobarkan peperangan antara Kerajaan Vom dan Ark dengan meninggalkan jejak?" tanya seorang pejabat dengan senyum liciknya.

"Desa Gul tak seperti yang dikabarkan. Tempat itu hanya dihuni oleh para penduduk miskin. Dibakar atau tidak, Ark tak akan mendatangi kita hanya karena desa tak berharga itu!" tegas Kiarra.

"Kerajaan Ark melindungi desa itu! Sudah pasti Desa Gul berada dalam wilayah kekuasaannya!" seru Raja menunjukkan kemurkaannya.

"Itu tidak benar. Desa Gul berada di perbatasan wilayah Vom dan Ark. Desa itu diasingkan. Mereka tidak masuk dalam kekuasaan Kerajaan Ark," jawab Kiarra mempertahankan pendapatnya.

"Jika benar demikian, kenapa setiap kita melakukan penyerangan, Desa Gul selalu dibantu oleh pasukan Ark?" tanya sang Raja dengan napas memburu.

"Lalu kenapa saat aku datang membantai desa itu, pasukan Kerajaan Ark tak muncul? Jika benar desa itu masuk dalam wilayahnya, seharusnya desa itu dibentengi dan dijaga oleh pasukan Ark. Sedangkan aku? Aku bisa keluar masuk desa itu dengan mudahnya. Bahkan, pembantaian yang kulakukan adalah hal termudah karena penduduknya hanya warga sipil dan bukan seorang prajurit!" jawab Kiarra tak kalah emosi.

Suasana dalam ruangan itu tegang seketika. Raja dan sang Jenderal saling bertatapan tajam.

"Kau meragukan informasi dari mata-mata Kerajaan Vom? Kau tahu hukumannya, Jenderal Kia? Hukumanmu akan lebih berat ketimbang berada di garis depan," tanya Penasihat Raja.

"Akan kuberitahu hukuman yang pantas bagi seorang pendusta. Potong lidah," jawab Kiarra bengis balas menatap penasihat itu.

"Apa kau bermaksud menentang perintah raja?" tanya sang Ratu kembali bicara.

"Perintah mana yang kutentang? Apa Anda tak bisa membedakan? Aku pergi berperang, membantai penduduk sendirian, lalu aku pulang dengan tangan kosong karena tak ditemukan satu pun anak-anak dari Vom. Sebenarnya, siapa di sini yang dungu?" sindir Kiarra tajam.

"Kau menghina Ratu!" seru pejabat tinggi kerajaan menunjuk.

"Dan aku tak segan menghina kalian satu per satu jika tak becus dalam mengelola informasi!" jawabnya menunjuk orang-orang yang duduk di kursi. "Apakah otak kalian tumpul sejak duduk di singgasana itu sehingga tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Bawa kemari mata-mata itu, biar kucongkel matanya dan kupotong lidahnya!" teriak Kiarra geram seraya menarik pedang.

"Dia menentang Raja!" seru pejabat tinggi lainnya.

Dra panik berikut Panglima Goo yang berada di tempat itu. Kiarra ditatap tajam dan dianggap pemberontak di istana. Terlebih, ia dituduh sudah membawa petaka bagi kerajaan usai pengusiran dayang-dayang perempuannya. Kiarra yang diliputi amarah dan kebencian, terpikirkan sebuah ide gila dipikirannya. Wanita itu berjalan mundur dengan pedang masih dalam genggaman tangan kanan. Ia kini sudah lelah berpura-pura menjadi Kia.

"Kalian bilang aku berubah, bukan?" tanyanya dengan sorot mata tajam. Pandangan semua orang di ruangan itu terfokus pada Kia seorang. "Kuberitahukan satu rahasia besar yang hanya diketahui olehku dan Dra," sambungnya yang membuat mata Dra melotot lebar.

***

wah bentar lagi puasa LAP. Lele ucapkan semoga puasa di bulan Ramadhan ini lancar, tidak sakit, dan lancar dalam setiap usaha untuk mendapatkan berkah Illahi. amin❤️

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Kiarra ... kau masih peka? Tak tahukah posisi mata - mata atau bosnya mata - mata?

2023-04-03

1

Wati_esha

Wati_esha

Ada pejabat yang cepat terima informasi Kiarra tak membumi hanguskan desa itu. Berarti ada penyusup di dalam rombongan Kiarra - Goo.

2023-04-03

0

Wati_esha

Wati_esha

Mengapa Goo diam saja tak membantu Kiarra?

2023-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Negeri Kaa*
2 Dra*
3 Bulan Merah*
4 Malam Perjodohan*
5 Kematian Kiarra*
6 Maafkan Kami, Kiarra*
7 Harem*
8 Amarah Dra*
9 Para Dayang Sang Jenderal*
10 Dunia Kiarra*
11 Kekhawatiran Dra*
12 Misi Yang Dipertanyakan*
13 Dewi Kematian*
14 Aku (Kiarra) yang Menentukan Nasibmu (Kia)*
15 Taktik Kiarra*
16 Sihir Dra*
17 Kebenaran Misi
18 Menentang Titah Raja
19 Pemberontakan Kiarra*
20 Buronan Vom*
21 Buah Naga
22 Jasper?*
23 Ram? Jasper?*
24 Dia Bukan Jasper*
25 Pulau Ilusi*
26 Dia Tahu Tentangku*
27 Menerobos Wilayah Zen*
28 Pohon Jembatan*
29 Demi Dra*
30 Makhluk-makhluk Negeri Kaa*
31 Kolam Penyembuh
32 Wilayah Yak*
33 Penjaga Pohon Jembatan*
34 Pohon Naga*
35 Sang Naga*
36 Menuntaskan Sumpah*
37 Misi 7 Hari*
38 Dukungan Keluarga*
39 Membidik Michelle*
40 Tawaran Kiarra
41 Keputusan Aiko*
42 Siapa Pria Itu?
43 Mengumpulkan Bukti
44 Mengejar Waktu*
45 Ke mana Mereka?
46 Jasper!
47 Selamat Tinggal
48 Kau Tuanku*
49 Sang Jenderal*
50 Naga Kecil*
51 Memburu Ram
52 Hukuman Sang Ratu
53 Raja Zalim
54 GIVE AWAY THR
55 Penghisap Kekuatan
56 Pengumuman Pemenang GA
57 Musuh atau Bantuan?
58 Kekuatan Negeri Kaa
59 Jawaban 10 Keunikan Novel Kiarra
60 Monster Hoo*
61 Kekuatan Bintang Biru*
62 Kristal Biru*
63 Kerajaan Yak*
64 Bola-bola Es*
65 Memilih Tubuh Pengganti
66 Rak*
67 Perubahan di Kerajaan Yak*
68 Kemarahan Monster Hoo*
69 Koloni Baru*
70 Ingatan yang Hilang*
71 Kelicikan Ark
72 Kekuatan Tersembunyi*
73 Lawan yang Sulit
74 Blue VS Red*
75 Tumbal*
76 Sungai Agung*
77 Kutukan Kerajaan Tur*
78 Manusia Setengah Binatang*
79 Menuju Tur*
80 Laut Merah*
81 Wilayah Tur*
82 Para Pemberontak Tur*
83 Menunda?*
84 Ditugaskan Kembali*
85 Kapal-kapal Perang*
86 Kapten Mun*
87 Tawanan*
88 Temuan yang Mencurigakan*
89 Pyu*
90 Kotak Kaca Ungu*
91 Makhluk Terkutuk*
92 Bujukan Noh*
93 Xii*
94 Menyegel Xii*
95 Hutan Kabut Putih*
96 Jebakan Ark*
97 Permintaan Rak*
98 Kenta Mengambil Alih*
99 Mundur*
100 Tak Ada Habisnya*
101 Kami Menemukannya*
102 Tahanan di Kerajaan Sendiri*
103 Penyihir Cilik*
104 Menata Ulang*
105 Kedamaian yang Dirindukan
106 Kiarra Season 2
107 Dia Merepotkan (Kenta)*
108 Menerobos Masuk*
109 Pertemuan Saudara*
110 Dingin
111 Mengintai*
112 Ide-ide Liar
113 Mengikis Tur Perlahan
114 Pembalasan Raja Tur*
115 Sosok Berpakaian Emas*
116 Keputusan Sulit*
117 Taktik Baru*
118 Jawaban Raja Tur*
119 Meninggalkan Rumah*
120 Dia Memberikan Petuah
121 Tipuan Raja Tur*
122 Kesombongan
123 Penyesalan*
124 Kemunculan Roh Kiarra*
125 Serangan Balon Udara*
126 Serangan Jenderal Gor*
127 Satu Lawan Satu*
128 Bantuan Terselubung*
129 Para Pemimpin Pasukan Tur*
130 Makhluk-makhluk Iblis Negeri Kaa*
131 Para Monster yang Disegel*
132 Koloni Baru*
133 Keputusan Para Nym*
134 Tak Terduga*
135 Kelemahan Monster Iblis Wii*
136 Tekanan Besar
137 Mereka Mendatangi Vom*
138 Tawaran Rhi dan Gor*
139 Mengalah untuk Menang*
140 Evakuasi Masal
141 Jatuhnya Tiga Kerajaan di Negeri Kaa
142 Belum Semuanya*
143 Ancaman Kapten Tom*
144 Nasib Yak
145 Kembali Bertempur*
146 Api Sihir Boh*
147 Kekuatan Bayi Biru Kiarra*
148 Menaklukkan Wii
149 Giliran Ark*
150 Kekuatan Doa*
151 Siapa Ayahnya?*
152 Senjata Rahasia Raja Tur*
153 Monster Roo*
154 Gempuran 4 Kerajaan*
155 Rahasia Kekuatan Raja Tur*
156 Bantuan Ratu Nym*
157 Dia Penyihir Terkutuk*
158 Menata Ulang*
159 Gantikan Aku (Dra)*
160 Kapten Mun VS Kapten Mos*
161 Hasil Akhir*
162 Perang Terakhir*
163 Pengikut Naga*
164 Ruangan Rahasia
165 Monster Iblis Bii*
166 Berita Duka*
167 Ingatan Dra
168 Tiga Huruf*
169 Para Pemimpin Kerajaan Negeri Kaa*
170 Pengakuan Kiarra
171 Perubahan Besar
172 Kembali Seperti Semula
173 Wajah-wajah Baru
174 Bagai Seorang Dewi
175 Penentuan Para Petinggi Kerajaan
176 Jasad-jasad yang Dibangkitkan*
177 Berkumpulnya Keluarga Kiarra
178 Keluarga Besar Kiarra*
179 Penghuni Baru Negeri Kaa*
180 Kompetisi*
181 Menikahi Empat Dayang*
182 Kembali Pulang
183 Menghidupkan Kembali Pohon Jembatan*
184 Kembalinya Para Penjaga Pohon Jembatan*
185 Para Inovator Negeri Kaa*
186 Unjuk Kebolehan*
187 Memboyong Ilmu Bumi ke Negeri Kaa*
188 Presentasi Terakhir*
189 Penentuan Pemenang*
190 Hadiah Kompetisi*
191 TAMAT
Episodes

Updated 191 Episodes

1
Negeri Kaa*
2
Dra*
3
Bulan Merah*
4
Malam Perjodohan*
5
Kematian Kiarra*
6
Maafkan Kami, Kiarra*
7
Harem*
8
Amarah Dra*
9
Para Dayang Sang Jenderal*
10
Dunia Kiarra*
11
Kekhawatiran Dra*
12
Misi Yang Dipertanyakan*
13
Dewi Kematian*
14
Aku (Kiarra) yang Menentukan Nasibmu (Kia)*
15
Taktik Kiarra*
16
Sihir Dra*
17
Kebenaran Misi
18
Menentang Titah Raja
19
Pemberontakan Kiarra*
20
Buronan Vom*
21
Buah Naga
22
Jasper?*
23
Ram? Jasper?*
24
Dia Bukan Jasper*
25
Pulau Ilusi*
26
Dia Tahu Tentangku*
27
Menerobos Wilayah Zen*
28
Pohon Jembatan*
29
Demi Dra*
30
Makhluk-makhluk Negeri Kaa*
31
Kolam Penyembuh
32
Wilayah Yak*
33
Penjaga Pohon Jembatan*
34
Pohon Naga*
35
Sang Naga*
36
Menuntaskan Sumpah*
37
Misi 7 Hari*
38
Dukungan Keluarga*
39
Membidik Michelle*
40
Tawaran Kiarra
41
Keputusan Aiko*
42
Siapa Pria Itu?
43
Mengumpulkan Bukti
44
Mengejar Waktu*
45
Ke mana Mereka?
46
Jasper!
47
Selamat Tinggal
48
Kau Tuanku*
49
Sang Jenderal*
50
Naga Kecil*
51
Memburu Ram
52
Hukuman Sang Ratu
53
Raja Zalim
54
GIVE AWAY THR
55
Penghisap Kekuatan
56
Pengumuman Pemenang GA
57
Musuh atau Bantuan?
58
Kekuatan Negeri Kaa
59
Jawaban 10 Keunikan Novel Kiarra
60
Monster Hoo*
61
Kekuatan Bintang Biru*
62
Kristal Biru*
63
Kerajaan Yak*
64
Bola-bola Es*
65
Memilih Tubuh Pengganti
66
Rak*
67
Perubahan di Kerajaan Yak*
68
Kemarahan Monster Hoo*
69
Koloni Baru*
70
Ingatan yang Hilang*
71
Kelicikan Ark
72
Kekuatan Tersembunyi*
73
Lawan yang Sulit
74
Blue VS Red*
75
Tumbal*
76
Sungai Agung*
77
Kutukan Kerajaan Tur*
78
Manusia Setengah Binatang*
79
Menuju Tur*
80
Laut Merah*
81
Wilayah Tur*
82
Para Pemberontak Tur*
83
Menunda?*
84
Ditugaskan Kembali*
85
Kapal-kapal Perang*
86
Kapten Mun*
87
Tawanan*
88
Temuan yang Mencurigakan*
89
Pyu*
90
Kotak Kaca Ungu*
91
Makhluk Terkutuk*
92
Bujukan Noh*
93
Xii*
94
Menyegel Xii*
95
Hutan Kabut Putih*
96
Jebakan Ark*
97
Permintaan Rak*
98
Kenta Mengambil Alih*
99
Mundur*
100
Tak Ada Habisnya*
101
Kami Menemukannya*
102
Tahanan di Kerajaan Sendiri*
103
Penyihir Cilik*
104
Menata Ulang*
105
Kedamaian yang Dirindukan
106
Kiarra Season 2
107
Dia Merepotkan (Kenta)*
108
Menerobos Masuk*
109
Pertemuan Saudara*
110
Dingin
111
Mengintai*
112
Ide-ide Liar
113
Mengikis Tur Perlahan
114
Pembalasan Raja Tur*
115
Sosok Berpakaian Emas*
116
Keputusan Sulit*
117
Taktik Baru*
118
Jawaban Raja Tur*
119
Meninggalkan Rumah*
120
Dia Memberikan Petuah
121
Tipuan Raja Tur*
122
Kesombongan
123
Penyesalan*
124
Kemunculan Roh Kiarra*
125
Serangan Balon Udara*
126
Serangan Jenderal Gor*
127
Satu Lawan Satu*
128
Bantuan Terselubung*
129
Para Pemimpin Pasukan Tur*
130
Makhluk-makhluk Iblis Negeri Kaa*
131
Para Monster yang Disegel*
132
Koloni Baru*
133
Keputusan Para Nym*
134
Tak Terduga*
135
Kelemahan Monster Iblis Wii*
136
Tekanan Besar
137
Mereka Mendatangi Vom*
138
Tawaran Rhi dan Gor*
139
Mengalah untuk Menang*
140
Evakuasi Masal
141
Jatuhnya Tiga Kerajaan di Negeri Kaa
142
Belum Semuanya*
143
Ancaman Kapten Tom*
144
Nasib Yak
145
Kembali Bertempur*
146
Api Sihir Boh*
147
Kekuatan Bayi Biru Kiarra*
148
Menaklukkan Wii
149
Giliran Ark*
150
Kekuatan Doa*
151
Siapa Ayahnya?*
152
Senjata Rahasia Raja Tur*
153
Monster Roo*
154
Gempuran 4 Kerajaan*
155
Rahasia Kekuatan Raja Tur*
156
Bantuan Ratu Nym*
157
Dia Penyihir Terkutuk*
158
Menata Ulang*
159
Gantikan Aku (Dra)*
160
Kapten Mun VS Kapten Mos*
161
Hasil Akhir*
162
Perang Terakhir*
163
Pengikut Naga*
164
Ruangan Rahasia
165
Monster Iblis Bii*
166
Berita Duka*
167
Ingatan Dra
168
Tiga Huruf*
169
Para Pemimpin Kerajaan Negeri Kaa*
170
Pengakuan Kiarra
171
Perubahan Besar
172
Kembali Seperti Semula
173
Wajah-wajah Baru
174
Bagai Seorang Dewi
175
Penentuan Para Petinggi Kerajaan
176
Jasad-jasad yang Dibangkitkan*
177
Berkumpulnya Keluarga Kiarra
178
Keluarga Besar Kiarra*
179
Penghuni Baru Negeri Kaa*
180
Kompetisi*
181
Menikahi Empat Dayang*
182
Kembali Pulang
183
Menghidupkan Kembali Pohon Jembatan*
184
Kembalinya Para Penjaga Pohon Jembatan*
185
Para Inovator Negeri Kaa*
186
Unjuk Kebolehan*
187
Memboyong Ilmu Bumi ke Negeri Kaa*
188
Presentasi Terakhir*
189
Penentuan Pemenang*
190
Hadiah Kompetisi*
191
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!