Rapat kembali dilanjutkan.
Zora menyadari, apa yang di bahas tak sesuai dengan judul rapat.
"Jadi, rapat ini berubah menjadi pemungutan suara?" Zora mulai bersuara.
Para pemegang saham mulai berdehem dan saling berbisik.
"Tentu saja! Semua yang berada disini sudah setuju. Bahwa Alby akan kembali pada posisinya, menjadi CEO." Seloroh Mama Renata yang bergebu.
Zora mengalihkan pandangannya, tersenyum sinis lalu bangkit dari duduknya.
Ia berjalan mendekati meja rapat. "Tak masalah!" Imbuh Zora akhirnya. Lalu menatap tajam ke arah Mama Renata, "Tapi jangan lupa, perusahaan ini tetap milikku." Sarkas Zora.
Spontan Mama Renata langsung naik darah, "Dasar! Kau..!" Tunjuk Mama Renata dengan penuh emosi, Mama Renata bahkan sampai bangkit dari duduknya.
Tatapan Alby juga langsung tertuju pada Zora. Ia tak menyangka ternyata Zora wanita dengan watak sekeras itu.
"Silahkan lanjutkan rapat kalian." Zora berjalan meninggalkan ruang rapat. Membanting pintu dengan cukup keras.
Zora bukan marah karena ingin memperebutkan jabatan ataupun perusahaan. Ia hanya kesal pada Alby, mengapa harus lupa ingatan setelah memberikan seluruhnya pada Zora. Dan kini, Zora harus menanggung beban itu seorang diri.
Ketika orang - orang mulai menatapnya sinis, dan mulai percaya omongan buruk Mama Renata.
*
Alby kembali sangat larut, Zora bahkan sudah tertidur.
Karena masih terganggu dengan pikirannya, Alby merasa butuh ruang untuk menetralkan perasaannya. Ia butuh sesuatu untuk melampiaskan amarahnya atau apapun itu.
Alby, meminta pelayan membawakannya beberapa minuman keras. Rasanya, itu yang paling ia butuhkan untuk saat ini.
Baru saja akan meneguk minumannya, Zora muncul dan menarik botol Vodka itu dari tangan Alby. Entah sejak kapan Zora terbangun dari tidurnya dan tiba - tiba saja sudah muncul disana.
"Apa tak cukup hanya dengan hilang ingatan? Apa kau juga akan menghilangkan nyawamu?" Bentak Zora kesal.
"Bukan urusanmu!" Alby, kembali ingin meraih botol minuman yang di rebut Zora, namun Zora lebih cepat mengelaknya. Lalu melemparnya ke sembarang tempat hingga membuat botol itu pecah berhamburan.
"Apa yang kau lakukan, Zora!" Kini, justru Alby yang di buat kesal.
"Untuk menyelamatkan diriku sendiri! Aku butuh ingatan mu kembali dan kau mengingat semuanya, By! Tentang bagaimana kau mencumbuku hingga membuatku hamil, lalu bagaimana kau punya pemikiran untuk menyerahkan semua asetmu padaku." Zora, dengan linangan air matanya, mencoba membuat Alby mengerti, bukan ia dalang dari semuanya.
"Omong kosong!" Diiringi dengan kekehannya. Alby tersenyum sinis, membuat air mata Zora berhasil menetes akhirnya.
Jantung Alby berdegup, ketika air mata itu jatuh dari pelupuk mata Zora. Namun, ia tak mau mengakuinya. Bahwa ia juga sakit ketika membentak Zora dan membuat air mata itu jatuh.
Zora terdiam beberapa saat, menatap dalam netra Alby. Mencari celah, masihkah ia bertahta di hati Alby.
"Aku mencintaimu, By!" Pengakuan tiba - tiba itu membuat Alby sontak melebarkan kornea matanya.
"Coba ulangi lagi." Ujar Alby, yang padahal sudah dengan jelas mendengar apa yang di katakan Zora barusan.
"Aku mencintaimu!" Ulang Zora.
"Tidak, kau sama sekali tidak mencintai ku." Alby berdalih dengan sudut bibir sedikit terangkat.
"Aku-"
"Hentikan.." Sela Alby cepat.
"Jelas jelas aku mencintaimu." Zora bersikeras.
"Saat jantung seseorang berdebar, maka area tegmental ventral dan area nukleus kaudatus akan teraktifkan. Hasil dari tes pencintraan fungsi otak inframerah menunjukkan bahwa saat kau bilang menyukaiku akan bereaksi, beberapa area otak ini sama sekali tidak bereaksi. Jadi itu artinya kau sama sekali tidak menyukaiku." Imbuh Alby, yang justru membuat Zora bingung.
"Bagaimana bisa kau menganalisisnya seperti itu. Aku sendiri sangat yakin kalau aku menyukaimu. Jelas jelas saat melihatmu hatiku berdebar dan berdetak cepat." Zora tak mau kalah.
"Ada banyak alasan kenapa detak jantung berdetak cepat. Tekanan, kecemasan, kurang tidur, minuman perangsang, semuanya bisa menyebabkan detak jantung berdetak cepat." Lanjut Alby.
"Wajahku memerah saat melihatmu." Zora masih belum menyerah. "Aku juga memimpikan mu saat tidur dimalam hari."
"Wajahmu memerah mungkin karena punya penyakit tulang leher. Pergeseran tulang leher merangsang saraf simpatik dan membuat pembuluh darah kapiler di wajah membesar." Ucap Alby datar "Bermimpi?" Imbuh Alby menggantung. "Penyebab nya lebih banyak." Lanjut Alby.
"Lalu bagaimana kau ingin aku membuktikan bahwa aku benar benar mencintaimu?"
"Mungkin dengan eksperimen!" Sahut Alby asal.
"Dengan eksperimen? Apa itu bisa membuktikan kalau aku menyukaimu?" Tanya Zora tampak polos.
Alby terkekeh, lalu menunduk. Obrolan panjang lebar itu tampaknya membuat ia sesaat lupa bahwa kini seharusnya ia membenci wanita yang sedang berada di hadapannya. bukan justru beradu argumen tak jelas.
"Apa kau benar benar lupa ingatan?" Tanya Zora akhirnya, membuat bibir Alby yang sedang tersenyum di balik wajahnya yang tertunduk kembali memudar. Lalu mendongakkan wajahnya ke arah Zora. Dan kembali menatapnya datar.
*
_Ternyata manusia tidak boleh menginjak awan\, ketika uap air menghilang maka akan terjatuh begitu saja dari angkasa ilusi\, ke tanah yang dingin dan nyata_
Zora kembali ke kamarnya, menutup pintu kamar dengan perlahan. Lalu berjalan menuju tempat tidur dan berbaring di atas ranjangnya. Sedangkan otaknya tak berhenti berfikir, cara apa lagi yang harus ia gunakan untuk membuat Alby percaya padanya.
Zora menghela nafas, lalu meletakkan tangan di atas perutnya. Membuat ia tersadar, ada janin di dalam perutnya yang membutuhkan dirinya kini.
"Maaf kan Mama," Lirih Zora, lalu mengelus perutnya. "Mama tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Maaf telah menyertakan mu dalam masalah ini. Apa seharusnya kita pergi saja? Hidup damai di bagian belahan bumi yang berbeda dari Papamu." Celetuk Zora.
Sedangkan di tempat semula, Alby yang tak mengindahkan larangan Zora mulai meneguk minumannya. Yang akhirnya membuat kepalanya terasa begitu sakit setelah menghabiskan satu botol Vodka.
Alby berniat bangkit dari duduknya, namun hal yang selanjutnya terjadi adalah. Gelap! Alby tak sadarkan diri dan tersungkur di lantai.
Untung saja, bodyguard yang ditugaskan oleh Alby untuk berjaga di depan pintu kamar agar Zora tak lagi bisa masuk kedalam kamarnya dan mengganggunya, mendengar suara benturan. Membuat bodyguard itu langsung mengecek kedalam kamar Alby.
Alby di larikan kerumah sakit, dan Zora adalah orang yang paling panik. Masih mengenakan piyamanya, ia membantu para perawat mendorong bad pasien menuju UGD. Alby segera di tangani, Sedangkan Zora menunggu dengan gelisah.
Tak butuh waktu lama, hingga Mama Renata mengetahui tentang kabar itu. Tak lama berselang, Mama Renata tiba dirumah sakit dan langsung menghadang Zora.
"Anakku selalu sial jika berada didekatmu!" Bentak Mama Renata. Ia tak perduli dengan orang - orang yang melihat ke arahnya.
Pun begitu dengan Zora, yang juga tak memperdulikan bentakan Mama Renata, Zora bahkan tak menoleh ke arah Mama Renata yang berdiri disampingnya.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Amalia Khaer
lgi seru2nya membca, lupa klo ceritanya msih on going. semangat ya thor nulisnya.
2023-03-21
3
Amalia Khaer
malah aq yg nyesek 💔💔😂
2023-03-21
3