Sadar

"Hati-hati, mereka membawa senjata." ucap Gibran mengingatkan.

"Aku tahu." jawab Raka terus waspada melihat lima orang berkeliling akan melawan mereka.

Tak mungkin terelakkan perkelahian itu, kelima orang tersebut sepertinya memang sudah siap dengan kemunculan Raka dan Gibran, mereka mengeluarkan kemampuan masing-masing, bahkan membentuk sebuah gerakan seperti formasi, kompak dan bergilir, kelima orang tersebut menyerang Raka dan Gibran hingga kedua orang tersebut tersudut.

"Kita bisa kalah." Raka berkata dengan Gibran ketika mereka mundur mengatur perlawanan.

"Bagaimana Mas?" tanya Gibran di sela nafasnya yang kembang-kempis kewalahan.

"Tidak punya pilihan, mereka banyak dan pasti mengejar kalau kita kabur." jawab Raka memang benar adanya.

Mau tak mau keduanya kembali menyerang dan berusaha mengalahkan kelima orang tersebut, semakin lama kekuatan mereka semakin berkurang, sedangkan kelima orang tersebut masih terlihat lincah dan semakin larut semakin kuat. Bahkan memukul mereka seperti sia-sia.

"Mereka kebal Mas." ucap Gibran.

"Bukan, mereka memiliki ilmu langka, orang-orang menyebutnya ilmu belut." jawab Raka kemudian kembali menyerang.

Gibran masih terkejut dengan ilmu yang di katakan Raka, dan kembali membantu Raka menyerang mereka. Namun memang tak sebanding kelima orang tersebut menyerang bersamaan dan memukul keduanya hingga terjengkang.

"Uhugh.." Raka terbatuk memegangi dadanya, begitu pula Gibran tapi tidak begitu parah.

Dan tak terduga mereka kembali menyerang bersamaan.

Raka mengeluarkan ilmu andalannya dengan tenaga dalam yang tersisa ia memukul mereka semua. Namun naas Raka hanya bisa memukul empat orang, satu orang lolos dan malah menyerang Gibran hingga terjatuh untuk kedua kalinya.

Hanya satu orang yang tidak terluka, yaitu pencuri yang memukul Gibran. Ia lolos pergi meninggalkan teman-temannya yang kemungkinan tidak selamat.

*

*

*

"Raka, aku sudah mengambil persembahan yang kau siapkan. Meskipun sudah cukup, aku masih menginginkan anak dari musuhmu itu."

Suara Nyai Roro Ayu menggema di telinga Raka, raganya sedang tak berdaya, tapi raganya berdiri tegak berhadapan dengan iblis sekutunya.

"Akan aku pikirkan." jawab Raka tersenyum.

"Jika kau berhasil membawanya untukku, aku akan memberikan apapun yang kau mau." ucap Nyai Roro Ayu tersebut.

Raka hanya mengangguk, hingga kemudian wanita cantik itu menghilang.

"Itu mereka!"

Teriakan salah seorang warga, dan warga yang lain mengikutinya.

"Astaghfirullah." seorang tokoh masyarakat segera menolong Gibran dan Raka yang pingsan, juga empat orang yang sudah sekarat, mulutnya mengeluarkan darah, tak hanya itu hidung dan telinganya akibat serangan dahsyat Raka

"Bawa mereka." laki-laki paruh baya tersebut.

"Kemana Pak?" tanya pemuda yang sudah siap menggendong Iyan berdua dengan temannya.

"Ke rumah Gibran saja, bawa mereka semua. Dan ke empat orang ini kita tidurkan di luar rumah agar semua orang bisa melihat wajah mereka." perintah laki-laki itu lagi.

Perasaan gelisah Bunga terbukti ketika pintu di ketuk dan terdengar banyak orang di luar. ia membuka pintu dengan terburu-buru.

"Mas..!" pekiknya melihat tubuh Gibran tak berdaya di bawa dua orang pemuda.

Kemudian dibaringkan di ruangan tersebut bersama Raka pula.

"Apa yang terjadi?" tanya Bunga mengusap pipi Gibran berharap suaminya segera sadar.

"Mereka berkelahi dengan pencuri Mbak Bunga." jawab salah seorang pemuda.

"Mas Dudung tolong Mas Raka." Bunga mengulurkan salah satu handuk kompres dan air hangat kepada Dudung.

"Iya Mbak." Dudung mulai mengompres dan juga memijat kaki dan tangan Raka.

"Ini sudah hampir subuh, sebaiknya istri Mas Raka di jemput saja." ucap Bunga pada akhirnya, kebingungan kedua orang tersebut belum sadar juga.

"Gimana Pak?" tanya istri Yanto yang juga ada di sana, sangat khawatir.

"Apa di bawa saja ke puskesmas Pak?" tanya Bunga semakin bingung.

Pak Yanto mengangguk, ia meminta Dudung menyiapkan mobil Gibran.

Tak berapa lama kemudian, mereka sudah tiba di puskesmas kecamatan tersebut. Hampir bersamaan dengan tibanya istri Raka, Dewi datang bersama seorang tetangga Gibran.

Di ruangan yang sama keduanya di baringkan, puskesmas kecamatan memang memiliki dua bilik dalam satu kamar, selain karena ruangan yang terbatas juga memudahkan dokter merawat keduanya.

"Mas Raka kenapa?" tanya Dewi terlihat khawatir, dengan perut yang besar ia segera menghampiri Raka yang belum sadar juga.

"Mereka pingsan Mbak." sahut Bunga, ia menggenggam tangan Gibran tak melepaskan walau sejenak saja.

Dewi tak menyahut, matanya menangkap wajah cantik Bunga dengan gemuruh di dada, tak suka, dan iri ada di dalam hatinya.

Dokter muda masih sibuk memeriksa Gibran lalu Raka bergantian. "Tidak ada luka serius, semoga sebentar lagi mereka sadar." Dokter meninggalkan ruangan tersebut.

"Bangun Mas." Dewi memeluk Raka dan menangis. Tentu mengundang perhatian orang termasuk Bunga.

Meskipun sudah memiliki pasangan masing-masing tapi rasanya tetap serba salah. Masa lalu yang sudah terlalu dekat itu membuat Bunga tak nyaman.

"Hem." terdengar suara dari Gibran yang sudah mulai sadar.

"Mas." Bunga semakin menggenggam tangan Gibran dan memeluknya.

"Bunga." panggilnya samar melihat tapi mendengar dan merasakan ada Bunga di sampingnya.

"Alhamdulillah." Bunga mengambil air mineral dan memberikan minum kepada Gibran.

"Mas Raka." ucapnya khawatir, tapi tak lama kemudian Raka bergerak dan sadar.

"Syukurlah." ucap Bunga berusaha tak melihat Raka dan Dewi, ia hanya fokus kepada Gibran saja.

"Pencurinya gimana?" tanya Raka masih teringat kejadian yang membuat mereka berada di puskesmas.

"Enggak tahu Mas." jawab Gibran.

"Empat orang itu sepertinya meninggal Mas." jawab Bunga kepada Gibran.

"Meninggal?"

Gibran begitu terkejut mendengarnya, sekaligus tak menyangka akan kekuatan Raka yang melewati batas. Harusnya ilmu seperti itu tidak di gunakan sembarangan, atau lebih tepatnya tidak di miliki orang sembarangan.

"Itu lebih baik." sahut Raka menghembus nafasnya setelah menerima air putih dari Dewi.

Sesekali, Dewi melirik Bunga yang terlihat sangat memperhatikan Gibran. Begitu pula Raka melirik tangan lentik Bunga yang begitu telaten mengelap keringat Gibran . Itu sangat membuat iri.

"Tapi ada yang terjadi selain itu Mas, seorang anak perempuan teman Tiara hilang."

"Hilang?" Gibran sungguh terkejut.

"Iya Mas, sekarang warga sedang mencari.

"Apa yang terjadi dengan kampung ini?" Gibran menahan sesak di dadanya.

Raka menatap lurus langit-langit kamar Puskesmas tersebut, membiarkan Dewi memeluk dan mengusap dadanya. Tapi pikiran Raka melanglang buana.

Tentu saja dia tak peduli dengan hilangnya anak orang, dia tahu pelakunya siapa, dan pasti saat ini anak perempuan itu sudah mati.

Beruntung pemuda yang di minta Raka menculik anak perempuan itu sudah hafal dan meletakkannya di dalam mobil Raka, dia tersenyum.

Menoleh Bunga, ia teringat kamar sederhana di rumah Bunga menjadi saksi bisu ketika malam panjang itu sering terlewati berdua. Bagaimana senyum manis itu menghias ketika kelegaan setelah perbuatan dosa itu usai dengan bermandi keringat.

Raka sangat hafal semuanya, letak tahi lalat sekecil apapun ia masih mengingatnya.

"Mas Raka." Panggil Dewi. Ia merasa khawatir dengan mata tertutup dan terlihat menahan sesuatu.

"Iya Sayang." sahutnya terdengar janggal.

Tentu membuat Dewi menganga tak percaya dengan sebutan sayang dari Raka.

"Ah, sebaiknya kita pulang saja." Raka tampak serba salah, beranjak dari tempat tidurnya.

"Iya Mas." jawab Dewi hanya menurut.

Tanpa sengaja tangan Raka menyenggol jaket yang di letakkan di atas ranjang dan terjatuh.

Bunga mengambilnya dan memberikan kepada Dewi dengan niat ingin membantu.

Tapi kemudian Dewi menarik jaket tersebut dengan kasar. Bahkan melirik dengan tatapan tak suka.

Terpopuler

Comments

MasWan

MasWan

cemburu buta, yg akan membuat amarah dan dendam yg tak berkesudahan

2023-03-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!