___Kita memiliki orang-orang yang akan tetap mencintai kita walaupun kita sudah menghancurkannya sampai berkeping-keping\, dan orang-orang yang tetap akan membenci kita walaupun kita sudah menyuapinya dengan madu murni___
“Aku rasa, kau tidak perlu bersusah payah merawat suamiku,” Zora berjalan mendekat. “Aku masih bisa menjaganya!” Sambung Zora, lalu mempersilahkan Jessie untuk keluar dari ruangan itu.
“Aku dokter disini, jadi aku lebih tahu cara merawatnya. Bukankah kau sedang hamil? Lebih baik kau pulang dan istirahat dengan nyaman dirumah.” Jessie bersikeras.
“Setahuku, bukan hanya kau dokter dirumah sakit ini! Dan terimakasih untuk perhatiannya. Silahkan keluar, aku dan suamiku ingin beristirahat sekarang.” Imbuh Zora.
Sedangkan Alby, hanya tersenyum tipis melihat kedua wanita di hadapannya yang sedang beradu argument.
Jessie, menatap Zora geram. Lalu bangkit dari duduknya dengan kesal dan berniat meninggalkan ruang rawat Alby.
“Jessie..” Panggil Alby akhirnya, membuat Langkah Wanita itu terhenti. Sudut bibirnya terangkat, ini yang dia harapkan. Alby menahannya!
“Iya, Alby.” Jawab Jessie, setelah berbalik kembali menghadap ke arah Alby.
Sedangkan Zora, langsung menoleh ke arah Alby dengan kesal.
“Kotak makan siangmu, ketinggalan.” Ujar Alby.
“Ch!” Zora, menyeringai. Lalu menghela napas lega. Tenyata bukan untuk menahan Jessie tetap disana.
Ekspresi Jessie, kembali berubah kesal. Lalu melangkah mendekati nakas dan meraih kotak makan siangnya dengan kasar. Dan itu masih berat, ternyata Alby juga tak menyentuh makan siang yang diberikan Jessie untuknya. Setelahnya, Jessie langsung mengambil Langkah keluar dari ruang rawat Alby.
“Apa yang kau tertawakan? Ap itu lucu!” Sarkas Alby, dengan wajah datarnya. Lalu mengalihkan tatapannya ke arah Zora.
“Aku tidak tertawa, aku hanya menyeringai." Celetuk Zora.
"Bukankah itu sama saja!" Pungkas Alby.
"Tentu saja itu dua hal yang berbeda, tapi apapun itu aku senang kau tidak membela wanita lain di hadapanku.” Lanjut Zora, lalu berjalan mengunci pintu ruangan itu. Juga mematikan lampu utama, hanya lampu tidur yang di biarkan menyala. Setelahnya ia berjalan menuju sofa, menanggalkan pakaiannya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Alby, kaget ketika melihat Zora tiba - tiba justru membuka pakaiannya.
“Ganti pakaian.” Jawab Zora santai, lalu mengganti pakaiannya dengan lingerie sexy cosplay suster jepang.
Bola mata Alby membulat sempurna, melihat pemandangan di hadapannya. Ia bahkan sulit untuk berkedip. Zora begitu berani menggoda Alby, bahkan menggunakan cara se-extrem itu. Zora berjalan mendekati Alby, lalu mendekatkan wajahnya ke dekat telinga Alby.
“Bukankah peran ini, cocok dilakukan disini.” Bisik Zora, sedikit berdesah.
Membuat bulu roma Alby berdiri, Alby menelan salivanya. Tatapannya tertuju ke arah belahan Zora yang begitu menggoda.
Zora naik ke atas ranjang Alby, Lalu justru berbaring disamping Alby tanpa berbuat apa-apa.
“Ayo tidur, ini sudah larut.” Imbuh Zora, sambil memejamkan matanya.
“Ch! Apa kau gila?” Ujar Alby, pasalnya.. alih - alih tidur, justru ada yang bangun di bawah sana berkat ulah Zora. Alby jadi gelisah. Tentu saja, bagaimana bisa ia tidur dengan Zora disampingnya dalam keadaan seperti itu. Alby memperhatikan lekuk tubuh Zora, kaki dan paha mulusnya terpampang di hadapan Alby, terlebih belahan baju itu memperlihatkan hampir seluruhnya gunung kembar milik Zora yang seakan sedang menantang Alby kini.
Lagi lagi, Alby menelan salivanya kasar. Rasanya ingin melu mat ujung gunung itu.
“Zora!” Panggil Alby. Namun, tak ada jawaban. Zora masih tidur terlentang sambil memejamkan matanya.
Alby, kembali memperhatikan wajah Zora, pandangannya tertahan di bibir ranum Zora yang berwarna merah muda. Baiklah, tampaknya Alby benar benar sudah tak tahan, ia melu mat bibir Zora dengan lembut. Sudut bibir Zora sedikit terangkat, lalu membalas luma tan itu. Zora perlahan melingkarkan tangannya di leher Alby. Menikmati ciuma*man penuh gairah itu.
Sesaat kemudian, Alby melepaskan ciu*man itu. “Bisakah kau lepaskan ini.” Alby mengarahkan tangannya yang masih terinfus ke arah Zora. Zora tersenyum, “Tentu.” Jawab Zora. Lalu melepas infus dari tangan Alby. Permainan itu kembali di lanjutkan.
Aroma essential oil therapy dari Discover Cochine's White Jasmine & Gardenia Reed Diffusers begitu menenangkan. Tampaknya, Zora memang sudah merencanakannya sejak semula, sempat - sempatnya ia meletakkan essential oil therapy di dalam ruangan itu. Ditambah lagi belaian lembut dari tangan Alby yang membelai setiap jengkal tubuh Zora membuat Zora seakan melayang.
De*sah yang keluar dari mulut Zora terdengar sayup\, membuat Alby tersenyum. Ketika ia dengan sengaja meninggalkan tanda merah di leher jenjang Zora. Keduanya berakhir dengan des*ahan nafas yang tak beraturan dan peluh yang berjatuhan. Zora bahkan sampai tertidur nyenyak dalam pelukan Alby.
*
Saat Zora terbangun, dan perlahan membuka matanya. Pemandangan yang tak biasa didapatinya. Wajah teduh Alby yang sedang terlelap terpampang indah dihadapannya. Zora bisa dengan jelas melihat betapa lentiknya bulu mata Alby, alisnya yang tegas, kulitnya yang mulus, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang lembut. Ciptaan Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan, Zora!
"Jangan memandangku terlalu lama, atau kau akan semakin tergila - gila padaku." Imbuh Alby, yang menyadari tatapan Zora. Ia perlahan membuka matanya. Menatap netra Zora yang masih setia menatapnya.
"Kau sangat percaya diri." Zora terkekeh pelan.
Tok! Tok!
Suara ketuk pintu membuat keduanya langsung memasang wajah tegangnya. Bagaimana tidak, mereka berdua sedang telanjang bulat sekarang. Alby langsung turun dari ranjang. Lalu menutupi tubuh Zora dengan selimut. Ia meraih baju dan celananya yang tergeletak di atas lantai lalu mengenakannya.
Setelahnya, Alby membuka pintu ruang rawatnya.
Seorang perawat masuk, “Waktunya-“ Kalimatnya menggantung. Dengan tatapan tertuju ke arah tangan Alby yang sudah tak lagi terinfus. “Apa infusnya sudah dibuka?” Perawat itu mengalihkan pandangannya ke arah ranjang Alby, sedangkan disana justru Zora yang sedang tertidur. Ya, apa lagi yang bisa di lakukannya, rasanya canggung sekali. Zora hanya bisa pura - pura tertidur di atas ranjang itu sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Ya, infusnya sudah dibuka. Bukankah aku sudah boleh pulang hari ini.” Ujar Alby, akhirnya.
“I-iya, Anda sudah boleh pulang hari ini.” Perawat itu sedikit terbata, “Kalau begitu, saya permisi.” Lanjut si perawat setelah itu kembali keluar dari ruang rawat Alby. Alby, kembali mengunci pintu itu selepas perawat itu pergi.
“Kau boleh buka mata sekarang.” Sarkas Alby.
Zora, perlahan membuka matanya. Dan melihat hanya tinggal dirinya dengan Alby sekarang diruangan itu. “Hufft…” Zora menghela napas lega.
“Aku akan mandi.” Lanjut Alby, setelah itu beranjak masuk kedalam kamar mandi. Dan intonasinya, kembali menjadi datar.
*
Rein, tampak gelisah menunggu Zora pulang. Ia terus saja mondar mandir di depan rumah. Rasanya ia ingin sekali menyusul Zora kerumah sakit. Namun, dengan alasan apa ia datang menghampiri Zora?
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya James akhirnya, ketika melihat Rein tampak gelisah dan terus saja mondar mandir di hadapannya.
"Hah.." Langkah Rein terhenti, ia menoleh ke arah James yang sedang duduk tak jauh dari tempat ia berdiri. "Tidak ada." Bohongnya.
"Lalu, mengapa wajahmu tampak begitu gelisah. Dan untuk apa kau mondar mandir disana?" Tanya James.
"Mengapa Nona belum pulang juga ya!" Pertanyaan konyol itu keluar begitu saja dari mulut Rein.
Sontak James tertawa terbahak. "Tentu saja untuk merawat suaminya." Jawabnya spontan.
"Bukankah Nona dan Tuan tidak pernah akur selama ini." Lanjut Rein.
"Hei anak kecil.." Imbuh James sambil meletakkan tangannya di bahu Rein, setelah ia bangkit dan menghampiri Rein. "Cinta itu bisa muncul kapan saja tanpa kau duga. Siapa tahu kini Nyonya sudah mulai mencintai Tuan dan mulai menerima pernikahannya dengan lapang dada."
"Tidak mungkin!" Sahut Rein, membantah ucapan James dengan spontan.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini." James masih belum menyerah, meyakinkan Rein bahwa sepertinya hubungan antara Nyonya dan Tuan mulai akur.
Tapi semakin diyakinkan, semakin Rein tampak tambah gelisah.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Aisyah
Crazy up dong thor
2023-03-26
3