Permainan Siapa?

Zora, membawa Alby dan Ara ke kediamannya. Lebih tepatnya rumah Alby yang telah berganti kepemilikan atas nama Zora.

"Silahkan masuk.." Zora mempersilahkan keduanya.

Alby tampak memperhatikan setiap sudut rumah itu, ia mencoba mengingat. Namun sayangnya, tak ada sedikitpun ingatan yang terlintas.

"Tolong antarkan Nona Ara ke kamar tamu." Perintah Zora pada salah seorang pelayan.

"Baik, Nyonya." Diiringi dengan anggukan kepalanya, pelayan wanita itu mempersilahkan Ara untuk mengikutinya.

"Sebaiknya kau juga istirahat sekarang." Imbuh Zora pada Alby.

Alby yang tadinya sedang membelakangi Zora, berbalik menghadap ke arahnya, lalu mengangguk patuh.

Zora berjalan mendahului, membawa Alby menuju ke kamarnya.

"Ini kamarmu." Zora hanya berdiri di ambang pintu setelah mempersilahkan Alby masuk ke dalam kamar. Alby kembali menoleh, "Kamarku?" Imbuhnya menggantung.

"Iya, kamarmu." Ujar Zora, mengulangi.

"Lantas, kita tidak tidur di kamar yang sama?" Tanya Alby, tampaknya ia sedikit bingung.

"Haruskah?"

Pertanyaan yang justru membuat Alby tambah bingung.

"Tentu saja, bukankah kita suami istri." Jawab Alby polos. "Jika tidak, lalu bagaimana..-" Kalimat Alby menggantung, dengan tatapan justru tertuju ke arah perut Zora.

Zora yang sudah berbalik menghadap ke arah Alby menatap pria itu dengan lekat. Alby tampak sangat berbeda dengan dirinya yang dulu,

"Apa lupa ingatan juga bisa mengubah prilaku seseorang?" Benak Zora, pasalnya hanya wajah dan tubuh mereka yang sama, sedangkan cara bicara, tatapan, gestur tubuh dan prilakunya sangat berbeda.

"Istirahatlah, kita mengobrol lagi nanti." Imbuh Zora sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.

Setelahnya, Zora kembali mengambil langkah dan keluar dari kamar Alby. Ia menghubungi Rein dan memintanya untuk memastikan identifikasi mayat yang dinyatakan sebagai Alby. Juga, Zora meminta semua karyawan perusahaan untuk sementara merahasiakan dulu kejadian ini dari keluarga besar Dareen. Dan Zora punya alasan tersendiri mengapa melakukan itu.

Selain itu Zora juga meminta Rein mencari Dokter terbaik untuk mengobati penyakit Alby ini.

Sedangkan di dalam kamar sana, Alby sedang mencoba mengingat ingat lagi semua kejadian yang telah di lupakan nya. Sayangnya, sekeras apapun ia mencoba, tetap saja tak berhasil.

Tak ada sedikitpun ingatan tentang Zora, keluarga ataupun masa lalunya.

"Mengapa aku tak bisa mengingat apapun!" Berang Alby sambil meremas kepalanya. Ia geram, rasanya ingin cepat cepat mengingat semuanya.

Apa yang dirasakannya kini sangat asing, perasaannya bahkan biasa saja saat kembali ke kehidupannya yang asli dan bertemu dengan istrinya

Sedangkan yang dirasakan Zora, ia tak henti - hentinya bersyukur. Kembalinya Alby dalam keadaan hidup, menjadi kebahagiaan yang tak dapat di ungkapkan Zora dengan kata - kata.

Kata 'Terimakasih' tak henti-hentinya di ucapkan dalam hati. Kepada Tuhan, yang telah mengatur segalanya.

*

Tok!Tok!

"Tuan, waktunya sarapan." Imbuh salah seorang pelayan, sepertinya ia sedikit kewalahan membangunkan Alby.

"Apa Tuan juga belum bangun?" Tanya Zora yang sudah tidak sabar menunggu di meja makan dan akhirnya memilih untuk memastikannya sendiri ke kamar Alby.

Si pelayan hanya menggeleng.

"Baiklah, kau boleh kembali." Perintah Zora, lalu mengetuk pintu kamar Alby seperti yang dilakukan pelayan itu sedari tadi.

"By, apa kau masih tidur? Aku akan masuk sekarang." Ujar Zora, lalu perlahan membuka pintu kamar Alby.

Bisa dilihat dengan jelas, Alby masih terbaring nyenyak di atas ranjangnya. Zora melangkah mendekat, lalu membangunkan Alby dengan jarak yang lebih dekat.

"By.." Zora menguncang pelan pundak Alby yang sedang tertidur tengkurap sambil memeluk guling.

"Alby!" Zora meninggikan sedikit suaranya, membuat Alby tersentak dari tidurnya.

"Ma-maaf aku.." Alby langsung beranjak dari tidurnya, sambil menahan rasa sakit di bagian yang masih terluka. Ia tampak gugup dan linglung.

Zora menghela napas pelan. "Cepat mandi dan bersiap, setelah sarapan kita harus kerumah sakit." Setelahnya, Zora kembali keluar dari kamar itu. Alby, hanya bisa memandang punggung Zora yang berlalu pergi.

Setelah mandi, Alby tercengang saat masuk kedalam walk-in closet. Semua barang yang ada disana terlihat mewah dan tersusun rapi. Mulai dari kemeja, jas, dasi, sepatu hingga aksesoris. Ia melangkah perlahan sambil memperhatikan semua barang barang yang terpampang disana, Alby justru bingung mana yang harus dikenakannya.

Zora kembali melirik ke jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ia memang selalu bangun terlambat." Imbuh Ara, yang sepertinya mengerti dengan ekspresi wajah yang ditunjukkan Zora.

Zora menoleh ke arah Ara, yang kini sedang duduk diruang makan bersamanya. Yang juga sedang menunggu kedatangan Alby.

"Benarkah?" Zora memastikan, sedangkan Alby yang dulu selalu bangun cepat. Bahkan Alby masih sempat berolah raga sebelum bersiap, sarapan dan berangkat ke kantor. Bagi Alby, waktu sangat berharga. Alby tidak akan menyia - nyiakan waktunya bahkan walaupun sedetik saja.

"Em.." Ara mengangguk, membenarkan pernyataannya barusan.

"Maaf, sudah membuat kalian menunggu lama." Suara itu dengan cepat mengalihkan pandangan Zora.

Dan kali ini, Zora kembali dibuat kaget, dengan penampilan Alby. Pun begitu dengan Rein, juga James.

Alby yang sebelumnya selalu mengenakan jas, kini justru berpakaian basic dengan T-shirt lengan pendek dipadu jeans.

"Kau akan keluar seperti itu?" Tanya Zora sambil melirik Alby dari kepala hingga ujung kaki.

Pakaian itu, biasanya hanya dikenakan Alby saat bersantai dirumah sewaktu weekend.

"Kenapa? Apa ada yang aneh?" Alby pun ikut melihat penampilannya sendiri.

"Ti-tidak," Zora sedikit terbata. "Ayo sarapan, kita hampir terlambat." Imbuh Zora akhirnya.

Alby yang tadinya masih berdiri pun, akhirnya ikut duduk dan memulai sarapan.

"Oh iya, ini james. Dia pengawal pribadimu." Ujar Zora kemudian.

Alby menoleh ke arah yang ditunjuk Zora. Ke arah James yang berdiri tak jauh dari meja makan. Lalu menganggukkan sedikit kepalanya ke arah James sambil tersenyum ramah. Ia terlalu sopan, hingga membuat James jadi salah tingkah sendiri.

"Aku kembali memanggil semua pengawalmu-" Kalimat Zora menggantung.

"Em.." Alby menjawab dengan cepat diikuti anggukan kepalanya sebelum kalimat yang di ucapkan Zora selesai. Lalu melanjutkan sarapannya. Walaupun ia tak mengerti, namun kini ia hanya mengikuti saja alurnya.

Kalimat menggantung Zora akhirnya tak lagi di lanjutkan. Zora, seakan kehabisan kata kata dengan tingkah yang ditunjukkan Alby kini.

*

"Tuan Alby Dareen, silahkan masuk ke ruang Dokter." Ujar perawat dengan ramah, setelah menunggu hasil dari CT Scan hampir 30 menit akhirnya hasil dari pemeriksaan Alby keluar juga.

Zora langsung bangkit dari kursi tunggu, meraih tangan Alby dengan lembut. Tatapan Rein langsung tertuju ke arah genggaman itu.

Alby berjalan beriringan bersama Zora, masuk kedalam ruang Dokter. Dan bersiap untuk mendengar hasil yang akan disampaikan oleh Dokter yang menurut Rein terbaik di kota itu.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" Zora tampak antusias.

"Tuan Alby mengalami Amnesia Traumatis atau Post Traumatik, itu diakibatkan karena cedera di bagian kepala." Ujar Dokter, setelah membaca hasil dari CT scan Alby. Juga setelah mendengar penjelasan dari Zora.

"Apa itu akan berlangsung lama?" Zora kembali bertanya setelah menghela nafas berat.

"Perbaikan pada amnesia biasanya dapat terjadi setelah 6-9 bulan. Pada kelainan tertentu amnesia tersebut bisa bersifat permanen/menetap."

"Apa? Permanen?" Zora tampak sedikit terkejut dengan pernyataan itu. "Lalu bagaimana cara mengobatinya, Dok?"

"Dalam beberapa kasus, amnesia dapat sembuh tanpa pengobatan medis. Namun jika berlangsung dalam waktu lama dan disertai dengan gangguan fisik atau mental, kami menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan psikoterapi untuk terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Untuk saat ini, belum ada obat medis yang tersedia untuk memulihkan ingatan yang hilang karena amnesia. Namun, mereka bisa diberikan perawatan dengan rutin meminum vitamin B1 atau mengonsumsi biji-bijian utuh dan kacang-kacangan." Dokter menjelaskan panjang lebar. Penjelasan itu membuat Zora menghela nafas lebih dalam, sambil mengalihkan pandangannya ke arah Alby. Yang tampak menyimak dengan begitu serius penjelasan Dokter tampa berkomentar sedikitpun.

"Lalu bagaimana dengan lukanya?" Zora kembali bertanya.

"Pasien hanya perlu perawatan jalan, karena lukanya sudah kering. Hanya perlu menunggu proses penyembuhannya saja. Tak ada infeksi, saya rasa perawatan lukanya cukup baik." Sekilas, Dokter itu sudah mengetahui dari Zora kalau sebelumnya Alby sempat diobati secara tradisional oleh seseorang

Next ✔️

Terpopuler

Comments

Putroe

Putroe

Simsalabim biiii ... 🤣🤣🤣🤣

2023-07-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!