Mereka bicara dalam bahasa Negeri Kaa. Terjemahan.
Mata semua orang di aula kini tertuju pada penyihir agung mereka karena sang Jenderal melibatkannya.
"Hentikan!" teriak Dra panik. Kiarra menyeringai.
"Aku bukan Kia! Aku adalah Kiarra! Aku seorang CEO dan supermodel di planet yang bernama Bumi! Kia, Jenderal kesayangan kalian yang memiliki kelainan itu telah tewas! Rohku dipanggil oleh Dra untuk menggantikannya! Jadi ... jangan harap kalian semua bisa mengaturku! Kalian hanya orang lain di hidupku!" teriak Kiarra marah.
Praktis, mata semua orang melebar saat mengetahui kebenaran itu.
"Dra! Katakan sejujurnya!" pinta sang Ratu sampai berdiri dari kursi.
Dra terlihat tertekan hingga keningnya berkerut. Ia akhirnya mengangguk meski terlihat takut. "Namun, aku bersumpah setia pada Vom!" ujar Dra yang mengejutkan Kiarra.
Semua orang tertegun usai mengetahui jika jenderal mereka yang berdiri di hadapan bukanlah Kia yang dulu. Saat Kiarra akan pergi dari ruangan yang terasa menjemukkan itu, dua penjaga segera menutup pintu rapat. Langkah kaki Kiarra terhenti seketika.
"Dia adalah iblis! Tangkap Jenderal dan bunuh!" seru Raja bertitah.
Sontak, hal itu membuat Kiarra panik seketika. Para prajurit dan pejabat di ruangan itu mengarahkan pedangnya ke tubuh Kia. Panglima Goo terlihat ragu saat menghunuskan ujung pedangnya kepada sang Jenderal. Wanita cantik itu tak bisa berkutik karena telah terkepung. Kiarra melirik ke arah Dra dan menatapnya tajam. Dra memejamkan mata dan berpaling, mencoba melupakan kesalahannya.
"Jangan biarkan Dra kabur! Tangkap dia! Aku tak bisa percaya lagi pada wanita penyihir itu!" ujar sang Raja yang membuat mata Dra terbelalak lebar.
Kiarra yang merasa jika nyawa Dra terancam karena bagaimanapun dia adiknya, tak tega meninggalkannya. Kiarra yakin jika hukuman berat menanti sang penyihir agung.
"Ingat janjimu padaku, Dra! Penebusan dosa!" seru Kiarra lantang dengan pedang siap dalam genggaman.
Dra mengepalkan kedua tangannya kuat. Napasnya memburu hingga bahunya bergerak naik turun seperti menahan amarah. "Arghhh!" teriaknya lantang.
Seketika, mata ungu Dra menyala terang saat ia membukanya. Semua orang panik ketika kedua tangan penyihir kebanggan Kerajaan Vom kini mengeluarkan asap berwarna ungu. Mereka tahu jika Dra beralih pihak. Senyum Kiarra terpancar dan tak ingin usahanya sia-sia.
BRAKK!
"Jenderal! Kami akan melindungimu! Pergilah!" teriak Pop dengan pedang dalam genggaman.
Mata Kia melebar dan senyumnya terbit saat melihat dayang-dayangnya datang untuk menolong. Pintu yang tadinya tertutup itu terbuka lebar usai kelima pria itu berhasil melumpuhkan penjaga dan prajurit pengawas koridor menuju aula.
"Siapkan kuda! Kita pergi dari sini!" titah Kiarra.
"Baik!" jawab Fuu mantap dan bergegas pergi.
Kiarra mendatangi Dra seraya menyabetkan pedang kepada siapa pun yang menghalangi jalannya. Tentu saja sang Jenderal mendapatkan perlawanan dari orang-orang yang memihak raja. Namun, keempat dayang melindungi tuannya. Raja dan para petinggi kerajaan panik. Mereka diamankan karena khawatir akan menjadi incaran kekejaman Kia yang sedang mengamuk.
"Dra! Jika kau ingin marah, sekaranglah waktunya!" seru Kia yang berusaha menyingkirkan orang-orang di sekitar Dra di mana mereka berusaha untuk menggagalkan mantranya.
"Reguna gee tolama!" seru Dra dengan tangan terangkat ke atas.
Seketika, api ungu membakar tirai-tirai penutup jendela ruangan besar tersebut. Orang-orang dibuat panik dan berteriak histeris menyelamatkan diri. Api dengan cepat melahap tempat itu di mana mata Dra masih menyala ungu terang. Para dayang sang Jenderal yang diam-diam belajar bertarung saat ditinggal berperang tuannya, kini berjuang untuk melindungi sang majikan.
KRAASS!!
"Jenderal!" panggil Ben dengan napas tersengal saat berhasil menjatuhkan salah seorang prajurit yang ingin menusuknya ketika melindungi Dra.
Sebuah tebasan berhasil memotong salah satu lengan prajurit itu hingga membuatnya menggelepar kesakitan karena kehilangan anggota tubuh.
"Kita pergi dari sini!" ajak Kiarra, dan diangguki keempat dayang itu.
Kiarra tak peduli jika Dra masih menggunakan sihirnya di tempat itu. Ia membopong Dra dan berlari keluar ruangan dengan tergesa. Panglima Goo yang melihat hal tersebut tampak bingung dan membiarkan Kiarra pergi bersama kawanannya. Mereka berlari sepanjang koridor seraya menebas, menusuk dan menabrak para penjaga yang menghalangi jalan.
Kiarra tampak bangga kepada empat dayangnya karena tak takut dan cukup bagus dalam menggunakan senjata tajam. Hingga akhirnya, mereka tiba di halaman belakang istana. Seekor kuda bermata merah, berkulit hitam, berambut dan berekor merah menyala seperti api yang tergerai sampai ke tanah sudah dipersiapkan oleh Fuu di pintu menuju keluar istana. Kiarra segera menaiki dengan Dra membonceng di belakang.
"Aku akan mengantarkan Anda sampai ke pintu terluar Kerajaan Vom. Ayo!" ajak Fuu dan diangguki oleh Kiarra.
"Pergilah, Jenderal! Kami akan menahan mereka!" seru Ron mantap yang berdiri di koridor, siap melawan para pasukan Vom.
Kiarra menatap keempat dayang yang rela mati untuknya. Hatinya begitu sedih karena harus meninggalkan orang-orang yang setia padanya.
"Ikutlah denganku! Masih ada waktu. Ayo!" ajak Kiarra.
"Kau lupa? Aku pernah bersumpah padamu. Mati pun aku rela untukmu, Jenderal. Pergilah! Semoga kita bisa bertemu lagi," ucap Pop yang membuat hati Kiarra semakin pilu dan berat untuk pergi.
"Itu Jenderal! Tangkap dia!" seru salah seorang prajurit yang membuat mata Kiarra dan kawanannya terbelalak seketika.
"Fuu! Bawa Jenderal pergi! Pastikan dia tak tertangkap!" seru Ben terlihat siap dengan pedang dalam genggaman.
"Jenderal, ayo!" ajak Fuu yang sudah siap di atas kuda.
"Heyaaa!" teriak Kiarra yang akhirnya harus rela pergi meninggalkan dayang-dayangnya untuk menyelamatkan diri.
"Demi Jenderal!" teriak Eur penuh keberanian dan maju dengan gagah melawan para prajurit kerajaan menggunakan pedang dalam genggaman.
Terdengar suara raungan membela diri dari para dayangnya ketika berhadapan dengan prajurit-prajurit Vom. Kiarra tak bisa membayangkan mereka tewas dengan mengenaskan karena menolongnya. Air mata Kiarra menetes dengan penyesalan teramat dalam karena tak bisa membantu. Namun, ia juga tak memiliki kekuatan besar untuk melawan ratusan pasukan Vom jika nekat kembali.
Kiarra memacu kudanya kencang mengikuti Fuu yang membawanya pergi meninggalkan istana melalui jalan rahasia. Sebuah lorong panjang yang hanya digunakan bagi para pekerja kebersihan untuk menyingkirkan bangkai-bangkai dan sampah dari istana. Kiarra terus melaju seraya memegangi tangan kiri Dra karena penyihir itu seperti masih terperangkap dalam sihirnya sebab diam saja.
"Dra! Dra! Sadarlah!" teriak Kiarra menoleh berulang kali karena mata Dra masih menyala ungu terang dan wanita itu mematung.
Fuu tiba-tiba menghentikan laju kudanya. Kiarra bingung dan ikut menghentikan lari kudanya. Ia menatap dayangnya saksama.
"Jenderal! Ikuti terus lorong ini sampai menemukan sungai! Susuri tepian dan kau akan tiba di perbatasan dengan danau besar di sana. Hati-hati, biasanya ada penjaga kerajaan Ark di wilayah itu. Namun, jika kau bisa bersembunyi dari mereka, prajurit Vom tak akan bisa menangkapmu!" ujar Fuu yang sesekali menoleh ke arah ujung lorong.
"Kau harus ikut denganku, Fuu. Ini perintah!" tegas Kiarra karena tak ingin kehilangan dayangnya lagi.
"Aku harus memastikan kekasihmu yang lain selamat, Jenderal. Aku akan bawa mereka pergi dari sini begitu ada kesempatan. Jika tidak, kuharap masih bisa bertemu denganmu di nirwana," ujar Fuu dengan wajah sendu, tetapi membuat air mata Kiarra menetes tanpa isak tangis. "Aku mencintaimu, Jenderal. Pergilah. Aku akan selalu mendoakan keselamatanmu!"
"Fuu!" panggil Kiarra karena lelaki itu kembali ke tempat mereka datang tadi. "Argh! Sial!" gerutu Kiarra yang akhirnya pergi karena tak ada gunanya kembali.
Kiarra memacu kudanya kencang seperti yang dikatakan oleh Fuu. Wanita cantik itu menguatkan hatinya agar tak kembali. Kiarra terus mengikuti lorong hingga bertemu sungai seperti yang dikatakan oleh Fuu. Kiarra melanjutkan perjalanannya hingga ia bisa merasakan jika berada di daerah musuh karena terdapat bendera merah ciri khas kerajaan Ark.
Kiarra yang kini tak bertuan, memilih untuk menyusuri perbatasan dan tak masuk ke wilayah Ark. Ia tak ingin dirinya dan Dra terkena masalah mengingat dulunya mereka penduduk Vom. Kiarra bahkan tak tahu kenapa kerajaan-kerajaan di Negeri Kaa saling bermusuhan. Kenangan Kia tak menunjukkan atau memberikan jawaban padanya atas pertanyaan itu.
Bulan merah menemani perjalanan Kiarra dengan Dra masih membonceng di belakang. Kiarra berusaha menyadarkan Dra, tetapi wanita itu seperti terperangkap akan sesuatu sehingga ia mematung dan matanya tetap menyala ungu terang. Kiarra khawatir terjadi hal buruk pada Dra. Saat Kiarra berniat untuk mengecek kondisi Dra di wilayah sepi tak berpenduduk dekat danau, tiba-tiba ....
SHOOT! JLEB!!
"Argh!"
BRUKK!
"Dra!" panggil Kiarra lantang karena Dra tertancap panah dan mengenai bahunya.
Dra jatuh dari kuda dengan keras dan membuat kesadarannya kembali. Kiarra merasa ada yang mengincarnya di wilayah merah itu, tetapi musuh tak terlihat. Kiarra yang takut jika Dra tewas nekat kembali untuk menjemputnya. Hingga tiba-tiba ....
"Haaaa!"
"Agh!" jerit Kiarra saat segerombolan orang muncul dari balik ilalang dengan pakaian kamuflase seperti tumbuhan tersebut.
Kiarra jatuh dari kuda karena sebuah jaring ditembakkan dan memperangkapnya. Kiarra panik saat ia menggelepar di tanah dan tak bisa lolos.
"Dia mengenakan baju emas! Ambil semua hartanya!" titah seorang lelaki yang sosoknya tak bisa dilihat karena tingginya ilalang.
"Agh! Agg! Lepaskan aku!" teriak Kiarra marah saat dua tangan dan kakinya dipegangi kuat ketika jaring itu dilepaskan.
Kiarra akhirnya melihat siapa lawan-lawannya. Tampang dan gaya berpakaian mereka layaknya bandit karena menggunakan penutup wajah dari kain yang dilubangi pada bagian mata dan mulut. Orang-orang itu menarik paksa baju zirah Kiarra seperti ingin diambil. Kiarra berusaha melawan, tetapi ia kalah jumlah dan tubuhnya dipegangi kuat. Hingga Kiarra menyadari Dra bergerak di antara semak-semak seraya merintih kesakitan.
"Agh! Dasar pencuri rendahan!" teriak Kiarra marah dan kali ini mengerahkan kekuatannya di kaki.
DUAKK!
"Agh!" rintih seorang pria saat Kiarra berhasil menendang wajahnya ketika dia berjongkok dan berhasil melepaskan sepatu lapis emas.
Kiarra menggunakan satu kakinya yang sudah terbebas untuk meluncurkan tendangan ke samping dan berhasil mengenai punggung seorang perompak yang ingin melepaskan sepatu di kaki kirinya. Tubuh Kia yang lentur membuat Kiarra dengan mudah melakukan akrobatik. Ia memanfaatkan genggaman kuat musuh di dua tangannya dengan menarik tubuh bagian bawah sehingga bisa berjongkok.
DUAKK!! BUKK!!
"Agh!" rintih dua orang itu saat kaki Kiarra kembali meluncur dan menendang secara bergantian dua orang yang memegangi dua tangannya.
Tubuh Kiarra kini terbebas. Ia yang tahu jika para penjahat itu menginginkan baju emasnya, merelakan pakaian zirahnya untuk diambil. Baju itu ia tanggalkan dan hanya membawa pedang serta belatinya saja. Kiarra berlari kencang saat orang-orang itu mengumpulkan bagian-bagian dari baju zirah di atas tanah karena Kiarra melemparkan secara asal.
"Dra!" panggil Kiarra panik yang bergegas membangunkan sang penyihir.
"Errggg," erang Dra dengan anak panah menancap di bahu belakang.
Kiarra melihat anak panah itu menembus bahunya. Darah mengucur deras dari luka tusukan, tetapi Kiarra tak berani mencabut atau mematahkan panah itu. Ia melihat kesempatan untuk kabur. Beruntung, kuda bermata merahnya masih berada di sekitar. Kiarra memapah Dra dan mengajaknya berlari mendatangi kuda.
"Bertahanlah. Aku akan membawamu pergi dari sini!" ujar Kiarra yang dengan sigap menaikkan Dra di pelana kuda.
"Dia kabur!" seru seorang perompak saat menyadari jika buruannya lepas.
"Tangkap dia!" titah perampok yang lain.
Kiarra panik dan segera naik ke pelana dengan Dra duduk di bagian depan.
"Heahhh!" teriak Kiarra yang mengubah laju lari kudanya meski ia nekat memasuki wilayah Kerajaan Ark demi menyelamatkan diri.
***
ILUSTRASI. SOURCE : GOOGLE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Faris Maulana
trus lari hingga kau menemukan jln mu sendiri kia.. semangat
2023-04-08
0
Wati_esha
Pasukan Ark tak nampak berjaga. Apakah memang tak ada penjagaan?
2023-04-03
0
Wati_esha
Pelarian Kiarra dan Dra.
2023-04-03
0