"Tidurlah, kau butuh istirahat!" Imbuh Zora. Lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang, memejamkan matanya tanpa memperdulikan tatapan tajam Alby.
Alby hanya bisa menghela napas, menghadapi wanita keras kepala seperti Zora. Alby bangkit dari tempat tidur, berjalan ke arah Zora, lalu menyelimuti tubuh yang tampak kedinginan itu setelah Zora benar - benar terlelap.
*
Saat bangun di pagi hari. Zora di kagetkan karena Alby tak lagi berada di ranjangnya.
"Alby..." Panggil Zora, lalu mengetuk pintu kamar mandi. Tak ada jawaban, Zora membuka pintu kamar mandi untuk memastikan. Dan kamar mandi itu kosong!
"Apa jangan - jangan Alby pulang?" Gumam Zora, tapi jelas - jelas dokter mengatakan walaupun Alby tidak cedera tapi ia harus di rawat selama 3 hari dirumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Zora meraih ponselnya, berniat menghubungi James.
Ceklekk...
Zora langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu, Alby masuk kedalam kamar rawat itu lalu di ikuti Jessie di belakangnya.
"Kemana saja?" Tanya Zora, dengan nada khawatir.
"Bukan urusanmu! Sebaiknya kau pulang dan ganti pakaianmu." Pungkas Alby, lalu kembali berbaring di ranjangnya.
Sedangkan pandangan Zora, terus mengikuti Alby.
"Em, aku akan kembali setelah ganti pakaian." Ujar Zora, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jessie, setelahnya mengambil langakah berniat beranjak dari sana.
"Tidak perlu kembali, aku tidak butuh kau disini." Sarkas Alby, penuh penekanan, lalu mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang menghamparkan pemandangan area luar rumah sakit.
Zora, kembali mengalihkan pandangannya ke arah Alby. Tersenyum sinis, mendapati penolakan itu membuat batin Zora sedikit teriris. "Aku tak perduli." Pungkas Zora, setelahnya Zora kembali mengambil langkah, keluar dari kamar rawat Alby dengan kesal.
Setelah kepergian Zora, Alby baru menoleh. Menatap pintu ruangan itu yang sudah kembali tertutup rapat.
Entah mengapa, Alby begitu yakin. Jika yang dikatakan Mamanya benar. Zora telah berbohong padanya.
Zora mengatakan mereka saling mencintai, dan hidup bahagia dulu. Nyatanya, yang terlintas dalam ingatan Alby tempo hari adalah, tentang bagaimana ia menyeret Zora, memaksa Zora mengaku, dan memperlakukan Zora dengan kasar.
Jika benar seperti yang dikatakan Zora, lantas mengapa Alby bersikap seperti itu?
Padahal, tempo ceritanya yang berbeda. Jika Zora bercerita tentang bagaimana Alby memperlakukannya disaat mereka baru menikah, sedangkan yang terlintas dalam ingatan Alby, adalah beberapa kejadian yang terjadi saat Alby mengetahui Zora hamil.
Dua hal dengan kontras yang berbeda.
"Apa, tak apa - apa kau perlakukan istri mu seperti itu?" Kalimat yang diucapkan Jessie membuyarkan lamunan Alby. Ia kembali tersadar, Jessie sedang berada diruangan itu bersamanya sekarang.
Alby, hanya tersenyum tipis. "Tak apa!" Jawabnya, lalu menghindari kontak mata dengan Jessie. "Bisa kau tinggalkan aku, aku ingin istirahat sekarang." Sarkas Alby, mengusir Jessie dari ruangan itu. Jika Zora saja terasa asing baginya, apa lagi Jessie.
"Baiklah, jika perlu sesuatu hubungi aku saja." Jessie tersenyum ramah, ke arah Alby yang bahkan tak menatapnya. Setelahnya, Jessie meninggalkan ruangan itu.
*
Zora kembali ke mobil, sedangkan Rein masih setia menunggunya disana.
Rein yang masih tertidur, terperanjat karena suara pintu mobil yang ditutup Zora terlampau keras.
Ya, Zora masuk kedalam mobil dengan kesal.
"Kita pulang sekarang." Imbuh Zora, lalu bersandar di sandaran jog dan memejamkan matanya.
"Ada apa denganmu? Kau tampak kesal." Rein terkekeh melihat tingkah Zora. Lalu menghidupkan mobil dan melaju, kembali menuju kediaman Alby.
"Berani sekali dia mengusirku." Kesal Zora, lalu kembali menegakkan posisi duduknya. "Ch! Padahal dulu dia yang selalu memohon agar aku tetap tinggal disisinya." Zora, masih begitu emosi, amarahnya begitu memuncak. Apa lagi mengingat kini Alby sedang bersama Jessie di sana.
"Bukankah, itu hal yang sangat kau inginkan dulu." Imbuh Rein.
Zora, mengerlingkan matanya dengan cepat ke arah Rein. "Itu dulu, tentu saja sekarang berbeda."
Rein, menoleh sekilas ke arah Zora. "Apa jangan - jangan kini kau mulai mencintainya?" Pertanyaan spontan dari Rein, dengan ekspresi seriusnya.
Ya, tak ada satu pun yang tahu seperti apa kini perasaan Zora pada Alby.
Zora tak langsung menjawab, ia hanya menelan salivanya kasar.
"Apa itu penting sekarang? Yang harus aku lakukan sekarang, bagaimana caranya membuat dia kembali mengingat semuanya. Agar aku bisa terlepas dari tuduhan memanipulasi data warisan!" Zora mengalihkan pembicaraan.
Hanya itu satu satunya cara! Alby harus mengingat, bagaimana ia membuat dan menandatangani surat wasiat itu.
Rein terdiam, otaknya ikut berfikir. Apa yang bisa ia lakukan untuk membuat Zora terlepas dari tuduhan itu.
Pasalnya Alby tak main - main, ia menyerahkan kasus itu pada hukum untuk diselidiki.
*
Sedangkan Mama Renata, kini tersenyum puas menikmati kehancuran Zora, perlahan tapi pasti.
"Ma, ada apa? Mengapa senyum - senyum sendiri?" Tanya Papa Eric.
Mama Renata menoleh, "Ada sesuatu, yang membuat Mama bahagia." Jawab Mama Renata, lalu kembali tersenyum penuh arti.
"Tidak kerumah sakit?" Tanya Papa Eric, karena istrinya tampak begitu santai sedangkan anak kesayangan sedang dirumah sakit.
"Tidak, ada Jessie disana. Dia akan membantu kita merawat Alby dengan baik." Imbuh Mama Renata lengkap dengan ekspresi wajah sumbringahnya.
"Hemm, baiklah.. Mungkin Papa harus kembali ke LA besok, apa Mama masih mau tetap disini?" Papa Eric memastikan.
Keduanya pulang secara dadakan, setelah mendapatkan kabar tentang Alby. Dan Papa Eric meninggalkan perusahaannya di LA begitu saja.
Sekretarisnya pasti sedang kewalahan sekarang.
Yang penting, ia sudah bertemu dengan Alby dan memastikan keadaannya baik - baik saja kini.
Selebihnya, ia hanya bisa berharap agar Alby segera kembali pulih.
"Em, Mama masih mau disini." Mama Renata mengangguk, tiba - tiba saja ia memikirkan rencana baru untuk membuat Zora menyerah dan mengembalikan semua harta Alby.
*
Zora sampai dirumah, bukannya beristirahat. Ia justru menyibukkan diri di dapur. Setelah memerintahkan agar sekretarisnya menghandle semua pekerjaan di perusahaan selama dua hari ini.
Zora, ingin fokus merawat Alby.
Ia begitu bersemangat menyiapkan makanan untuk Alby. Memasak semua makanan kesukaan Alby. Bahkan Zora melarang pelayan membantunya, ia ingin melakukan semuanya seorang diri.
Zora, bahkan tak memperdulikan, jarinya yang teriris pisau karena memotong sayuran dengan terburu - buru.
Juga beberapa jipratan minyak goreng, yang mengenai punggung tangannya.
Zora menata makanan itu hingga sedemikian rupa agar tampak menarik.
"Selesai...!" Imbuhnya, dengan senyuman yang merekah di wajahnya.
Zora, beranjak ke kamar. Mandi, ganti pakaian, dan bersiap untuk kembali ke rumah sakit.
Kali ini, ia bahkan tak memakai supir. Zora meraih salah satu kunci mobil dan bergegas menuju rumah sakit.
"Dimana Nona?" Tanya Rein pada salah seorang pelayan yang sedang membereskan dapur yang berantakan.
"Sudah pergi ke rumah sakit." Jawab si pelayan.
"Apa!" Dengan raut wajah tak biasa, pasalnya ini kali pertama Zora keluar seorang diri tanpa pengawasan.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments