Kenapa kamu begitu membenciku?? Apa salahku?? Pertanyaan Luna menggema di dalam benak Dimas.
Dimas merenung selama perjalanan mereka kembali ke tanah air. Ia tak bisa memberikan jawaban pada Luna. Kenapa dia begitu membenci Luna?? Harusnya Dimas mengikhlaskan Surya mempersunting Luna, selain karena Luna adalah seorang gadis yang cantik, juga karena tak ada yang membuktikan kalau Luna adakah wanita nakal.
Dimas merasa kehilangan jati dirinya semenjak tahu kalau Luna akan menikahi sang ayah.
Luna berhasil membuat Dimas yang penurut memberontak.
Luna berhasil membuat Dimas yang ramah menjadi pemarah dan kasar.
Luna berhasil membuat Dimas yang berpikiran dingin menjadi gila dan serampangan.
Yap, Luna berhasil membuat kepribadian Dimas menyimpang jauh dari sifat aslinya.
Dan kini gadis itu bertanya, kenapa? Kenapa dia berubah menjadi orang pendendam, pemarah, dan dengki padanya?
Dimas bahkan baru bertemu Luna satu kali di minimarket. Tak ada alasan khusus bagi Dimas untuk menghakimi Luna dan mengecapnya sebagai wanita murahan. Benar, wanita murahan tak akan mungkin masih perawan. Harusnya Dimas tahu itu.
Dimas merasa menjadi manusia yang bodoh karena tak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang begitu mudah.
Dimas mencoba menelaah kembali, menata hatinya. Ia melihat Surya dan Luna mengobrol dengan santai sembari sesekali tersenyum. Denyutan demi denyutan membuat Dimas merasa sakit dan kesal, hanya saja Dimas belum menyadari, kalau rasa itu namanya cemburu.
.
.
.
Tiga hari kemudia.
Peranan Luna sebagai nyonya rumah di kediaman Prasetya pun di mulai. Dengan trampil dan cekatan Luna mengerjakan banyak hal. Rumah yang telah kehilangan sentuhan seorang wanita itu pun kini kembali hangat dengan kehadira Luna.
Tiap pagi, gadis manis itu memasak sarapan. Ia menyiapkan meja, menata piring, dan juga susu. Tiap hari, Luna menjamu kedua pria yang kini menjadi keluarganya dengan kebolehannya memasak. Luna memang ahli memasak, semenjak mamanya meninggal, Luna harus mengurus papanya. Ia mulai belajar memasak, dan mengurus rumah tangga menggantikan sang mama.
"Tolong aduk supnya, Bik." Luna meminta Jaenap mengaduk sup sementara ia menumis bumbu. Jaenap juga sangat akrab dengan Luna. Gadis manis dengan tutur kata yang lembut, amat sangat jauh berbeda dengan cerita Dimas.
"Baik, Non."
"Tinggal masukkin bumbu." Dengan hati-hati Luna menuang tumisan bawang ke dalam sup yang mendidih.
"Wah aromanya sedap sekali, Non."
"Kalau Bibi mau Bibi bisa ambil hlo." Luna tersenyum saat menawarkan masakan sederhannya.
Tak lama keluarga Prasetya sudah berkumpul di meja makan. Surya mengecup kening Luna begitu istrinya bergabung di meja makan.
"Hari ini sup ya?"
"Iya, benar, sup ayam sama perkedel dan tahu goreng. Maaf ya, Luna hanya bisa masak masakan sederhana." Luna menyendokkan sup ke dalam piring suaminya. Sebagai istri sudah menjadi tugasnya melayani Surya pertama kali sebelum anak tirinya.
"Non Luna hebat, Pak. Sudah cantik, pinter masak lagi. Memang istri idaman." Jaenap yang sedang mengantar sepiring tahu goreng memuji Luna.
"Bisa aja, Bik."
Lagi-lagi, Dimas yang ada di situ hanya bisa merasa kesal. Hatinya memberontak dan ingin lekas pergi saja dari sana. Namun aroma sup masakan Luna memang susah untuk ditolak. Dimas yang tiga hari selalu makan masakan dan bekal dari Luna tak kuasa menahan liurnya. Masakan Luna memang enak banget.
"Den Dimas dulu suka main sama Non Luna. Waktu masih kecil bibi yang jagain kalian kalau main ke lapangan sono. Pas kecil bibik kira Den Dimas bakalan jadi suaminya Enon, tapi ternyata malah enon Luna nikahnya sama bapak." Jaenap yang cerewet, mulut embernya bikin Surya hampir tersedak. Luna bahkan sampai terbengong-bengong mendengar penuturan Jaenap.
Alis Dimas mengeryit sampai hampir menyatu. Ternyata Jaenap mengenal Luna. Dan yang paling membuat Dimas heran, dulu Dimas dan Luna adalah teman dekat. Kok bisa Dimas nggak ingat sih??
"Sudah sana bersihin dapur!" usir Surya karena Jaenap terlalu ember. Wanita paruh baya itu pun bergegas membereskan dapur dengan wajah simringah. Sedang Luna hanya tertunduk dalam diam untuk menikmati sarapannya, semenjak kejadian di Maldive, Luna cenderung menghindar dari kontak mata dengan Dimas.
Dimas lah yang semakin penasaran. Memangnya apa hubungan mereka dulu sampai Jaenap bisa mengartikan hal lain?
*
*
*
Sepeninggalan Surya ke kantor. Dimas langsung membongkar lemari untuk mencari kumpulan album lama yang sengaja ia simpan di dalam lemari. Foto-foto Dimas saat masih kecil bersama dengan seorang gadis kecil berlesung pipi yang manis. Cinta pertamanya. Dimas lupa dengan namanya, tapi ia tak pernah lupa dengan lesung pipinya itu. Caranya tersenyum membuat Dimas sangat membumbung tinggi.
"****!! Kok bisa aku nggak sadar sih?! Pantas aja aku merasa sangat mengenal lesung pipinya." Dimas mengusap kening. Luna adalah cinta pertama Dimas. Gadis kecil yang tak bisa membuat Dimas jatuh hati pada gadis mana pun karena wajah Luna terlalu manis.
Dimas menutup albumnya dan terduduk lemas. Bagaimana sekarang?? Bagaimana ia mempertanggung jawabkan kelakuan laknatnya pada Luna? Pada cinta pertamanya?
...-- BERSAMBUNG --...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
pertamanya enak-enak eeeh sekarang nyesel dan bingung
2023-11-16
0