Selepas pulang kerja, Alby membatalkan janjinya dengan Jessie. Memilih menemui Zora dirumah. Karena ini lebih penting menurut Alby.
Zora, mempersilahkan Alby masuk kedalam kamarnya. Karena itu tempat yang aman untuk terhindar dari gangguan sang mertua, yang selalu saja ikut campur dalam urusan mereka.
Alby duduk berhadapan dengan Zora, Zora menyodorkan selembar kertas ke arah Alby.
"Apa ini?" Tanya Alby penasaran.
"Kau akan tahu, setelah membacanya." Sahut Zora.
"Kontrak?" Imbuh Alby, saat membaca judulnya. Lalu kembali membaca dengan teliti poin - poin yang berada didalam sana.
Setelahnya, Alby tersenyum smirk. "Bukankah, semua pointnya justru menguntungkan dirimu!" Pungkas Alby.
"Ya, karena setelah kontrak itu berakhir. Kau yang kembali di untungkan, bukankah sangat adil!" Sarkas Zora.
Alby, mengangguk - anggukkan kepalanya. Tak lagi mengulur waktu, Ia langsung menandatangani kontrak tersebut.
"Kau puas!" Sambil kembali menyerahkan kontrak itu pada Zora.
Zora tak menjawab, pun tak mengangguk. Hanya menatap Alby lebih dalam. Rasanya, ia tak lagi bisa berkata-kata kini.
"Kau mau kemana?" Tanya Zora, saat melihat Alby beranjak dari duduknya.
"Ke kamar ku!" Jawab Alby singkat.
"Kau tak melihat point 3? Kita harus tidur di kamar yang sama." Jelas Zora.
"Apa aku tak boleh ganti pakaian? Dan harus tidur seperti ini?" Balas Alby.
"Jangan lama.." Ujar Zora, setelahnya mempersilahkan Alby untuk ganti pakaian.
Zora menunggu dengan gelisah, ia tak begitu yakin Alby akan benar - benar kembali ke kamarnya.
Namun...
Ceklek..
Alby, benar benar datang.
Zora bisa merasa lega sekarang, paling tidak. Alby masih mau menurutinya, terlepas dari betapa marahnya ia pada Zora.
Alby, melangkah mendekati Zora. Lalu berdiri tepat di hadapan Zora. Tangannya menarik pinggang Zora. Membuatnya semakin mendekat dan kedua tubuh itu menjadi tak berjarak.
"Inikah yang kau inginkah?" Sebuah luma*tan langsung menghampiri bibir Zora.
Zora jelas tak akan menyia - nyiakannya. Ia melingkarkan tangan di leher Alby. Lalu membalas luma*tan itu dengan lembut. Tangannya perlahan dengan begitu berani membuka kancing piyama Alby. Lalu, menanggalkan baju itu dari tubuh Alby. Membuat lelaki itu bertelanjang dada dan memperlihatkan otot - otot perutnya yang menggoda.
Zora, bisa merasakan otot Alby yang kekar memeluknya erat.
Nafas keduanya semakin tak beraturan, tangan Alby pun sudah tak bisa diam. Menjamah setiap jengkal tubuh Zora.
Alby merebahkan tubuh Zora di atas ranjang. Lalu berbisik tepat di samping telinganya. "Akan aku buat kau tak bisa melupakan 3 bulan kita ini." Dengan suara beratnya, Alby beralih dengan menji*lat daun telinga Zora, membuat Zora bergeliat geli namun menikmatinya.
Perlahan\, Alby men*ci*um leher jenjang Zora. Lalu beralih ke dada Zora\, turun ke perut dan bagian di antara dua paha Zora.
Mata Zora terpejam menikmati sensai permainan Alby. Des*ahannya membuat Alby semakin bergai*rah.
Permainan itu berlangsung lama, bahkan hingga sampai beberapa ronde. Membuat keduanya kelelahan setelahnya.
*
Mama Renata, sangat terkejut ketika melihat Alby keluar dari kamar Zora di keesokan paginya.
"Alby, apa yang kau lakukan disana?" Tanya Mama Renata yang langsung bergegas menghampiri Alby.
Alby, tak menjawab. Hanya menguap dan menggaruk garuk kepalanya.
"A-apa yang terjadi-" Mama Renata terbata, ketika melihat leher Alby meninggalkan bekas cu*pang.
"Anak ini..." Geram Mama Renata, dan berniat melabrak Zora. Saat ia membuka pintu kamar Zora, Alby langsung dengan cepat kembali menariknya dan menutup pintu kamar itu.
"Biarkan dia istirahat, Ma." Imbuh Alby, sedangkan mata Mama Renata masih terbelalak. Didalam sana, tampak tempat tidur yang berantakan dan Zora terbaring membelakangi dengan hanya tertutup selimut setengah badannya.
"Alby akan mandi dulu, setelah itu kita sarapan bersama." Imbuh Alby, setelahnya meninggalkan Mamanya yang masih termangu ditempat ia berdiri.
Di dalam kamar mandi, Alby terkejut melihat lehernya yang penuh dengan cu*pang saat bercermin di kaca wastafel.
"Anak itu, benar benar!" Sarkas Alby, lalu justru memilih untuk memotret lehernya yang penuh cu*pang itu.
Ternyata, fotonya untuk dikirimkan pada Zora.
"Apa kau bisa bertanggung jawab untuk ini?" Tulis Alby di pesannya.
Zora, yang masih sangat mengantuk. Meraih ponselnya yang bergetar karena sebuah notifikasi masuk.
Membaca pesan yang dikirimkan Alby dengan mata yang sedikit disipitkan, namun justru tersenyum ketika membaca pesan Alby tersebut.
"Datang padaku, dan aku akan bertanggung jawab." Balas Zora dengan voice note.
Saat Alby datang, Zora baru saja bangkit dari tempat tidur dan akan menuju kamar mandi.
"Bagaimana caramu bertanggung jawab?" Tanya Alby langsung menghadang Zora.
Zora kembali tersenyum ketika melihat leher Alby, dia sendiri tak menyangka akan separah itu.
"Duduk disini." Imbuh Zora, sambil menuntun Alby duduk di pinggir tempat tidur.
Alby pun begitu patuh, dan duduk disana menunggu.
Zora berjalan menuju meja riasnya. Lalu kembali sambil membawa foundation. Zora, mengolesi foundation pada bekas cu*pang itu untuk menutupi warna merah agak ke ungu - unguan itu.
"Selesai.." Ujar Zora, lalu kembali melangkah menuju meja rias untuk menyimpan foundationnya.
Alby justru berdehem, ketika tersadar. Sedari tadi tampaknya ia melamun. Ketika Zora hanya melilitkan selimut di badannya, dan berdiri tepat dihadapannya. Pikirannya kembali melayang, ke adegan panas semalam yang begitu memuaskannya.
"Aku, akan langsung sarapan. Tak menunggu mu." Sarkas Alby, lalu beranjak dari duduknya.
"Em! Baiklah.." Sahut Zora, lalu masuk ke kamar mandi.
Saat suara pintu kamar mandi tertutup, Alby justru menoleh. Memastikan keberadaan Zora.
"Alby! Apa yang kau pikirkan!" Batin Alby. Setelahnya, ia kembali mengambil langkah dan keluar dari kamar Zora, menuju ruang makan.
Mama Renata, terus saja menatap Alby penuh tanda tanya.
Baru saja ia akan membuka mulut untuk bertanya, Alby lebih dulu memotongnya.
"Alby tahu, apa yang sedang Alby lakukan. Dan apa yang terbaik untuk Alby." Ucapnya.
"Tapi Alby.." Mama Renata semakin khawatir. Takut, Alby kembali ke dirinya yang dulu. Yang selalu meratukan Zora dan mengabaikan semua omongan Mama Renata.
"Ma, aku mohon! Aku sedang tak ingin berdebat." Sahut Alby.
Mama Renata, hanya bisa menghela nafas.
Begitulah Alby, jika ia sudah mengambil keputusan tak ada yang bisa mengubahnya lagi.
"Antarkan makanan ke kamar, Zora." Perintah Alby, pada pelayanan.
"Baik, Tuan." Para pelayan mengangguk patuh.
Mama Renata semakin geleng geleng kepala. Penasaran apa yang dilakukan Zora sehingga bisa membuat Alby kembali berubah. Padahal ingatannya masih belum pulih. Baru kemarin Mama Renata melihat sendiri bagaimana Alby mengacuhkan Zora, lalu sekarang? Ia bahkan seakan sudah bertekuk lutut kembali pada Zora.
"Alby berangkat dulu, Ma." Imbuh Alby, setelahnya langsung beranjak dari balik meja makan. Pun dengan Mama Renata, yang tak bisa tinggal diam. Ia juga bangkit dan bergegas menemui Zora.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yulisssss
Next thor 💪💪💪
2023-04-10
4
Siti khoirotul
ayolahhhh kakak...aku selalu menanti uppnya kakak
2023-04-08
3