Seorang dokter wanita berjalan menghampiri Mama Renata dan Zora.
"Alby sudah mendapatkan penanganan dan sekarang baik - baik saja, Tante." Imbuh wanita itu, lalu membuka maskernya.
"Jessie.." Ujar Mama Renata, dengan mata terbelalak.
Jessie tersenyum, "Lama tak bertemu, Tante." Lanjut Jessie lagi.
Sedangkan Zora yang tadinya sedang berdiri disamping Mama Renata langsung mengambil langkah menuju bad Alby. Jessie, melirik ke arah Zora yang tampak asing dikeluarga Dareen.
"Dia, siapa Tante?" Tanya Jessie akhirnya.
Raut wajah Mama Renata langsung berubah kesal seketika sambil mengalihkan pandangannya ke arah Zora. "Istri Alby." Imbuh Mama Renata ketus.
"Istri?" Tampaknya, Jessie terkejut dengan pernyataan itu.
"Tapi hubungan mereka tak baik - baik saja, Tante pastikan mereka akan segera bercerai." Lanjut Mama Renata.
Jessie tampak mengernyitkan keningnya, lalu sekali lagi menoleh ke arah Zora.
Zora, terus saja memperhatikan Alby yang sedang terbaring disana. Dengan mata terpejam dan beberapa alat yang pasang ditubuh Alby. Sesekali Zora menoleh ke arah monitor ICU yang menunjukkan kondisi vital Alby seperti detak jantung, respirasi, saturasi, dan tekanan darah.
"Maaf, pasien akan di pindahkan ke kamar." Imbuh salah seorang perawat.
"Baik," Zora mengangguk, lalu menoleh ke arah Mama Renata. Dan ternyata, Mama Renata tak lagi berada disana. Entah kemana menghilangnya wanita paruh baya itu.
Zora berjalan mengikuti perawatan, menuju kamar pasien.
"Maaf, tapi mengapa pasien belum sadarkan diri ya.." Tanya Zora akhirnya, ia penasaran karena sebelumnya dokter wanita tadi mengatakan kondisi Alby baik - baik saja.
"Karena pasien masih berada dalam pengaruh alkohol." Jawab si perawat ramah.
Zora mengangguk anggukan kepalanya, tanda mengerti.
*
Beberapa saat kemudian, kamar Alby langsung di serbu oleh keluarga besar Dareen. Termasuk Mama Renata yang juga sudah berada di kamar itu.
Alby pun sudah sadar, ia hanya tersenyum canggung ke arah orang - orang yang sedang menunjukkan wajah khawatir mereka.
Alby melirik ke arah Zora yang sedang berada disamping bad nya, berdiri sambil memotong beberapa buah. Pandangan Alby diturunkan ke arah piyama yang dikenakan Zora. Piyama yang terbuat dari sutra itu sedikit tipis menurut Alby.
Alby meraih lengan Zora, dan menarik Zora agar mendekat dengannya disaat orang - orang sedang sibuk mengobrol. "Apa kau harus mengenakan piyama datang kesini." Bisik Alby sambil mengeratkan giginya.
Zora tersenyum dengan sudut bibirnya, "Asal kau tahu, aku yang paling panik di antara mereka semua. Lihat saja, mereka datang bahkan masih sempat memakai riasan full. Lipstik yang tebal, maskara menjuntai, eye shadow dan blush on yang rapi. Nilai sendiri saja." Balas Zora, ikut berbisik.
"Cepat pulang, kehadiran mu tak dibutuhkan disini." Sarkas Alby, sambil menghentakkan lengan Zora.
"Ch!" Zora sedikit terkekeh. Mengedarkan pandangannya, semua orang yang berada diruangan itu justru pada sibuk sendiri. Tak ada yang benar - benar perduli pada Alby.
Termasuk Mama Renata yang sedang heboh menceritakan sesuatu.
Tok!Tok!
Seseorang mengetuk pintu, lalu masuk.
"Jessie, kau sudah datang.." Mama Renata, dengan sumringah menyambut kedatangan Jessie.
"Maaf Tante, tadi ada pasien darurat." Imbuh Jessie. Tampaknya, kedua wanita itu sudah buat janji.
Sedangkan Alby, hanya memperhatikan dalam diamnya.
Dan yang lainnya, langsung menyambut Jessie dengan hangat.
Mama Renata, meraih tangan Jessie dan membawanya mendekati bad Alby.
"Alby, ini Jessie.. Kalian dulu sempat bertunangan, namun karena Jessie harus melanjutkan kuliah kedokterannya di luar negri hubungan kalian jadi LDR." Mama Renata menjelaskan.
Alby hanya melongo, pun begitu dengan Zora.
Jessie menggenggam tangan Alby, "Senang bisa bertemu dengan mu lagi, Alby. Aku sudah dengar tentang kecelakaan yang kau alami, hingga membuat mu amnesia." Ujar Jessie.
"Bukankah berarti hubungan mereka masih berstatus tunangan? Bukankah, Alby dan jessie tak pernah mengatakan kata putus." Sahut salah seorang yang berada didalam ruangan itu.
Entah ia sengaja atau tidak, yang jelas hati Zora langsung memanas seketika. Memang, kerabat Alby tak ada yang menyukai Zora. Mereka menganggap status Zora tidak sederajat dengan mereka.
Alby, menoleh sekilas ke arah Zora, lalu berdehem. Tampaknya ia bisa melihat raut marah diwajah Zora.
"Bukankah sudah aku katakan, sebaiknya kau pulang saja." Ujar Alby pada Zora.
"Iya benar, sebaiknya kau pulang saja Zora. Lagi pula disini sudah ada Jessie yang lebih mengerti caranya merawat Alby." Ujar salah seorang sepupu Alby. Setelah kalimat itu, mereka semua tertawa mengejek Zora.
Zora menghela napas, lalu mengarahkan pandangan ke arah sepupu Alby itu. "Tentu saja ia harus merawat Alby dengan baik, karena aku sudah membayar dengan mahal untuk semua perawatannya!" Sarkas Zora, membuat si sepupu kesal dan bungkam.
Walaupun begitu, ujung ujungnya tetap saja Zora yang harus mengalah.
"Kau akan pulang sekarang?" Ujar Rein, yang langsung menghampiri Zora ketika melihat Zora keluar dari rumah sakit.
Zora berjalan dengan tatapan kosong dan pikirannya melayang entah kemana.
Setelah tersadar, Zora menoleh ke arah sumber suara, "Rein, mengapa kau disini?" Tanya Zora, karena seingatnya, ia pergi ke ruamh sakit bersama James.
"Tentu saja untuk menjemput mu. Ayo!" Ajak Rein, lalu meraih tangan Zora dan membawanya ke mobil. Zora langsung menarik tangannya, agar terlepas dari genggaman Rein.
"Banyak orang disini." Imbuh Zora.
Tampaknya, Rein semakin berani sekarang. "Yang penting Alby tak melihatnya." Rein kembali meraih tangan Zora.
"Aku bisa jalan sendiri, Rein." Tolak Zora, yang tak mengizinkan Rein menggenggam tangannya.
"Baiklah .. Baiklah .." Rein menyerah, lalu mempersilahkan Zora untuk berjalan terlebih dulu.
*
Alby, justru merasa hampa setelah kepergian Zora. Walaupun semuanya mencoba untuk menghiburnya, entah mengapa ia justru tak bisa tersenyum.
Alby, menatap cukup lama ke arah Jessie yang sedang begitu menikmati obrolannya dengan keluarga besar Dareen. Tanpa canggung, karena Jessie sebelumnya sudah sempat dekat dan begitu di terima di keluarga besar Dareen.
Namun, tak ada apapun yang dirasakan Alby. Berbeda ketika ia menatap netra Zora.
"Jessie," Panggil Alby kemudian.
Jessie langsung menoleh, "Iya, Alby.." Jawabnya, dengan senyuman merekah di bibirnya.
"Bukankah sebaiknya kau pulang sekarang, ini sudah sangat larut. Bukankah kau butuh istirahat." Pengusiran secara halus.
"Iya, lagi pula besok bukannya kau harus bekerja." Ada saja yang menyahut.
"Kalian juga, sebaiknya pulang saja. Bukankah aku juga butuh istirahat." Sarkas Alby. "Mama juga, tidur dirumah akan lebih nyaman. Lagi pula disini banyak perawat yang bisa aku panggil kapan saja." Lanjut Alby.
Yang akhirnya, membuat ruangan itu menjadi sepi beberapa saat kemudian.
Sedangkan Zora, masih berada didalam mobil. Di area parkir, merebahkan jok mobil dan beristirahat sebentar.
"Kau yakin tak mau pulang? Dan tetap berada disini?" Tanya Rein sekali lagi untuk memastikan.
"Em..." Jawab Zora dengan mata terpejam.
Seakan sudah bisa menebaknya, semuanya pasti akan meninggalkan Alby seorang diri disana.
Setelah memastikan semua orang sudah meninggalkan area rumah sakit, Zora turun dari mobil. Dan kembali ke kamar Alby.
Alby yang baru saja akan memejamkan matanya kembali terbelalak, "Mengapa kau masih ada disini!" Sarkas Alby.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Amalia Khaer
kasihan Alby.
2023-03-22
3