Hari yang ditunggu-tunggu oleh Surya pun akhirnya tiba juga. Hari pernikahan keduanya. Luna terlihat cantik dalam balutan kebaya putih bersih. Kedua pasangan mempelai disatukan dalam satu furing yang sama saat ijab qobul dikumandangkan.
Surya dengan lantang dan jelas melantunkan janji pernikahan dan juga kesanggupannya meminang Luna di depan para pemuka agama. Sembari menjabat tangan, Surya menuturkan mas kawin yang akan diberikannya pada Luna. Luna menundukkan kepalanya mendengar semua penuturan Surya hingga selesai.
“Sah?” tanya pemuka agama.
“Sah!!" sahut semua orang yang menjadi saksi pernikahan mereka berdua.
Semua orang menundukkan kepala saat pemuka agama memberi doa restu pada keduanya.
“Amin,” ucap Surya dan Luna sembari mengusap wajah khitmat.
Luna mencium punggung tangan suaminya dan Surya mencium kening Luna dengan mesra. Kini mereka berdua telah resmi menjadi pasangan suami istri baik secara agama mau pun sipil. Luna telah resmi menyandang nama keluarga Prasetya di belakang namanya.
Luna tersenyum, bukan senyuman kebahagiaan, namun senyuman getir untuk menyembunyikan kegundahan hatinya.
Luna bertanya-tanya, apakah pilihannya sungguh benar?
Apakah keputusannya menikahi Surya sungguh tepat?
Luna terlihat menyalami satu persatu keluarga dan kolega Surya yang hadir di prosesi akad nikah. Ia terus mengumbar senyuman sampai pipinya terasa kaku.
Luna mengangkat wajah, pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan pandangan mata Dimas. Berada dalam satu garis. Luna bergidik ngeri, perutnya berdesir. Sampai kapan ia harus memperoleh tatapan setajam itu dari Dimas?? Sampai kapan ia harus merasakan rasa sesak karena dibenci oleh orang yang menempati ruang paling besar di dalam hatinya?
“Cih, mengesalkan.” Dimas berdecih, lantas melingsut pergi meninggalkan Luna yang tertunduk. Tak berani mengangkat wajahnya lagi.
.
.
.
Hall hotel telah di dekor dengan sangat mewah untuk pesta resepsi pernikahan kedua Surya. Dekorasi mewah, kue pengantin yang menjulang tinggi, singgasana yang megah, dan makanan bintang lima yang lezat. Semuanya khusus dipesan oleh Surya untuk menjamu para tamu undangan. Padahal Luna hanya meminta Surya membuat resepsi sederhana saja. Tapi tampaknya standart sederhana Surya san Luna berbeda.
Pesta kali ini tak seperti pernikahan pertama Surya yang masih kuno dan berkesan monoton. Surya tak mau Luna menjadi boneka cantik yang hanya duduk di singgasana dan menerima jabat tangan saja. Surya mau membuat pesta yang jauh lebih hangat dan akrab dengan Luna sebagai bintangnya.
Sang CEO Eka Konstruksi itu sibuk mengenalkan istrinya pada para keluarga dan sahabatnya dengan bangga. Mereka berkeliling hall, menjabat tangan para sahabat Surya dan juga keluarga. Masih banyak keluarga besar Surya yang belum mengenal Luna secara langsung.
“Ini, Luna. Luna ini sepupu Mas. Namanya Aldo," tutur Surya.
“Cantik sekali, Sur. Beruntungnya dirimu.” Aldo menyenggol lengan Surya. Ia merasa Surya amat sangat beruntung mendapatkan gadis manis yang polos seperti Luna.
“Hahaha … terima kasih.”
Di kejauhan, dekat meja bar, Dimas bersandar sembari meminum wine. Ia terus mengamati gerak gerik ibu tirinya. Luna terlihat menanggapi satu persatu teman-teman ayahnya. Surya juga terlihat bangga saat menggandeng Luna keliling ruangan.
“Cih, senyumannya bikin gue muak.” Dimas hanya berdecih saat melihatnya, merasa muak dengan tingkah Luna yang berakting sebagai gadis manis dan polos.
“Lo nggak makan?” Suara Karina membuat Dimas menoleh.
“Nggak nafsu.” Sahutnya singkat.
“Ketus banget, sih. Padahal gue sudah bantuin elo.” Karina berdiri di samping Dimas, mulutnya sibuk mengunyah buah-buahan.
“Rencana kita belum selesai, Rin, gue masih butuh elo misahin Luna sama bokap gue.” Dimas kembali menoleh ke arah Luna. Rahangnya mulai mengeras, karena gadis itu sungguh menempel pada ayahnya seperti lintah. Padahal terbalik, justru Surya yang terus menempel pada Luna.
“Perkara mudah, habis ini gue bawa dia ke elo.” Karina memasukkan anggur hijau terakhir ke dalam mulut, siap untuk menjalankan perintah Dimas. Ah ... ternyata niat baik Karina pada Luna tidaklah tulus. Ia hanya membantu rencana Dimas menjebak Luna.
“Oke. Gue bakal buktiin ke bokap gue kalau pilihannya itu salah. Cewek itu ja lang yang mudah tergoda dengan siapa pun.” Dimas menyeringai dengan liciknya.
“Oke, gue pergi dulu.”
“Thanks, Rin.”
Karina mendekati Luna, ia terpaksa harus menyerobot antrian seorang wanita tua yang ternyata adalah adik dari neneknya Dimas. Luna langsung menggandeng tangan Karina karena merasa ada kesempatan untuk kabur dari sisi Surya.
"Om, saya pinjam istrinya sebentar ya." seru Karina.
"Baiklah, silahkan bercakap. Nikmati pestanya, Sayang." Surya mengecup pipi Luna sebelum meninggalkannya dengan Karina.
“Hei, selamat ya,”
“Thanks, Rin.” Luna terlihat gembira karena ada seseorang yang ia kenal. Orang baik yang mau berteman tanpa memandang latar belakang Luna.
“Pesta yang meriah, sayang sekali tak ada teman yang kamu undang. Kenapa?" Karina celingukan, benar kata Dimas, Luna pasti malu karena ia menikahi seorang pria tua.
“Mustahil kamu nggak pernah denger rumor tentang keluargaku.” Luna menghela napas.
“Ah, itu masalahnya.” Karina mengangguk paham, ternyata Luna tidak memiliki teman.
“Tapi kenapa kamu mau menikah dengan papanya Dimas?”
“Kamu kenal Dimas?” Luna kaget.
“Tidak ada yang tak mengenal Dimas di kampus. Dia ketua BEM," jawab Karina.
“Ah, ucapanmu benar. Dia memang bersinar seperti bintang di langit malam.” Luna tersenyum, sejak dulu ia mengaggumi sosok Dimas yang begitu bersinar.
“BTW, kamu belum jawab pertanyaanku. Kenapa kamu mau menikahi orang yang lebih pantas kamu panggil dengan sebutan papa?" Karina terlihat penasaran.
...-- BERSAMBUNG --...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
Wah ternyata bener kalau karin mau berteman sama luna tu karna ada maunya dan atas perintah dimas
2023-11-16
0