Klik!! Pintu terbuka, Dimas masuk ke dalam kamar pengantin papanya.
“Dimas?” Karina kaget.
“Kenapa kamu bikin dia mabuk?” Dimas langsung mencerca Karina. Bukan begini rencana mereka, bagaimana cara Dimas merayu Luna kalau gadis itu pingsan karena buaian alkohol?
“So … sory, gue nggak nyangka kalau dia nggak kuat minum. Gue pikir nggak masalah kalau minum dua tiga gelas.” Karina mengusap keningnya, niat Karina memang hanya ingin membuat Luna akrab dengannya, bukan menyuruhnya mabuk. Tapi Luna sungguh mabuk digelas keempatnya. Gadis ini sungguh amat sangat lemah.
“Ah, ****!! Lalu rencana kita gimana??” Dimas memukil dinding kamar, merasa dongkol, padahal tinggal selangkah lagi ia bisa membuktikan pada sang ayah kalau pilihannya itu salah. Luna hanya wanita mu-rahan yang menginginkan harta, bukan karena tulus mencintai papanya.
“Sory, Dim. Gue serius nggak sengaja ngerusak rencana elo.” Karina terlihat ketakutan, sudah lama ia menyukai Dimas dan ia setuju membantu rencana Dimas karena ingin Dimas merasa berhutang budi dan hubungan mereka menjadi semakin dekat. Namun Karina justru tak sengaja mengacaukan rencana Dimas dan membuat Dimas kesal.
“Sh*t!! Sekarang gimana?? Dia malah mabuk berat gini!!” Dimas menjambak rambutnya sendiri frustasi.
Karina menatap wajah polos Luna yang tengah tertidur. Dalam hati kecilnya Karina yakin kalau Luna bukanlah wanita murahan. Luna hanya gadis polos yang tak sengaja masuk ke dalam keluarga Prasetya dan menimbulkan kesalah pahaman antara ayah dan anak.
“Dim, kayaknya Luna bukan cewek murahan deh. Mending elo berhenti buat ngefitnah dia di depan bokap lo.” Karina menasehati Dimas agar tidak termakan oleh api amarah.
“Lo cuma cari alasan karena udan bikin rencana gue rusak kan, Rin!!” Namun Dimas justru menunjuk nunjuk Karina, menyalahkan gadis itu. Dimas membuat Karina geram. Bukan Surya yang kehilangan akal sehat, melainkan Dimas!!
“Kok lo malah marah sama gue?! Malah nuduh gue sih, Dim? Gue bantuin elo karena gue percaya dan care sama lo!! Tapi giliran gue nasehatin elo malah elo marah ga jelas.” Karina berusaha untuk melawan dan menyadarkan Dimas.
“Berisik!! Jangan sok nasehatin gue, dan jangan playing fictim sama gue!!” Dimas menyahutnya ketus.
“S*alan lo, Dim!!” umpat Karina yang mulai ikutan kesal.
“Mending elo keluar sekarang!!” Dimas mengusir Karina.
Tanpa menunggu lagi Karina keluar dari kamar pengantin itu dan meninggalkan Dimas berdua dengan Luna yang sudah tidur.
“D*mn it!!” umpat Dimas kesal, ingin rasanya berbuat anarki untuk menyalurkan kekesalannya. Namun kamar ini adalah kamar pengantin sang ayah, mana mungkin Dimas merusaknya.
“Gimana caranya supaya papa benci sama gadis sialan ini?? Gimana supaya papa ceraiin dia?” Dimas menatap ke arah gadis cantik di atas ranjang.
“Gimana cara buktiinnya?!” Hatinya bergejolak dengan keinginan untuk menyingkirkan Luna. Dimas mondar mandir sembari menggaruk kepalanya kesal. Ia pun mencoba mencari cara lain untuk membuktikan pada ayahnya kalau Luna bukan gadis baik-baik.
“Ah, gue tahu! Gue bikin foto syur aja dan kirim ke papa.” Dimas menyeringai.
Dengan cepat Dimas naik ke atas ranjang hendak melucuti pakaian bagian atas milik Luna hingga tersisa korsetnya saja. Lalu ia akan berfoto di samping Luna tanpa memperlihatkan wajahnya. Ide yang cemerlang, Surya pasti akan marah besar dan menceraikan Luna. Papanya itu benci dengan yang namanya pengkhianatan.
Ide gila itu terlintas begitu saja dalam benak Dimas. Ia tak peduli lagi dengan rintihan pelan Luna saat tangan Dimas mulai melepaskan kaitan gaun Luna. Mudah bagi Dimas melorotkan gaun itu sampai ke bawah. Dimas membuang gaun itu sembarangan. Kini tubuh indah Luna hanya berbalutkan korset warna putih tulang dan celana da-lam bruklat senada. Korset itu membuat dada sintal Luna terlihat bulat dan penuh. Menonjol dengan indah seakan menantang Dimas untuk kembali menyentuhnya.
Wajah Dimas mulai berkeringat, bermain dalam benaknya bayangan lekukan tubuh Luna di fitting room yang ia lihat seminggu lalu. Susah untuk melupakan bentuk tubuh jam pasir seindah itu. Kini, Dimas memperoleh kesempatan untuk menyentuhnya lagi tanpa ada penghalang apa pun. Bahkan pemiliknya masih belum sadar kalau ada sepasang mata yang menatapnya dengan penuh na-fsu.
Ya, benar, Dimas lelaki normal, pikirannya akan melayang kemana-mana saat diperhadapkan dengan pesona milik wanita. Tanpa sadar Apel Adamnya bergerak naik turun karena kesusahan menelan ludah.
[ Kenapa harus muncul di saat yang tidak tepat sih?! ] Dimas mengerutuki dirinya sendiri di dalam hati. Bisa-bisanya nafsunya muncul, adik kecilnya On saat melihat Luna.
Gluk!!
Dimas mengelus gundukan kenyal milik Luna dan mencoba untuk mere-masnya. Luna melengguh pelan, gadis itu bergerak tanpa sadar. Dimas kaget saat kaki Luna tak sengaja menendang dan membuat Dimas terjerembab, rebah di atas tubuh Luna.
Hmp!! Wajah Dimas terbenam di antara dua gunung kembar Luna.
Deg Deg … suara jantung Dimas melaju dengan sangat cepat, bahkan sangking kerasnya Dimas merasa bisa mendengar detak jantungnya sendiri, sialan, bagaimana ini? Dimas tak bisa menahannya lagi.
...-- BERSAMBUNG --...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
itu nama durian runtuh dan senjata makan tuan dim 🤭🤭
2023-11-16
0