"Papa berangkat kapan? Dimas ikut!!" Dimas langsung membanting serbet makan. Kesal karena tak tahu rencana ayahnya mengajak sang istri liburan.
"Ikut?? Ikut kami honeymoon?" Surya sampai kebingungan. Ini anak kenapa jadi mirip anak kecil yang marah hanya karena ditinggal pergi kedua orang tuanya?? Dimas merenggek untuk ikut honey moon, padahal honey moonkan seharusnya menjadi perjalanan privat yang penuh kemesraan bagi mereka berdua. Bila Dimas ikut, tak akan ada waktu untuk bermesraan berdua.
"Benar!! Dimas mau ikut!!"
"Tapi kamukan sekolah!! Lagi pula, tiket dan juga ijin perjalanannya bagaimana?" Surya menghalangi putranya untuk mengikutinya berpetualan.
"Maldive tak perlu visa dan Dimas sudah libur semester," sahut Dimas. Tingkahnya sungguh mirip bocil yang merenggek minta dibeliin mainan.
"Dimas!! Kamu ini kayak anak kecil deh!!" Surya kesal karena Dimas mencari beragam alasan untuk bisa ikut.
"Pokoknya Dimas ikut!! Papa seneng-seneng masa Dimas jaga rumah!! Nggak mau!! Lagian sudah tiga tahun Dimas nggak keluar negeri karena jagain mama sakit!" Dimas menolak untuk mundur, ia bahkan memakai alasan almarhum mamanya untuk menggelitik nurani Surya.
"Tapi ... kamukan bisa pergi ke negara lain. Kenapa harus ikut papa honey moon?"
Dimas menendang kaki Luna di bawah meja. Dimas memberi kode pada Luna untuk membantunya. Luna tak punya pilihan, Dimas memegang kartu as kelemahannya. Luna pun menurut.
"Sudahlah, Mas. Ijinin saja Dimas ikut," sahut Luna.
"Tapi ..."
"Bukankah kita menginap di villa. Ada beberapa kamar kosong yang bisa di pakai Dimas. Dan Luna san Dimas juga bisa saling mengenal." Luna mencari alasan, permintaan Luna tentu saja tak mungkin diacuhkan oleh Surya, secara pria paruh baya ini sangat mencintai istri kecilnya.
"Hah ... baiklah." Surya mengangguk setelah menghela napas.
*
*
*
Maldives ... alangkah indahnya cottage cottage yang berjajar di atas permukaan laut yang tenang. Tiap cottage menyatu langsung dengan laut, penghuninya bisa berenang di lautan, snorkling, diving, sampai berseluncur dari cottage. Kepulauan tropis yang sangat indah.
Rombongan Surya baru saja tiba di Maladewa, ibu kota negeri ini. Begitu tiba, guide langsung mengantarkan Surya dan keluarganya ke cottage.
Udara hangat, angin lembab, dan aroma lautan langsung menyambut ketiganya begitu menginjakkan kaki di cottage mewah ini. Luna yang semula jetlag langsung bisa tersenyum lebar karena pemandangannya memang luar biasa indah.
"Wahh!!! Gila!! Lautnya biru banget!! Luas banget!!" Luna bersorak kegirangan, ia terus tersenyum sembari menahan topi lebarnya agar tidak terbang tertiup angin. Dimas --tak sengaja melihat senyuman manis Luna-- tertegun, jantungnya berdebar dengan hebat. Luna sungguh mirip dengan cinta pertama Dimas saat masih kecil.
"Kamu suka?" Surya mengelus pundak Luna. Keduanya menatap lautan luas dari bakoni kamar.
"Suka, Mas. Luna suka banget. Luna belum pernah ke luar negeri. Ternyata ada banyak tempat-tempat indah di dunia ini." Luna tak berhenti terkagum.
"Kalau kamu mau, kita pergi keliling dunia setelah ini." Surya terkikih. Kasih sayang yang ditunjukan Surya kepada Luna membuat wajah Dimas masam. Ia merasa kesal sekali, muak sekali, hati Dimas bagaikan tertusuk-tusuk dan ia yakin akan kehilangan mood bila terus berada di sana.
"Ck, dasar norak!" lirih Dimas sarkastik, ia meninggalkan mereka berdua ke dalam kamar.
Luna masih bisa mendengar suara Dimas, ternyata pria itu masih sangat membencinya. Raut wajah Luna yang semula terlihat gembira kembali berubah lesu.
"Kenapa?" Surya tahu perubahan gelagat Luna.
"Enggak kok, Mas." Luna memaksakan diri untuk kembali tersenyum.
.
.
.
Bulan madu, harusnya menjadi liburan penuh kemesraan bagi pasangan pengantin baru. Namun tidak bagi Surya dan Luna karena kemana pun mereka pergi, Dimas selalu mengekor di belakang.
Berkeliling pantai dengan sepeda, naik kapal yatch, berenang di laut, snorkling, dan menikmati sunset pun selalu ada Dimas di sana. Surya merasa kesal karena ia tak bisa berduaan dengan mesra sementara Dimas ia juga merasa kesal karena Surya dan Luna terlihat sangat dekat.
Luna tak ambil pusing, dengan adanya Dimas ia tak harus menghabiskan liburannya dengan bercinta sepanjang hari. Surya jadi jarang menyentuhnya. Terus terang saja, Luna tak pernah mendapatkan kli-maks saat bercinta dengan Surya karena memang tak ada cinta di dalam hatinya. Luna lebih pasif, ia terlentang pasrah dan membiarkan Surya menikmati tubuhnya tanpa banyak bicara sehingga ritual itu segera berakhir.
Luna terus membayangkan Dimas tiap kali mereka bercinta. Mudah karena wajah Dimas memang duplikat wajah Surya.
"Sampai kapan kamu terus mengekor kami, huh??" Surya memarahi Dimas, tak bisakah putranya ini paham kalau ayah dan ibu tirinya butuh privasi berdua? Dimas kan bukan lagi anak kecil yang harus diajari tentang ****!
"Terus Dimas ngapain? Ngelamun kayak orang bodoh sendirian?"
"Ya, ngapain kek, berenang di laut, naik kapal, cari makanan enak!! Salah sendiri kenapa ikut ke sini!! Kan Papa sudah bilang untuk cari tempat liburan lain!! Kamu itu kayak anak kecil saja!" gerutu Surya, ia terus marah-marah karena bulan madunya kacau. Kapan mesra-mesraannya kalau si bocah terus bersama dengan mereka? Bahkan Dimas tidak sungkan berada di kamar papanya, menonton tivi di sana.
"Sudah ... sudah ... jangan marah-marah terus sama Dimas, Mas." Luna mengelus punggung Surya, berusaha meredakan amarah suaminya.
"Pokoknya besok kamu nggak boleh ikut agenda kami!! Cari kesibukan lain!!" Surya menunjuk wajah Dimas memberi peringatan, Dimas hanya berdecih lalu masuk ke dalam kamarnya.
Luna juga tak habis pikir dengan kelakuan Dimas. Sebenarnya apa tujuan Dimas ikut mereka honeymoon? Setidak suka itukan Dimas pada Luna?
"Mas mandi dulu, kamu mau ikutan join nggak, Sayang?" tanya Surya, mungkin kamar mandi adalah satu-satunya tempat paling privasi yang mereka punya, yang tak diganggu oleh Dimas.
"Enggak, Mas. Luna sudah mandi." Jelas Luna menolak, ia enggan melayani Surya di kamar mandi.
"Oke." Bahu Surya luruh.
Sepeninggalan Surya, Luna pergi ke balkon. Ia melihat matahari yang sudah tenggelam di balik cakrawala. Langit mulai gelap, lampu remang menyala di sekitar cottage. Luna duduk dengan kaki tercelup di laut. Menikmati kesunyian sebagai pelipur hatinya, menikmati tarikan napas sesaat agar pikirannya kembali fresh.
Namun, kesunyian itu tak bertahan lama saat sebuah tangan kekar menyahut pinggangnya.
"Hmp!!" Dan membekap mulutnya sebelum Luna sempat terpekik. Siapa?
...-- BERSAMBUNG --...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
pasti itu dimas yang menginginkan luna lagi 😅😅😅
2023-11-16
0