Kegelisahan masih menggelayuti hati Dimas, ia memutuskan untuk tak langsung kembali ke rumahnya. Ia malas bertemu dengan papanya yang egois. Jadi Dimas pergi ke lapangan basket untuk berlatih bersama teman satu timnya.
"Oper!! Oper ke sini, Bro!!" Suara satu tim basket Dimas saat Dimas nekat mendribel bolanya sendiri. Dimas melakukan bloking berkali-kali sampai mencederai tim lawan. Semua bersorak kecewa saat Dimas terpaksa harus melepaskan bolanya.
Peluit dibunyikan oleh wasit. Kali ini bola pindah ke tangan lawan. Tak lama, teman-teman Dimas berhasil merebut bola. Mereka melemparkan bola pada Dimas karena posisinya paling dekat dengan ring basket.
"Dim!!" Panggil Bobby, melemparkan bola pada Dimas.
Dimas menderible bola untuk menjauhkannya dari lawan, sekali lagi dengan kasar Dimas menyenggol bahu lawannya. Beruntung kali ini tim lawan tidak terjatuh, jadi tidak ada pelanggaran. Dimas melakukan tembakan ke arah ring lawan. Bola melesat, membentur ring. Out, gool tidak terjadi. Time up, tim Dimas kalah di babak pertama. Istirahat setengah jam.
"****!!" Dimas mengumpat, ia tak menyangka kalau emosinya sungguh mempengaruhi performanya dalam bermain basket.
"Kenapa sih Lo? Nembak aja lusut terus." Bobby menegur Dimas yang mandul hari ini.
"Gue lagi banyak pikiran, Bob." Dimas menenggak air dari botol lalu memberikannya pada Bobby.
"Mikirin apa?? Cewek?? Ngapain dipikirin, lihat aja, semua cewek di sini datang cuma buat lihat elo main!! Ganti cewek seminggu sekali juga nggak masalah buat elo!" Bobby menunjuk ke area luar lapangan, para mahasiswi memang sudah memadati sekeliling, ingin memberi dukungan sekaligus melihat aksi Dimas meski pria itu tetap acuh.
“Gue tengkar sama Bokap!”
“Paman Surya itu papa paling sabar di dunia, T*lol!! Dia nggak mungkin marah kalau bukan lo dulu yang cari gara-gara!” Bobby yang sudah menjadi sahabat Dimas sejak SMA begitu mengenal sosok Surya. Papa kebanggan Dimas.
“Ck, berisik!! Nggak usah puji papa gue setinggi langit! Dia goblok karena bisa ditipu!!"
“Emangnya kenapa sih?" Bobby semakin heran, nggak biasanya Dimas segarang ini.
“Bokap gue mau nikah lagi,” jawab Dimas dengan tatapan kesal.
Brush!!
Bobby menyemburkan air di dalam mulutnya. Untung Dimas berhasil mengelak, cuma kena dikit di bagian lengan.
“Bngsat, jorok banget!!” Dimas mengelap lengannya dengan handuk.
“Serius lo??” Bobby kaget, kan mamanya Dimas belum lama ini meninggal.
“Iya!!”
“Eh ... tapi nggak apa juga donk, nyokap elokan sudah meninggal. Sah sah aja kales bokap cari pengganti nyokap lo. Secara lo tahu sendiri kalau pria itu butuh … ehm … tap oli setidaknya satu minggu sekali!! Bokap elo pasti tersiksa kali nggak bisa ngawe pas Nyokap lo sakit.” Bobby mencoba menasehati Dimas kalau Surya nggak salah, hal yang ia lakuin bukanlah hal yang bertentangan dengan norma atau pun agama. Mereka sah-sah saja menikah karena status Surya sudah seorang duda.
“….” Dimas cuma menatap Bobby dengan tatapan tajamnya.
“Mending elo restuin bokap lo biar dia bahagia. Positif thinking aja, masa tuanya ada yang jagain, ada yang ngerawat!” Bobby nyengir mirip kuda.
“Heh … lo bisa ngomong gitu karena nggak tahu siapa calon bininya.” Dimas menarik sudut bibirnya sinis.
“Emang siapa??” tanya Bobby sambil minum lagi.
“Luna, anak sastra.”
BRUSH!!
Lagi-lagi Bobby menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya. Kali ini Dimas kena banyak.
“S*alan!! Mulut elo dijaga donk, Bre!!” Dimas mengusap tubuhnya dengan handuk.
“Sory … sory, abisnya gue kaget, Bro.” Bobby mengelap mulutnya dengan kaos basket. Masih nggak percaya dengan ucapan Dimas.
“Sumpah, gue nggak habis pikir sama jalan pikiran bokap gue. Bisa-bisanya dia mau nikah sama cewek yang bahkan jauh lebih muda dari anaknya!!” Dimas melempar handuk ke samping tubuhnya.
“Cinta emang buta dan bikin g*blok, Bro!!” Bobby menggaruk kepalanya.
"Cewek itu pasti ngerayu bokap gue duluan! Atau dia pakai guna-guna sampai bisa bikin bokap gue buta karena cinta, dasar cewek murahan." Dimas mengepalkan tangannya.
"Gue denger bokapnya dipenjara sih gara-gara kasus korupsi." Bobby menggosok dagunya. Dia juga baru tahu siapa Luna karena scandal ayahnya.
"Nahkan!! Pertama juga gue kira dia cewek alim," hela Dimas saat teringat pertemuan pertamanya dengan Luna.
"Tapi kelakuan bapaknya aja kayak gitu. Buah nggak jatuh jauh dari pohonnyakan?!!" Dimas mendengus kecewa karena salah menilai orang.
"Iya juga sih."
"Dia pasti bukan cewek baik-baik. Dia cuma pengen duit bokap gue doang."
"Ya, bisa jadi." Bobby mengangguk.
"Makanya, gue mesti bikin papa sadar kalau pilihannya itu salah! Tapi gimana caranya?” Dimas menyugar rambutnya kebelakang.
"Gue ada ide. Kalau bener Luna itu cewek gan--jen, dia pasti gampang dirayu. Ya elo rayu dia aja pas ada kesempatan, dia pasti juga nanggepin donk. Nah!! Dengan gitu lo bisa buktiin ke Bokap lo kalau dia itu emang murahan." Bobby berbisik di telinga Dimas.
"Boleh juga ide lo."
"Iya lah, Bobby gitu lo!"
"Besok gue bakalan deketin dia!!" Dimas menyeringai, ia akan menjatuhkan nama Luna di depan sang ayah.
...--BERSAMBUNG--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
ayo dim semangat buat ngerayu calon mama tirimu 😁😁😁
2023-11-16
0
Rere Niae Cie'kecee
nanti jatuh cinta loh dimas😂😂😂🤭🤭
2023-05-11
0