Ilmu Yang lebih kuat

Perjalanan yang memakan waktu lumayan lama, satu setengah jam Raka melewati perkebunan dan hutan yang luas, hingga menjelang sore hari ia baru tiba di sebuah rumah kayu yang sudah tertutup belukar. Tujuh tahun berlalu membuat rumah itu tak terurus namun masih berdiri dan bisa dimasuki.

Raka melangkah menuju pintu rumah yang masih tertutup tersebut, Raka menyelipkan tangannya dari atas untuk menarik tali yang bisa melepaskan kuncinya dari dalam.

Pintunya terbuka.

Ruangannya gelap, jendelanya masih tertutup rapat, pengap dan kotor.

Raka meraih ponsel dan menghidupkan senter.

Brakkk!

"Astaga!" Raka melompat terkejut dengan sebuah kotak jatuh dari atas langit-langit rumah tua tersebut.

Laki-laki itu mengusap-usap dadanya, menarik nafas lalu menghembuskan pelan.

"Ini apa ya?" tanya Raka memperhatikan kotak dari kayu yang jatuh dan terbelah.

Wuzzhh...

Suara angin berhembus tapi tak berwujud, Raka menyadari jika ada sesuatu di rumah itu.

Ya, makhluk halus peliharaan gurunya bisa saja masih ada. Tapi sore seperti ini Raka enggan bermeditasi terlebih lagi lantai rumah kayu itu terlalu kotor.

Raka mengabaikan kotak yang sudah berselimut debu tersebut, ia beralih kepada lemari pakaian aki tua yang dulu adalah tempat menyimpan barang berharga miliknya.

Pakaian Aki masih terlipat di sana, namun debu dan sarang kecoa juga cicak ada dimana-mana. Membuat jijik Raka enggan membongkar tapi menarik lembaran itu hingga berceceran.

"Dimana kitab Aki?" ucapnya terus mencari, tapi kemudian melihat sebuah buku tua.

"Ini ilmu yang diajarkan Aki padaku. Dan belum sempurna karena setengahnya tidak di berikan oleh Aki dengan alasan berbahaya." Raka tampak berpikir jika gurunya tersebut pasti menyimpannya di satu tempat, bola mata berwarna hitam dengan lingkaran putih di dalamnya itu melihat seluruh sudut rumah itu.

Sreekk.

Suara seseorang menyeret sesuatu di lantai yang kotor itu. Raka menoleh cepat, tak munafik ia juga takut dengan suasana remang menjelang Maghrib itu.

Matanya menyipit dengan keberadaan kotak yang jatuh di depan pintu. Tiba-tiba saja sudah sudah berada di belakangnya.

Raka menoleh kesana-kemari walaupun yang ia dapati hanya ruang kosong. Raka meraih kotak tersebut.

Ragu namun tangannya tetap membuka kotak yang tengkurap itu, dan isinya adalah sebuah buku.

Ia melihat buku yang ada di tangannya lalu melihat buku yang baru saja ia temukan.

"Ini dia!" Raka tersenyum senang melihat kitab kekuatan gurunya yang dia sembunyikan selama ini. "Lumayan untuk menyempurnakan ilmu ku."

Di luar hari semakin gelap, mau tak mau Raka duduk bermeditasi mencoba berkomunikasi dengan makhluk peliharaan gurunya.

Dengan sisa-sisa ingatan tentang ilmu yang ia pelajari ketika itu, ia merapalkan mantera dan tak lama kemudian berhasil.

"Arrghhh." suara menyeramkan itu menggelegar memenuhi ruangan gelap tanpa cahaya.

Raka tak juga membuka mata hingga suara itu semakin riuh terdengar lebih dari satu.

"Bukalah matamu." ucap seseorang yang juga tak kalah menyeramkan terdengar, namun lebih bisa di mengerti.

Raka membuka mata. "Akhirnya aku bisa bertemu lagi dengan mu." ucap Raka kepada makhluk ghaib yang sempat membantunya bertarung dengan Gibran kala itu.

"Kami tidak pernah pergi dari sini, kami semua yakin jika suatu saat akan ada yang datang." ucapnya lagi menggema.

Raka tersenyum tipis. Tentu saja dia akan datang setelah semuanya membaik, sulit untuk melupakan kebersamaannya dengan sang Gurunya, dan dendamnya kepada Gibran.

"Aku ingin mempelajari Kitab Aki ini, bisakah kau memberiku ingatan tentang bagaimana cara mempelajarinya?" pinta Raka pada makhluk yang tampak bersantai di atas ranjang yang usang.

"Aku bisa. Tapi setahuku gurumu tidak mempelajari semuanya. Karena ilmu penutup itu sangat dahsyat dan bisa menyebabkan kematian mendadak dalam satu pukulan, atau jika tidak bisa mengendalikan diri, maka ilmu tersebut bisa membuat pemiliknya sekarat, kau harus mengelola tenaga dalam dengan sempurna." jelas Makhluk tersebut kemudian mendekati Raka. Dia adalah jin tempat guru Raka bertanya tentang masa depan.

Raka benar-benar menyimak, ia ingin menguasai ilmu tersebut tapi masih ragu, karena sudah tentu jika soal emosi dan pengendalian diri dia paling lemah.

"Hanya orang tertentu saja yang bisa mempelajarinya." ucap makhluk itu saat ini sudah menyerupai manusia.

"Aku pasti bisa." ucapnya tidak akan menyerah.

Dia harus bisa, harus bisa mengendalikan emosi juga tenaga dalam.

Mulai mempelajari lagi ilmunya yang sempat hilang, ia harus bisa mengeluarkan angin dan tenaga dalam dari telapak tangannya. Laki-laki itu bermalam tanpa takut atau khawatir karena banyaknya makhluk halus yang menemaninya.

Mereka belajar dan terkadang mengobrol.

"Aku rasa, kekuatanku akan berlipat-lipat dengan ilmu Aki dan ilmu baruku." Raka tersenyum senang.

"Ilmu mu belum sempurna." jawab makhluk halus tersebut.

"Ya, dan akan sempurna setelah ini. Dua ilmu ku berpadu dan akan membuat serangan dahsyat kepada lawan ku nanti." Raka tertawa terbahak-bahak, tak sia-sia ia datang ke rumah tua itu.

Menjelang subuh Raka baru kembali pulang ke rumahnya.

"Dewi." panggil Raka mengetuk pintu tapi tak ada jawaban.

Pria itu sedikit bingung dengan lampu rumah warga sekeliling semuanya menyala. Raka mengamati sekitar, seperti baru saja ada keramaian.

"Dewi!" panggil Raka khawatir, merogoh kantong celananya meraih kunci serep dan segera membuka pintu.

"Dewi!" panggil Raka melangkah cepat menuju kamarnya.

Pintu kamar itu terkunci, Raka menggedor dan memanggil-manggil lagi istrinya.

Lalu terdengar jawaban dari dalam. "Mas!" panggilnya belum juga membuka pintu, sepertinya Dewi ketakutan.

"Buka Wi, ini aku." ucap Raka meyakinkan Dewi.

Lalu terdengar pintu di buka dari dalam, tampak wanita yang sedang hamil itu menangis dengan wajahnya pucat pasi.

"Dewi! Ada apa?" tanya Raka khawatir.

"Tadi ada pencuri Mas. Dia mencuri di rumah sebelah dan hampir tertangkap sehingga ia berlari dan malah masuk ke rumah kita." jelas Dewi lagi.

"Terus?" Raka memegang bahu istrinya.

"Aku berteriak dan berlari masuk ke kamar ini Mas, beruntung dia tidak menyusul." jelas Dewi lagi dengan tubuh yang gemetar masih ketakutan.

"Tenanglah, mereka tidak akan mengganggumu." Raka memeluk tubuh berisi Dewi, menenangkannya.

Raka tersenyum penuh arti, ia sedang merencanakan sesuatu untuk membuat ia kembali di hormati seperti dulu ketika ayahnya masih ada, dan yang paling utama menarik perhatian Bunga.

Jika rumah tetangganya sudah di curi, maka tak banyak lagi rumah yang menjadi sasaran mereka yaitu rumah Bunga. Tentu mereka tak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang mereka cari.

"Giliran selanjutnya?" tanya Raka kepada makhluk yang kini setia mengekor tanpa terlihat siapapun.

"Rumah Yanto." jawab makhluk tersebut.

Membuat Raka tertawa senang mendengar nama ayah mertua Bunga yang akan menjadi giliran pencurian manusia bertopeng tersebut. Kesempatan bagus untuk mencari simpati mantan kekasihnya, Bunga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!