Mereka bicara bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
"Woah ... wahhh!" seru Kiarra sampai tubuhnya berputar karena baru pertama kali melihat fenomena alam yang ajaib ini. "Dra! Lihat i— eh?" kejutnya saat mendapati Dra masih tertidur lelap dengan punggung Ooo sebagai sandarannya.
Kiarra heran dengan makhluk aneh bernama Ooo karena ikut tertidur bahkan mendengkur. Kiarra tak bisa berbuat banyak karena tak tahu di mana dirinya berada saat ini. Melihat sekitarnya sepi, wanita itu memilih untuk tetap berdekatan dengan Dra karena merasa, wanita aneh itu bisa melindunginya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" tanya Kiarra seraya melihat dua tangannya yang penuh luka, tetapi tak terasa sakit.
Ia juga bisa merasakan tubuhnya padat dan ototnya keras seperti petarung. Kiarra yang terjaga karena kantuk tak menerjangnya, mencoba mengingat kejadian silam sebelum berada di Negeri Kaa.
Di Bumi, tempat Kiarra tinggal sebelumnya.
Mereka berbicara dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta, Indonesia.
DRETT! DRETT!
"Hah, hah. Halo?" jawab seorang wanita yang tengah berlari mengitari kawasan Stadion Gelora Bung Karno.
"Maaf, Nona Ara. Hanya saja, tamu Anda memaksa. Mereka sudah menunggu di ruangan."
"What! Siapa yang berani masuk ke ruangan tanpa izin dariku?" tanya wanita bernama Kiarra memekik sampai menghentikan laju larinya.
"Ibu Anda, berikut saudara dan saudari. Maaf, saya tidak berani melarang. Sebaiknya Anda segera kembali," jawab seorang perempuan yang tak lain adalah sekretaris wanita cantik berambut hitam panjang itu.
"Hah, pemaksa!" gerutunya yang langsung mematikan sambungan telepon.
Wanita cantik dengan rambut kuncir kuda itu bergegas meninggalkan kawasan olah raga yang sedang ramai dikunjungi saat akhir pekan. Sayangnya, Kiarra harus segera kembali ke kantor di mana ia memang berencana untuk berkunjung karena harus mempersiapkan meeting esok Senin dengan kolega baru yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaannya. Hanya saja, jadwal yang sudah diatur rapi olehnya kini menjadi berantakan karena kedatangan keluarga.
"Apa mau mereka? Jangan bilang jika alasannya sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dasar kuno," gerutu Kiarra sembari melaju mobil sedannya meninggalkan kawasan Gelora Bung Karno menuju SCBD.
Usai wabah yang menimpa Bumi beberapa tahun silam, banyak peraturan baru diterapkan. Jumlah manusia yang awalnya terancam punah kini melonjak dan mulai stabil karena bantuan para ilmuwan jenius dalam menyuburkan rahim serta menaikkan frekuensi angka kelahiran di seluruh dunia. Dunia yang ditinggali wanita bernama Kiarra kini sudah berada di tahun 2085. Tak semua kota dan negara pulih, tetapi Jakarta, cukup berkembang dengan baik setelah dikelola oleh orang-orang yang dipercaya untuk mengembalikan perekonomian.
"Nona," sapa seorang wanita muda dengan rambut sebahu menunjukkan wajah tegang.
"Mereka tak akan lama di sini. Tak usah memanjakan tamu," ujar Kiarra seraya berjalan dengan langkah lebar menyusuri koridor sepi menuju ruangannya.
"Sepertinya tamu Anda tahu jika tak disambut dengan baik. Mereka sudah memanjakan diri sendiri," jawab wanita itu yang membuat langkah Kiarra terhenti seketika.
"Kiarra!" panggil seseorang dari balik pintu yang terbuka sedikit, tetapi tak menunjukkan siapa orang di dalamnya.
Kiarra mengembuskan napas panjang dan memejamkan mata sejenak. Ia lalu kembali melangkah dan masuk ke dalam ruangan dengan wajah malas.
"Baguslah. Kalian bukan tamu yang merepotkan," ucapnya kesal seraya menutup pintu ruangan.
"Kami tahu jika kau tak akan menyambut dengan baik. Oleh karena itu, kami sudah mempersiapkan diri," jawab seorang pria dengan pakaian serba hitam tampak maskulin sedang duduk di sebuah sofa seraya menikmati camilan biskuit almond.
Kiarra melirik malas ke arah lain di mana matanya mendapati sosok lain yang dikenal sedang duduk di sofa menikmati jus buah dalam kemasan.
"Langsung saja, apa mau kalian?" tanyanya garang dan masih berdiri di depan pintu.
"Jangan pura-pura bodoh. Kami tahu kau sama bosannya dengan kita semua. Oleh karena itu, akhiri semua sebelum hal buruk menimpamu," ucap seorang wanita yang suaranya terdengar dari balik kursi kerja Kiarra dengan posisi memunggungi.
Kiarra tersenyum kecut. "Kau mengancamku, Mom?"
"Ya."
Kiarra memijat pangkal hidungnya dengan mata terpejam lalu kembali berdiri tegap. "Harus kukatakan berapa kali agar kalian paham? Aku, tidak, mau."
"Harus. Jika tidak, kau akan kehilangan segalanya di tempat ini. Nyonya Naomi sudah menyetujuinya. Kau akan jadi gelandangan jika nekat bertahan di negara ini. Tahu 'kan apa yang terjadi pada gelandangan? Peraturan Era Evolusi, semua gelandangan akan bermukim di negara yang belum tersentuh untuk dimajukan. Berhasil, akan diberikan jabatan tertinggi dalam pemerintahan negara tersebut. Gagal, akan dipekerjakan sebagai sipil sampai dinyatakan mampu untuk naik ke level berikutnya," tegas seorang wanita dengan rambut digelung mulai menunjukkan sosoknya.
Kiarra terdiam saat mendapati ibunya memutar kursi kerja dan kini duduk dengan angkuh menatap tajam.
"Sudahlah, Kak. Aku bosan dengan semua penolakan ini. Lama-lama, spesies lelaki akan habis di muka Bumi," keluh seorang wanita muda yang tak lain adalah adik perempuan Kiarra.
"Ini hidupku dan tak ada satu pun yang bisa mengaturku!" tegasnya menunjuk lantai.
"Dan kau anakku! Sudah tugasku menikahkan putrinya kepada seorang pria bermatabat untuk meneruskan keturunan keluarga!" jawab Ibu Kiarra garang melotot tajam.
"Aku tidak mau!" jawab Kiarra lantang yang membuat pria dan gadis muda di ruangan itu memejamkan mata sejenak karena kaget.
"Hem, baiklah. Kau yang meminta," jawab sang ibu yang dengan sigap mengeluarkan ponsel lalu menghubungi seseorang. Mata Kiarra menyipit saat melihat ponsel itu diletakkan di atas meja lalu diperdengarkan suaranya.
"Halo?"
"Maaf, Naomi-sama. Kiarra menolak. Dia tahu konsekuensinya. Jadi, silakan ambil yang seharusnya menjadi milik Anda. Putriku tak pantas mendapatkannya," ujar Rui—sang ibu.
"Aku mengerti, baiklah," jawab Naomi pelan.
Praktis, ucapan Naomi membuat mata Kiarra melebar.
"Tunggu! Aku mau, aku mau!" jawabnya panik yang membuat semua orang langsung menoleh ke arahnya.
"Wah, dia tak mau kehilangan ketenaran dan posisi CEO di perusahaan ini," ledek Chiko Kazuo—saudara lelaki Kiarra.
"Tentu saja aku tidak mau! Susah payah aku sampai di posisi ini. Dipercaya Nyonya Naomi untuk mengurus perusahaan dari 0 hingga populer sampai ke Jepang! Aku bahkan menjabat CEO sekaligus supermodel. Hidupku sempurna, aku sempurna, dan hanya karena pernikahan bodoh aku harus merelakan kesuksesanku? Lebih baik aku mati saja," umpatnya.
"Hei, jaga bicaramu. Ucapanmu mengerikan jika sedang marah," ujar Rein Mikha—adik perempuan Kiarra.
"Jadi, kau ingin tetap bertahan dengan posisimu?" tanya wanita yang diyakini adalah Naomi, sang pemilik perusahaan.
"Ya. Saya tak ingin kehilangannya, Naomi-sama," jawabnya dengan wajah tertunduk.
"Baiklah. Ibumu akan memberikan detailnya. Aku ucapkan selamat karena akhirnya kau akan menikah. Sampai bertemu di Jepang," ucap Naomi lalu memutus panggilan.
Kiarra terlihat tertekan. Wajahnya masam saat sang ibu menampilkan data dari calon suami pada LCD di ruangan tersebut. Kiarra melirik lalu terkekeh geli seperti mengetahui sesuatu.
"Kau mengenalnya?" tanya Rui.
"Tentu saja. Siapa yang tak mengenal playboy tengik bernama Jasper? Kalian memintaku menikah dengannya? Heh, lebih baik aku mati saja," ucapnya sinis.
"Kau sudah mengatakan mati dua kali, Kiarra. Hati-hati. Jaga bicaramu," ucap Mikha terlihat cemas.
Kiarra masa bodoh dengan hal itu. Ia melenggang menuju kamar mandi yang berada di ruangannya.
"Vera!" panggilnya lantang saat membuka pintu kamar mandi.
CEKLEK!
"Ya, Nona?"
"Persiapkan semua. Aku akan mendatangi malam perjodohan. Pastikan aku tampil menawan dihadapan keluarga, khususnya keluarga Jasper keparatt itu," titahnya memunggungi sang sekretaris.
"Saya mengerti. Saya juga akan melakukan penjadwalan ulang dengan kolega baru karena urusan mendesak Anda," jawab Vera yang masih berdiri di celah pintu, tapi setelahnya wanita muda itu pergi usai mendapatkan tugas dari tuannya.
Kiarra masuk ke kamar mandi dan tak lama, terdengar suara guyuran air. Rui, Chiko dan Rein menghela napas panjang. Mereka tahu jika Kiarra belum siap menikah karena fokus dengan karirnya sebagai supermodel dan CEO di perusahaan kosmetik yang sedang dijalaninya. Namun, undang-undang baru dalam Era Evolusi mengharuskan bagi semua wanita yang menginjak umur 30 tahun untuk segera menikah. Jika menolak, sanksi tegas diberlakukan tanpa terkecuali meski anak Presiden sekalipun. Ingin rasanya Kiarra kabur dari perjodohan itu di mana ia sudah tahu watak dari sang calon suami.
"Awas saja kau, Jasper. Jika benar aku akan menikah denganmu, kupastikan hidupmu bagai di neraka. Lihat saja. Ini sumpahku," ujar Kiarra di bawah guyuran shower yang membasahi tubuhnya.
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
Uhuy makasih dukungannya💋Jangan lupa untuk selalu kasih like di tiap epsnya ya biar lele terus semangat!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
🏕️👑🐒 𖣤᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣
huahahahahaha it's begins
semangat terus aju aku padamu wis
2023-05-15
0
Yuyun Yuliani
I... see.... lanjut thor..... berarti ini cerota anak leturunan dwxter and istri2 tora sang y le..... wis lanjut dah
2023-04-01
0
Wati_esha
Hmmm cerita di Era Evolusi Bumi? Adakah ini berkait dengan King D?
2023-03-31
0