Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Selama perjalanan menuju ke wilayah yang dicurigai oleh Raja, banyak pertanyaan yang diajukan Kiarra kepada Dra. Siapa sangka, pembicaraan itu didengar oleh para kesatria yang ikut dalam penugasan kali ini sejumlah 55 orang.
"Kau tak bisa berbohong padaku, Dra. Kau tahu aku sangat peka terhadap suatu hal. Aku bisa melihat sebuah rahasia yang tersimpan dari raut wajahmu. Katakan, atau aku tak bisa menjanjikan akan melindungimu di luar sana saat musuh mengincarmu," tegas Kiarra di mana ia berada di barisan paling belakang dengan Dra mendampinginya.
Semua orang terdiam dengan pandangan lurus ke depan, tetapi telinga mereka siap menguping. Dra mengembuskan napas kasar.
"Kerajaan kita memiliki seorang mata-mata yang ditugaskan untuk mengintai kerajaan lain. Orang itu memberikan kabar tentang anak-anak yang hilang dari pedesaan di wilayah Kerajaan Vom. Diduga, mereka dibawa ke perkampungan untuk dijadikan tumbal agar penyihir di kerajaan tersebut bisa membangkitkan makhluk-makhluk iblis sebagai pasukan," tegas Dra.
Kiarra diam sejenak mencoba memikirkan hal itu dengan logikanya. "Kenapa harus anak-anak?"
"Aku tak tahu," jawab Dra jujur.
"Kau tak tahu!" pekik Kiarra yang membuat semua kepala menoleh padanya. "Kau penyihir dan mereka juga memiliki penyihir. Kenapa kau tak bisa mengetahuinya? Apakah ilmu yang kalian pelajari berbeda? Apakah ada tipe penyihir seperti cerita dongeng tentang penyihir baik dan jahat? Atau penyihir putih dan penyihir hitam? Sehingga kalian bertentangan?" cerocos Kiarra menggebu. Dra terdiam terlihat bingung. "Jelaskan padaku, kenapa diam saja?" tanya Kia melebarkan mata menatap Dra tajam.
Dra melirik ke arah para kesatria. Lelaki-lelaki perkasa itu memalingkan wajah dengan segera. Kiarra melihat pergerakan itu dan kembali duduk dengan tegap seraya menatap keindahan pemandangan di sekitarnya. Namun, karena banyak hal yang ingin diketahui Kiarra sebab Kia menutup rapat kenangannya. Hal tersebut membuat Kiarra sedikit kesulitan untuk mengetahui kehidupan di Negeri Kaa.
"Bagaimana jika kita percepat perjalanan? Kuda-kuda ini pasti akan tertidur saat bulan merah muncul. Akan sangat merepotkan jika kita menunggu hingga bulan ungu muncul," saran Kiarra yang mengejutkan para kesatria di sana termasuk Dra.
"Ma-maaf, Jenderal Kia. Sebelumnya kami memang pernah menyarankan hal itu, tapi menurut Anda dengan berjalan biasa akan menghemat tenaga. Oleh karena itu, di lokasi yang sekiranya bulan merah akan muncul, kami sudah menyiapkan kendaraan lain sehingga kita tak perlu berisitrahat lama dan membuang waktu untuk segera tiba di lokasi," ujar Panglima Goo seraya mendekat dan meninggalkan posisi terdepan.
Kiarra diam sejenak. Ia kini semakin yakin jika cara berpikirnya dengan sang Jenderal memang bertolak belakang. Namun, hal itu malah membuatnya semakin bersemangat untuk menentang.
"Bagaimana dengan pohon jembatan?" tanya Kiarra melirik Dra.
"Pohon-pohon yang berada di dekat wilayah perbatasan sudah ditebang untuk menghindari teleportasi," jawab Dra menjelaskan. Kiarra diam sejenak.
"Jika kuda kita berlari, berapa lama untuk tiba di wilayah yang ditugaskan Raja?" tanya Kiarra menatap Goo tajam.
"Seharusnya kita bisa tiba tepat sebelum bulan merah muncul," jawab Goo mantap.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Cepat bergerak! Heyaa!" seru Kiarra mantap dan bergegas memacu kuda bermata ungu untuk berlari.
Panglima Goo dan lainnya tertegun, tetapi kemudian dengan sigap mengikuti kuda sang Jenderal yang sudah berlari lebih dulu. Goo mendampingi Kiarra di barisan terdepan karena Dra mengatakan jika Jenderal harus terus ditemani jangan dibiarkan sendiri mengingat jilatan Ooo memberikan banyak perubahan padanya. Goo yang juga merasa demikian segera mendampingi sang Jenderal dan melindunginya.
Mata Kiarra memindai sekitar, mencoba mengingat wilayah-wilayah yang dilewati mereka di mana tempat itu memang sangat jauh berbeda dari dunianya. Tak ada kehidupan modern, kendaraan bermesin, gedung-gedung menjulang tinggi, atau perabotan otomatis. Kiarra merasa terjebak di zaman kuno di mana sistem kekaisaran masih berlaku. Hanya saja ada banyak hal berbeda dan ia akan mencari tahu agar bisa segera beradaptasi.
Namun, Kiarra masih menolak mengakui dirinya telah mati. Ia yakin ada suatu cara untuk membuatnya kembali ke Bumi. Kiarra melirik Dra tajam. Ia menyimpulkan jika penyihir berbaju hijau itu tahu bagaimana membawa ia kembali ke raganya di Bumi.
Kiarra memikirkan banyak rencana selama perjalanan menuju ke Desa Gul, tempat misinya akan dijalankan. Rombongan itu melewati beberapa wilayah pedesaan yang masuk dalam kekuasaan Kerajaan Vom. Hanya saja, Kiarra merasa jika orang-orang itu takut padanya yang terlihat dari tatapan mereka. Kiarra menduga hal itu disebabkan jika kekejamannya yang menakuti orang-orang itu. Mereka membungkuk padanya bukan karena disegani atau dihormati, melainkan takut jika dibunuh olehnya.
"Jenderal! Anda lihat bukit itu?" seru Panglima Goo di atas punggung kudanya.
Kiarra mengangguk mantap dengan sorot mata tertuju pada kepulan asap tipis dekat bukit di mana tampak beberapa rumah di sana. "Biar kutebak, Desa Gul," ujarnya dan Panglima Goo mengangguk mantap membenarkan.
Pandangan Kiarra terangkat saat melihat langit mulai berubah dan sebentar lagi bulan merah akan muncul. Kiarra bisa merasakan kuda-kudanya mulai bergerak melambat. Ia menoleh ke belakang dan melihat para kesatrianya tampak panik. Kiarra melihat ada hutan dekat pemukiman itu.
"Kita ke sana!" serunya yang kemudian mengubah alur.
"Laksanakan!" jawab semua orang yang akhirnya menunda untuk pergi ke Desa Gul karena kuda-kuda mereka tak bisa bergerak saat bulan berganti.
Keunikan Negeri Kaa inilah yang membuat Kiarra merasa ada nilai positif dan negatif. Positif karena pergantian bulan membuatnya memiliki waktu untuk melakukan dan memikirkan hal lain. Namun, sisi negatif adalah terkendalanya urusan yang harus segera diselesaikan. Kuda-kuda tertidur begitu bulan merah muncul. Para kesatria menyiapkan makanan saat mereka beristirahat. Sedang Kiarra, ia memanjat pohon dan mengamati kondisi desa itu dari atas.
"Apa yang dilakukan Jenderal di atas sana? Aku baru tahu jika Jenderal bisa memanjat pohon," tanya seorang kesatria seraya mendongak.
"Entahlah. Jenderal Kia menunjukkan hal-hal tak lazim sekembalinya dari pertempuran. Sebenarnya, apa yang terjadi, Dra Yang Agung?" tanya Panglima Goo yang membuat Dra tertegun seketika.
"Kalian tahu jika Ooo adalah makhluk suci dan sakral. Tak pernah ada yang dijilat olehnya sejak bintang biru tak pernah muncul lagi. Aku juga merasa takjub saat melihat Kia dijilat olehnya. Selama ini, kita hanya tahu tentang jilatan Ooo hanya ada dalam dongeng. Namun, melihat yang terjadi pada Kia, aku rasa jika Ooo memberinya berkah," jawab Dra dari pengetahuannya mengenai makhluk itu.
"Ya, aku juga percaya hal itu. Seperti saat Jenderal mengamuk dan mengeluarkan api biru. Itu sangat luar biasa. Tak pernah kulihat hal semacam itu sebelumnya seumur hidupku," ucap salah satu kesatria dengan jenggot hitam sampai ke leher.
"Ya, itu benar. Terlebih yang sangat mencolok ketika ia menyukai pria tak lagi wanita. Itu benar-benar membuatku terkejut setengah mati," sahut kesatria lain dengan rambut hitam gondrong keriting sebahu.
Orang-orang tampak antusias membicarakan Jenderal mereka yang berubah drastis setelah pulang dari perang. Dra tampak gelisah, tetapi berusaha untuk menutupi dengan alasan Ooo. Dra mendongak ke atas dan melihat kakaknya masih berada di sana entah apa yang dilakukan. Hingga akhirnya, Kiarra mulai turun. Semua orang dengan sigap membungkam mulut masing-masing dan fokus pada makanan untuk disantap.
"Apa yang kau dapatkan?" tanya Dra saat Kiarra menepuk dua tangannya, membersihkan serpihan yang menempel.
"Jika ada CD, hal ini pasti akan lebih mudah," jawabnya terlihat kesal.
"C-D, apa itu?" tanya Dra berkerut kening.
"Critical Drone. Benda itu sangat ampuh untuk memata-matai sekitar wilayah dari atas langit untuk melihat pergerakan musuh. Jadi kita tahu, di mana letak kelemahan lawan sebelum menyerang," jawabnya, tetapi membuat semua orang melongo karena tak paham. Kiarra menyadari hal itu karena kehidupan mereka yang berbeda. Hingga ia mendapati sesuatu pada batang pohon. Seekor hewan seperti kumbang yang bisa terbang saat ia akan menangkapnya. "Dra! Aku tahu!" serunya lantang yang membuat penyihir itu tersentak karena kaget.
Bulan merah membuat langit seperti terbakar dalam lautan api, tetapi tidak panas. Cahaya bintang ikut berpijar yang memberikan kesan kilauan dalam merah membara. Dra terlihat serius saat dua tangannya yang menengadah kini terdapat hewan seperti kumbang, tetapi memiliki banyak mata kecil berwarna hijau. Para kesatria menangkap hewan-hewan itu di dalam hutan lalu mengumpulkannya. Kiarra berjongkok di samping Dra yang duduk bersimpuh dengan mata terpejam seperti akan melakukan sesuatu.
"Yee, hola gee mema, mema, gee ...," ucap Dra mulai melafalkan mantranya.
Seketika, hewan-hewan yang berkumpul di sekitarnya itu mengepakkan sayap dari dalam tempurung kecil. Sayap-sayap kecil itu terbuka. Kumbang-kumbang merah bermata hijau itu terbang saat Dra membuka mata dan memancarkan warna ungu terang. Kiarra menyipitkan mata saat hewan-hewan kecil itu terbang meninggalkan kawasan hutan menuju ke desa seperti yang diperintahkan. Semua orang terdiam dan menunggu Dra memberikan laporan dari hasil pengamatannya di mana matanya terhubung dengan mata-mata para kumbang itu.
"Ide Anda sangat—
"Stt ... tahan kekagumanmu saat hal ini berhasil, Jenderal Goo," potong Kiarra cepat dengan mata terfokus pada mata Dra yang menyala terang.
Goo mengangguk dan ikut berjongkok dengan satu kaki menumpu tubuhnya, seperti para kesatria lainnya.
"Aku melihatnya!" seru Dra yang membuat semua orang kini menatapnya tajam.
"Katakan apa yang kaulihat, Dra," pinta Kiarra.
"Para penduduk desa itu. Mereka ... seperti penduduk biasa," jawabnya tenang dengan bola mata bergerak-gerak seperti sedang melihat sekitar.
"Di mana mereka menyekap anak-anak?" tanya Goo antusias.
Kiarra berkerut kening dan membiarkan Goo bertanya.
"Banyak anak-anak di desa, tapi sepertinya ... mereka bukan anak-anak kerajaan Vom. Kita memiliki ciri khas dengan gambar kupu-kupu di tubuh," jawab Dra.
"Gambar kupu-kupu? Tato?" gumam Kiarra karena baru mengetahui hal tersebut. Para lelaki melirik padanya, tetapi kemudian kembali fokus pada Dra.
"Di mana mereka menyimpan persenjataan?" tanya Goo lagi yang tampak tak puas dengan informasi dari Dra.
"Tak ada senjata untuk berperang. Baju zirah pun tak ada. Tempat itu benar-benar hanya sebuah desa dengan para penduduk sipil bukan prajurit," jawabnya yakin.
"Tidak mungkin! Selama ini mata-mata kita tak pernah salah dalam memberikan informasi. Pasti ada suatu tempat yang tak bisa dilihat hanya dengan kemampuan sihirmu, Dra. Kita harus ke sana dan mencarinya!" seru Goo bangkit.
"Yeah! Kita harus selamatkan anak-anak kerajaan kita dari kebiadaban para pendosa itu! Mereka pasti sedang menyamar untuk menipu kita!" sahut kesatria lain yang sudah menarik pedangnya dari sarung, siap untuk mencetak rekor kematian baru.
Kiarra panik dan segera berdiri. Dra yang terkejut karena banyaknya suara teriakan di sekitar membuat sihirnya lenyap dan matanya kembali seperti semula. Kiarra yang mendengar rencana Goo segera berpikir keras. Ia tak ingin pembantaian terjadi lagi seperti ingatannya akan kekejaman Kia. Kiarra memejamkan mata rapat lalu menatap Dra kembali yang bersiap untuk berdiri.
"Hei!" panggil Kiarra berbisik seraya menyentuh pundak Dra kuat dan membuat wanita itu kembali duduk.
"Apa?" tanya Dra menatap Kiarra lekat.
"Apa kau memiliki sihir untuk menidurkan orang-orang? Jika ya, segera lakukan, tapi jangan padaku. Namun, pada mereka," ujar Kiarra melirik ke arah sekumpulan kesatria yang sedang berkemas dan siap untuk menyerang.
"Kenapa?" tanya Dra bingung.
"Cepat lakukan dan akan kujelaskan nanti. Cepat!" bentaknya dengan suara tertahan.
Kening Dra berkerut, tetapi mengangguk kemudian.
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
Flu berat uyy dan trims yg udh ngucapin selamat ultah ke lele tgl 17 Maret kemarin. yg blm ngucapin boleh lho nyusul😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Faris Maulana
aq bca trus. tpi lupa koment.. hadeuh..
2023-04-07
0
Wati_esha
Ksatria dan Goo semangat menghancurkan, seakan tak peduli pada hasil pemindaian mata Dra.
2023-04-03
0
Wati_esha
Mata - mata itu setiakah pada kerajaan Vorm?
2023-04-03
0