"Apa yang kau lakukan pada Alby, Zora!" Bentak Mama Renata penuh amarah. Menerobos masuk kedalam kamar Zora tanpa permisi.
"Apa maksud Mama? Apa memangnya yang bisa aku lakukan pada Alby?" Zora, pura - pura polos.
"Tak perlu berlagak di depanku, Zora. Lihat saja, tidak akan aku biarkan anak ku berpihak padamu. Mungkin dulu aku diam, karna aku pikir kau benar benar gadis yang polos, ternyata.. kau lebih berbisa dari pada ular!" Ungkap Mama Renata bringas. Setelahnya ia meninggalkan kamar Zora dengan penuh amarah.
Didalam kamarnya, Zora hanya tersenyum melihat mertuanya marah - marah seperti itu. "Zora, kau berdosa sekali!" Gumam Zora, lalu kembali menikmati sarapannya yang telah di antarkan ke kamarnya oleh pelayan. Hari ini, rasanya Zora hanya ingin bermalas-malasan.
Namun sebelum itu, tak lupa ia menghubungi ibu nya untuk bertanya tentang keadaan Ayahnya.
"Ayah mu, masih seperti kemarin. Dokter berkata, ada beberapa sarafnya yang rusak. Yang menyebabkan ia tak kunjung sadar." Ungkap Ibu Amy. Suaranya tampak lemas.
"Ibu jangan pesimis, kita doakan sama - sama agar Ayah cepat siuman. Ayah pasti sembuh!" Zora menyemangati.
"Semoga saja Ayahmu segera siuman." Lanjut Ibu Amy, dan panggilan itu berakhir beberapa saat kemudian.
Tampaknya, hari ini tak ada waktu bagi Zora untuk bermalas - malasan.
Ia kembali meraih ponselnya, lalu menghubungi Alby.
"Kau sibuk?" Tanya Zora, langsung ketika panggilan itu di terima Alby.
"Aku baru saja sampai kantor." Jawab Alby, kini nada bicaranya sudah lembut. Mengikuti salah satu point yang tertera di dalam kontrak.
"Aku berencana mengajakmu kerumah sakit, menjenguk Ayah." Ujar Zora.
"Aku ada rapat sebentar lagi, pergilah lebih dulu. Nanti aku akan menyusul." Lanjut Alby.
"Baiklah.." Zora tampak semangat, paling tidak Alby tidak menolak mentah - mentah ajakannya.
Zora langsung bergegas, bersiap untuk segera pergi kerumah sakit.
Alby langsung beralih menghubungi James.
"Iya, Tuan." Jawab James dari seberang telpon sana.
"Nanti tolong antarkan Zora kerumah sakit." Alby memberi perintah. Karena jika tidak, Zora harus menjelaskan panjang kali lebar pada James hanya untuk bisa keluar dari rumah. Setelahnya Alby, bersiap untuk mulai bekerja. Banyak hal yang harus kembali ia pelajari setelah lupa ingatan itu. Sekretarisnya, harus menjelaskan semua hal - hal penting.
James langsung bergegas mengambil mobil, saat melihat Zora keluar dari rumah. Padahal Zora baru saja menganga untuk memanggil nama 'James'.
"Mau keluar lagi?" Tiba tiba saja Mama Renata muncul entah dari mana. "Istri macam apa yang selalu keluyuran kerjaannya." Lanjut Mama Renata nyelekit.
Zora, memilih untuk mengabaikannya.
"Ya, nikmati saja! Puas - puasin menghambur - hamburkan hasil kerja keras anak ku! Lihat saja, kau akan rasakan akibatnya nanti." Pungkas Mama Renata masih belum juga puas.
Tampaknya, Mama Renata lupa. Sepeninggalan Alby saat itu, perusahaan itu akan gulung tikar jika bukan karena hasil peluh keringat Zora yang berjuang memperbaiki siklus saham perusahaan.
Baru saja akan melangkah masuk ke mobil, tiba - tiba saja ada mobil asing memasuki perkarangan rumah. Zora, mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam mobil.
Seorang pria turun dari mobil, dengan setelan jas yang rapi.
"Maaf, mengganggu waktu Anda. Saya tim penyidik yang akan menyelidiki kasus Anda atas tuduhan pemalsuan data warisan Tuan Alby Dareen." Imbuh lelaki dewasa tersebut.
Zora menoleh ke arah Mama Renata, yang sedang menatapnya penuh arti.
"Apa Anda punya waktu sekarang? Bisa ikut saya ke kantor?" Tanya lelaki itu kemudian.
Zora kembali mengalihkan pandangannya ke arah pria tersebut. "Tentu..!" Jawab Zora sekenanya.
Zora masuk kedalam mobil, rencananya yang awalnya akan kerumah sakit malah berubah menjadi ke kantor penyidik.
*
"Silahkan masuk," Lelaki tadi, mempersilahkan Zora masuk kedalam ruangannya.
Zora masuk, dan duduk di kursi yang telah disediakan disana.
"Sebelumnya, pekernalkan nama saya Zulhan..." Lelaki itu mulai memperkenalkan diri, dan menjelaskan beberapa hal tentang penyelidikan itu.
Sedangkan Zora, hanya menjawab pertanyaan - pertanyaan yang di ajukan oleh Zulhan, tanpa balik bertanya.
"Pengacara Tuan Alby juga tidak bisa menjadi saksi dalam kasus ini. Karena pada saat itu ia tidak secara langsung menerima berkas itu dari Tuan Alby. Mereka hanya berbicara melalui telpon dan Tuan Alby mengirim berkasnya melalui email." Jelas Zulhan.
"Iya, aku tahu. Aku juga tidak mengerti mengapa ia bisa melakukan hal seceroboh itu." Pungkas Zora, ia masih santai menghadapi penyelidikan.
"Hemm...." Zulhan, mengangguk - anggukan kepalanya. Sambil membolak balik berkas yang ada di hadapannya.
Sesaat kemudian, ada pesan masuk di ponsel Zulhan. "Saya permisi sebentar." Imbuh Zulhan, setelah membaca pesan di ponselnya. Lalu, ia beranjak dari ruangannya. Meninggalkan Zora seorang diri disana.
Zora, menunggu seperti orang bodoh. Sedangkan Zulhan tak kunjung kembali. Entah kemana perginya dia. Zora, berulang kali melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Sedangkan di rumah sakit, Alby sudah sampai disana. Ia tak tahu, kalau Zora belum berada dirumah sakit dan justru tertahan di ruang penyidik.
"Alby..." Panggil seseorang, menghentikan langkah Alby.
Alby menoleh, "Jessie, mengapa kau disini?" Tanya Alby.
"Aku ada seminar disini selama beberapa hari. Apa kau akan menjenguk orang sakit?" Jessie melirik ke arah keranjang buah yang berada ditangan Alby.
"Menjenguk Ayah mertuaku." Jawab Alby, yang membuat Jessie sedikit terkekeh.
"Aku tidak tahu, kau sedekat itu dengan keluarga istri mu." Sanggah Jessie.
Alby tersenyum tipis, "Bukankah sudah seharusnya begitu." Jawab Alby, yang menimbulkan beberapa pertanyaan di benak Jessie.
"Kalau begitu, aku duluan." Ujar Alby, dan berniat mengambil langkah.
"Alby, tunggu." Kalimat itu kembali membuat Alby menoleh ke arah Jessie. "Bagaimana dengan pengobatan tempo hari yang kita bicarakan?" Jessie meminta kepastian.
"Aku rasa sudah tidak perlu." Alby menunjukkan senyuman terbaiknya, setelahnya bergegas pergi dari sana.
Sesampainya didepan ruang rawat Ayah Eric, Alby mempersiapkan diri untuk masuk. Pasti akan terasa sangat canggung didalam sana nanti.
Namun, sebelum sempat ia mengetuk pintu. Ibu Amy, lebih dulu membuka pintu itu.
"Alby, kau-" Ibu Amy celingak-celinguk. "Datang sendirian?" Lanjut Ibu Amy, saat tak melihat Zora bersama Alby.
"Iya, bukankah Zora sudah duluan datang kesini." Ujar Alby.
Ibu Amy mengernyitkan keningnya, "Tidak, dia tidak ada disini. Apa kalian pergi terpisah?" Ibu Amy kembali mengajukan pertanyaan.
Namun kali ini justru kening Alby yang mengernyit.
"Yasudah, kau tunggu saja didalam. Mungkin sebentar lagi Zora sampai. Ibu mau jumpai Dokter sebentar." Sambung Ibu Amy, mempersilahkan Alby masuk. Dan setelahnya beranjak menuju ruangan Dokter.
Alby masuk kedalam ruang rawat Ayah Eric, lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi Zora.
"Kau dimana? Bukankah katamu akan kerumah sakit?" Pertanyaan yang langsung di ajukan Alby ketika panggilan itu diterima Zora.
"Berkat laporan mu, aku sedang berada di kantor penyidik sekarang." Jawab Zora ketus.
"Kantor penyidik?" Ujar Alby bingung. Karena setaunya, ia sudah menarik laporan itu.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
miyura
lanjut othor...
2023-04-13
4
Queen Ara
lanjut kk
2023-04-12
4