Terbawa Emosi

Beberapa saat yang lalu.

Surya menggandeng masuk Luna ke dalam bridal, gaun indah dengan model ball gown sudah terpajang di maneqin. Luna terpana saat menatap gaun itu. Dulu ia tak begitu tertarik untuk melihat dengan detail gaun pesanan Surya karena masih merasa berat untuk menjalani pernikahannya. Namun sekarang, Luna sungguh dibuat tercenung dengan detail gaunnya. Entah berapa banyak uang yang Surya keluarkan untuk memesan gaun ini.

Luna meraba gaun itu pelan, merasakan ribuan batu gemerlap yang tersebar dipermukaan gaun. Luna terharu, gaun itu cantik sekali.

"Ayo dicoba." Surya tersenyum, Luna mengagguk pelan. Melihat Surya, hati Luna kembali terenyuh. Bagi Luna pernikahan mereka hanyalah sebuah persyaratan agar Surya bersedia membantu Benny mendapatkan keringanan hukuman. Bukan karena rasa saling mencintai yang tumbuh di hati keduanya. Hati Luna saat ini masih berisikan tentang Dimas dan hanya Dimas.

"Silahkan, Nona." Pegawai bridal dan designer gaun membantu Luna untuk berganti pakaian. Pegawai bridal paling senior didaulat khusus untuk melayani Luna. Sekali lagi, dengan uangnya, sangat mudah bagi Surya untuk memanjakan Luna. Memberikan gaun terbaik dengan memesan gaun dari rumah mode paling hits di ibu kota.

"Bagian dada sudah saya perbesar, Nona tak perlu lagi takut dadanya menyembul keluar seperti fitting pertama." Designer gaun itu membantu Luna berbenah, dengan cekatan ia memasang tali temali di belakang gaun.

Luna melihat dadanya yang memenuhi cup gaun, memang gaun itu terlihat sangat cocok dengan bentuk tubuh jam pasir miliknya.

“Wah, cantik banget. Tubuh Nona langsing, sih. Kulitnya juga putih dan bercahaya. Memang ya, kalau mau nikah itu pasti terlihat bersinar.” Pujinya, Luna tersipu malu.

"Oke, saatnya pamer pada calon suami Anda, Nona." Mereka tak sabar untuk menunjukan penampilan Luna pada Surya. Bila para wanita yang membantu Luna saja terpukau dengan kecantikannya, apa lagi Surya.

“Pak Surya pasti terpesona.”

“Iya.” Dengan canggung Luna berdiri di belakang tirai, menunggu tirainya tersibak.

Tirai velvet berwarna ungu tua terbuka lebar, Luna berhadapan dengan calon suaminya. Benar saja, Surya tak berkedip saat melihat Luna dalam balutan gaun pengantinnya.

“Cantiknya calon istriku.” Surya memuji kecantikan Luna. Gadis yang selalu terlihat sederhana itu berubah seratus delapan puluh derajat. Bagaikan batu kasar yang diasah menjadi permata, begitu pula penampilan Luna saat ini, dah bahkan mungkin akan semakin bersinar saat polesan make up dan hair do tersemat di wajah ayunya.

Surya melangkah mendekati Luna, memeluknya dari belakang, mengusap lengannya yang terbuka. Surya sungguh sangat terpesona dengan kecantikan Luna bahkan sampai membuat pegawai di sana ikut tersenyum.

Surya menaruh dagunya di pundak Luna untuk mengekspresikan rasa sayangnya.

“Em … jangan begini, Mas. Malu dilihatin sama pegawai toko.” Wajah Luna memerah, merasa malu dan sedikit risih.

“Kenapa memangnya? Kan kita mau menikah. Mereka juga sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang hubungan kita sebagai kekasih.” Surya tak mengindahkan perasaan Luna, ia memilih untuk mendekapnya dengan erat, seakan sungguh ingin mengemukakan pada dunia kalau Luna hanyalah miliknya seorang.

“Iya, Mas. Tapi Luna nggak terbiasa.” Luna melingsut dari pelukan Surya. Ia tersenyum selebar mungkin supaya Surya tidak salah paham.

“Oke deh, kali ini aku akan mengalah pada calon istriku yang cantik ini.” Surya mengangkat tangan, ia tak mau memaksa Luna menuruti semua kemauannya.

Netra Surya lekat pada pantulan bayangan tubuh Luna di permukaan cermin.

“Sayang banget kecantikanmu nggak ada yang lihat, Luna. Serius kamu nggak mau undang satu pun teman-temanmu? Keluargamu?”

Surya menghela napas, mengingat Luna sama sekali tidak mengundang satu pun teman atau pun keluarganya. Seluruh undangan hanya berasal dari keluarga, teman, dan kolega bisnis Surya.

Luna tersenyum kecut, Untuk apa? Untuk menjadi bahan bullyan?

Cukuplah Luna dikucilkan gara-gara kasus sang ayah. Jangan sampai semua temannya juga mengatakan dan menyebarkan gosip kalau Luna seorang sugar baby karena menikah dengan pria yang berumur dua kali lipat lebih dari umurnya. Kalau Dimas saja bisa mengatakan hal itu, apa lagi mereka yang selalu menyudutkan Luna di kampus.

Lantas bagaimana juga tatapan keluarga besar Ryanto saat tahu Luna menikah dengan orang kaya demi kebebasan papanya? Ah ... membayangkan hinaan dan cemooh yang akan Luna dapatkan saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri. Pikiran Luna sungguh berkebalikan dengan Surya yang merasa sayang karena gadis secantik Luna tidak mengundang siapa pun untuk memamerkan kecantikan alami miliknya.

Luna memang introvert, dia bahkan tidak memiliki banyak teman sebelumnya, dan kini teman-temannya pun menjauhi Luna karena suatu hal yang tak pernah Luna lakukan.

"Kamu nggak perlu minder sama teman-temanmu, Luna. Kamu bukanlah pribadi yang buruk seperti tuduhan mereka, Sayang." Surya berusaha membesarkan hati Luna.

"Iya," jawab Luna singkat.

Ring Ring...

Deringan ponsel membuat Surya lekas merogoh saku. Ia mengambil benda pipih berwarna hitam dan menyelipkannya ke telinga. Bercakap sebentar, ia pun pamit pada Luna.

"Maaf, Mas angkat teleponnya dulu ya."

"Iya, Mas."

"Maaf, urusan pekerjaan."

Surya memang bekerja lebih giat dan sangat sibuk belakangan ini supaya ia bisa meninggalkan pekerjaannya selama satu minggu untuk berbulan madu dengan sang istri.

"Iya." Luna mengangguk, paham betul dengan kesibukan Surya sebagai CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pembangunan gedung itu.

Luna tahu Surya akan lama bertelepon mengingat memang pria itu begitu workaholic. Luna merasa tidak perlu menunggu Surya dan ingin melepaskan pakaiannya.

"Ah, boleh tolong bantu saya melepaskannya?"

"Baik, Nona."

Setelah tali temali terlepas dan gaun pun diangkat kembali ke patung. Luna meminta para pegawai toko yang melayaninya untuk keluar. "Cukup, aku bisa lepas sendiri korsetnya. Terima kasih ya."

"Baik, Nona. Panggil kami kalau butuh bantuan lagi." Dengan ramah mereka pun undur diri.

Tak berapa lama, seorang pemuda serampangan nekat menerobos masuk ke dalam ruang fitting bridal tanpa tahu kalau Luna sendirian di dalam sana. Melepaskan korset yang menyangga dua buah bongkahan kenyalnya yang sintal.

"Papa!!"

“Akhh!!!” Luna kaget saat tirai terbuka, Dimas masuk ke dalam padahal Luna sudah setengah te-lanjang. Ia baru saja melepaskan korset yang menutupi dua buah bongkahan kenyalnya. Bola sintal itu sempat terpampang di depan mata Dimas sesaat sebelum Luna menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

Mata Dimas melebar, ia tak sengaja melihat tubuh indah Luna. Dada putih mulus dengan ujung berwarna merah jambu yang ranum. Kedua netra Dimas turun, ke perut Luna yang langsing, dan berakhir pada pinggul Luna yang lebar, ****** ***** lace putih menutup bagian paling pribadi dari tubuh wanita cantik ini.

Gluk!

Tentu saja Dimas langsung menelan ludahnya dengan berat. Otanya ... BLANK!

"Hah??" Luna kaget, begitu pula Dimas. Keduanya saling menatap sesaat.

"To ... tolong keluar." Dengan gelagapan Luna memutar tubuhnya supaya Dimas tak melihatnya dalam keadaan polos.

Dimas sadar, ia kembali merasakan amarahnya yang membuncah. Dengan kasar Dimas menarik sikut tangan Luna, sontak tubuh gadis itu tersentak ke dalam pelukan Dimas.

"Ma ... mau apa, Dim? Lepasin!!" Luna berusah memberontak dari cekalan Dimas, namun tubuhnya terlampau kecil bila dibandingkan dengan tubuh atletis Dimas.

"Nggak usah sok suci!! Nggak usah sok polos!! Pura-pura malu padahal tiap hari lo jual diri?" Dimas mencemooh Luna, baginya Luna hanyalah cewek nakal yang suka gonta ganti lelaki demi uang.

"Hiks ..." Luna hanya bisa menangis saat kata-kata sarkastik Dimas menusuk ke jantung hatinya. Menorehkan luka.

Dimas memutar tubuh Luna menghadap ke arah kaca, ia mengunci kedua tangan kurus Luna di atas kepala hingga tak pelak membuat kedua dada sekalnya membusung indah dan menantang hasrat.

Dimas meraba dada indah Luna dengan tangannya yang lain, lalu dengan sedikit bertenaga, ia menguleni bongkahannya searah jarum jam.

Tubuh Luna mulai gelisah karena rangsangan Dimas, namun gadis itu hanya bisa menangis terisak-isak dengan kelakuan Dimas yang kini tengah berusaha melecehkannya. Luna tak mampu berteriak, bibirnya kelu, hatinya terlalu sakit karena pria yang ia cintai nyatanya menganggap Luna tak lebih dari seorang p*lacur.

"Sudah berapa banyak pria yang menikmati dada ini, huh? Pasti gampangkan ya ngerayu pria dengan aset seindah ini??" Dimas mempercepat tempo gerakan tangannya dan bahkan mem*lin ujung ranum milik Luna sampai sang empunya meringis.

Tangan Dimas beralih, turun ke bawah. Menuruni gunung ke lembah, perut ramping Luna bergerak gerik geli karena tangan Dimas mengusap perut bawah untuk semakin masuk menembus celana da-lam lace putih.

Luna memberontak, tak ingin tangan Dimas meraba tempat paling pribadi miliknya. Dimas mencengkram tangan Luna semakin erat supaya gadis itu tak bisa memberontak.

"Lepasin!! Berhenti!!" seru Luna.

...-- BERSAMBUNG --...

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

wah tambah seru ni dimas malah mau nerjang calon mama tirinya

2023-11-16

0

Rere Niae Cie'kecee

Rere Niae Cie'kecee

🔥🔥🔥🔥🔥🤗🤗❤️

2023-05-11

0

lihat semua
Episodes
1 Keinginan Untuk Menikah Kembali
2 Menikahi Sahabat Papa
3 Pengagum Rahasia
4 Amarah Dimas
5 Terbawa Emosi
6 Berhenti, Dimas!
7 Gelisah
8 Rencana Dimas
9 Kesedihan Luna
10 Seorang Teman
11 Kenapa Mau Menikahinya?
12 Mabuk
13 Rencana Baru
14 Malam Pertama
15 Ingat Sesuatu?
16 Sisa Percintaan Semalam
17 Dimas ikut!
18 Bercinta Dengan Anak Tiri
19 Tak Menemukan Jawaban
20 Debaran Itu Kembali
21 Mengubur Perasaan
22 Perasaan Yang Meluap
23 Terlambat
24 Tekat Dimas
25 Dimas Kecelakaan
26 Sini Deh, Ma!
27 Belalai Gajah
28 Bimbang
29 Panik
30 Beralih Ke Sisi Tergelap
31 Luapan Cinta
32 Bermain Di Belakang Suami
33 Hubungan Terlarang
34 Sayang Yang Mana?
35 Semakin Berani
36 Kekasih?
37 Jangan Bermain Api!
38 Kamu Menjijikan, Luna!
39 Kenapa Menikahi Papaku?
40 Selalu Ada Untukmu
41 Kepindahan Dimas
42 Curiga
43 Sepi
44 Kawin Lari
45 Keputusan Berat
46 Indah Sekali
47 Bahagia Bersamamu
48 Kabur
49 Kabur II
50 Luna Menghilang
51 Apa Papa Mencintai Luna?
52 Bercerai Saja
53 Jalan Tengah
54 Jerat Berduri
55 Hamil
56 Benih Kebahagiaan
57 Ketahuan
58 Tanpa Arah dan Tujuan
59 Jangan Pergi
60 Pengakuan Dimas
61 Bertemu Kembali
62 Terbongkar
63 Tak Kuasa
64 Penyesalan Dimas
65 Obat Terbaik
66 Rindu
67 Bayiku!
68 Maafkan Aku
69 End
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Keinginan Untuk Menikah Kembali
2
Menikahi Sahabat Papa
3
Pengagum Rahasia
4
Amarah Dimas
5
Terbawa Emosi
6
Berhenti, Dimas!
7
Gelisah
8
Rencana Dimas
9
Kesedihan Luna
10
Seorang Teman
11
Kenapa Mau Menikahinya?
12
Mabuk
13
Rencana Baru
14
Malam Pertama
15
Ingat Sesuatu?
16
Sisa Percintaan Semalam
17
Dimas ikut!
18
Bercinta Dengan Anak Tiri
19
Tak Menemukan Jawaban
20
Debaran Itu Kembali
21
Mengubur Perasaan
22
Perasaan Yang Meluap
23
Terlambat
24
Tekat Dimas
25
Dimas Kecelakaan
26
Sini Deh, Ma!
27
Belalai Gajah
28
Bimbang
29
Panik
30
Beralih Ke Sisi Tergelap
31
Luapan Cinta
32
Bermain Di Belakang Suami
33
Hubungan Terlarang
34
Sayang Yang Mana?
35
Semakin Berani
36
Kekasih?
37
Jangan Bermain Api!
38
Kamu Menjijikan, Luna!
39
Kenapa Menikahi Papaku?
40
Selalu Ada Untukmu
41
Kepindahan Dimas
42
Curiga
43
Sepi
44
Kawin Lari
45
Keputusan Berat
46
Indah Sekali
47
Bahagia Bersamamu
48
Kabur
49
Kabur II
50
Luna Menghilang
51
Apa Papa Mencintai Luna?
52
Bercerai Saja
53
Jalan Tengah
54
Jerat Berduri
55
Hamil
56
Benih Kebahagiaan
57
Ketahuan
58
Tanpa Arah dan Tujuan
59
Jangan Pergi
60
Pengakuan Dimas
61
Bertemu Kembali
62
Terbongkar
63
Tak Kuasa
64
Penyesalan Dimas
65
Obat Terbaik
66
Rindu
67
Bayiku!
68
Maafkan Aku
69
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!