Terenyuh dan Sakit

"Alby.." Imbuh Jessie, yang baru tiba disana. Ia datang, karena Alby memintanya.

Zora menoleh, ke arah Jessie. Yang sedang menatap bingung ke arah dirinya dan Alby.

"Kau sudah datang," Ujar Alby, lalu meraih jasnya yang tergeletak di atas sofa. "Sebaiknya kita ketempat lain saja, tempat ini sudah berantakan." Sarkas Alby, lalu meraih pergelangan Jessie tepat di hadapan Zora.

Dada Zora langsung kembang kempis melihat pemandangan itu, darahnya terasa mendidih.

"Arggg..." Berang Zora, lalu menghamburkan botol minuman yang berada di atas meja tepat disamping ia berdiri.

Sedangkan Alby, membawa Jessie keruangan yang berbeda, lalu menyuruh James menjaga pintu dengan ketat agar Zora tak masuk kedalam sana.

"Ada apa?" Tanya Jessie akhirnya.

"Bagaimana caranya agar ingatanku bisa segera kembali." Imbuh Alby, dengan raut wajah seriusnya.

Jessie justru tertawa, "Jika kau ingin itu, datang kerumah sakit. Bukan justru ke tempat seperti ini."

"Aku sangat benci tempat itu." Pungkas Alby.

"Jadi, kau memintaku datang kesini. Hanya untuk bertanya tentang itu?" Jessie memastikan.

"Iya!" Jawab Alby datar.

Jessie, memutar bola matanya malas. Ternyata tak sesuai dengan ekspetasinya.

"Baiklah, aku akan membantumu. Membuat ingatanmu segera kembali." Tampaknya, Jessie menjadikan momen itu untuk kembali dekat dengan Alby.

Tak masalah jika kali ini tak sesuai ekspetasinya, namun setelah ini ia akan membuat keadaannya melebihi ekspetasinya.

Zora, berjalan menghampiri James.

Saat melihat Zora, James langsung berdiri sigap untuk berjaga agar Zora tak menerobos masuk.

"Pastikan dia tidak meneguk alkohol." Imbuh Zora, setelahnya kembali melangkah meninggalkan James, dan keluar dari club.

Zora, kembali dalam keadaan putus asa. Sedangkan Rein, sudah menunggunya sedari tadi.

"Kau tak berhasil?" Tanya Rein, yang sudah menduganya.

Zora hanya menggeleng lemas.

"Kau menyerah saja." Sarkas Rein akhirnya.

Zora justru terkekeh, dengan senyuman kecut. "Ya, aku pasti akan melakukannya. Namun, tidak untuk sekarang."

"Lalu kapan? Sampai kapan kau akan menerima semua perbuatan kasarnya?" Tanya Rein, yang sudah begitu geram dengan perlakuan Alby pada Zora.

"Sampai ia percaya bahwa anak yang aku kandung adalah anaknya dan aku tidak pernah berniat merebut hartanya." Lirih Zora, dengan keyakinan setipis tissue. Kendati pun begitu, walau harapannya sangat tipis, namun Zora akan tetap mencoba meyakin Alby.

Seburuk apa pun kemungkinannya dan perlakuan seperti apa lagi yang akan diterimanya. Zora, tak ingin dikenang sebagai orang jahat dalam hidup Alby.

*

Zora kembali kekamarnya, lalu memilih menghubungi ibunya.

"Bu, maaf. Tampaknya hari ini Zora tak bisa menemani ibu dirumah sakit." Lirih Zora, menyesal.

"Tak apa, Nak. Lagi pula sudah seharusnya kau berada dirumah. Mengurus suamimu. Wanita, setelah menikah. Sepenuhnya milik suaminya." Ibu Amy, mencoba meyakinkan Zora. Bahwa apa yang ia lakukan sudah benar.

"Tapi, Bu.. Aku-" Zora terbata, dadanya terasa sesak. Ia tak dapat melanjutkan kalimatnya.

"Sudah, tak apa. Lagi pula disini ada Lauren yang menemani ibu." Sela Ibu Amy.

"Tapi dia tak pernah memperlakukan ibu dengan baik." Sahut Zora.

"Ssttt ... Jangan bicara begitu."

"Bu..." Panggil Zora.

"Iya, anakku.." Jawab Ibu Amy lembut.

"Kau tahu, kau wanita beruntung. Bisa memiliki suami sebaik Ayah." Ucap Zora akhirnya.

Membuat Ibu Amy terkekeh pelan. "Lantas kau tidak? Bukankah kau lebih beruntung, memiliki suami seperti Alby. Ibu masih ingat bagaimana dulu ia begitu berusaha untuk menjadikanmu istrinya." Kenang Ibu Amy.

Ya, itu dulu. Tapi sekarang semuanya berbeda. Zora, bukan lagi ratu didalam hati Alby.

Entah, di dalam hati yang dulunya begitu menggilai Zora. Masihkah Zora bertahta didalam sana.

Tak ada yang dapat memastikannya, termasuk pemilik hati itu sendiri.

Ya, Alby bahkan kini ragu. Dan berbalik membenci wanita yang telah dengan susah payah ia perjuangkan dulu.

"Zora..." Panggil Ibu Amy, ketika tak ada lagi suara dari seberang sana.

"Emm, iya bu." Jawab Zora, yang kembali dari lamunannya.

"Sebaiknya kau istirahat sekarang, ibu perhatikan kau bahkan tidak tidur nyenyak saat berada dirumah sakit beberapa hari ini. Pikirkan juga tentang kesehatan mu, tentang bayi yang kau kandung." Ujar Ibu Amy.

"Iya, Bu. Ibu juga, jaga kesehatan ibu." Balas Zora, setelahnya panggilan itu berakhir.

Zora memandang layar ponselnya, sesaat kemudian air matanya terjatuh.

Ingatannya kembali tertuju pada Alby, Zora tak menyangka Alby sebegitu tak percayanya pada dirinya. Bahkan sampai menuduh Rein sebagai Ayah dari bayi yang ia kandung.

Amarah Alby tadi masih terngiang dengan jelas di benak Zora.

"Dari mana, pemikiran itu bisa muncul di otak mu, Alby!" Gumam Zora.

Lalu menyeka air matanya kasar.

Zora, mencoba berfikir keras, cara seperti apa lagi yang harus ia pakai untuk meyakinkan Alby.

Sedangkan di luar sana, Mama Renata sedang heboh berteriak teriak memanggil pelayan.

Membuat Zora lagi dan lagi harus menghela napas, semenjak mertuanya itu memutuskan untuk tinggal dirumah itu, rumah itu tak lagi pernah tenang.

Ada saja yang ia lakukan untuk membuat Zora geram.

Zora menyeka kasar air matanya, lalu bangkit dari duduknya, memilih menemui mertuanya itu.

"Ada apa, Ma." Tanya Zora, pada mertuanya yang sedang merepeti para pelayan.

"Apa aku memanggil mu?" Tanya Mama Renata, sambil melirik dengan ujung matanya.

"Untuk apa Mama mengumpulkan mereka semua disini? Ini waktunya mereka istirahat." Bela Zora.

"Istirahat katamu?" Mama Renata terkekeh pelan. "Karena peraturan konyol mu itu, akhirnya mereka jadi malas. Dan pekerjaan mereka tidak becus! Akhirnya, anakku hanya sia - sia membayar mereka mahal."

"Jika tak suka peraturan dirumah ini, dan cara kerja mereka. Mama boleh tinggalkan rumah ini." Sarkas Zora tegas.

"Berani sekali kau!" Murka Mama Renata, lalu menampar Zora.

Zora menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit sekaligus amarahnya.

"Jangan lupa, rumah ini dan seluruh isinya.. atas namaku!" Ucap Zora, membuat emosi Mama Renata semakin mendidih. Dan akhirnya, ia menyerah. Memilih meninggalkan ruangan itu lalu masuk ke kamarnya.

"Nyonya, kau tak apa?" Tanya salah seorang pelayan, yang merasa kasian pada Zora.

"Tak apa," Zora masih mencoba tersenyum dihadapan mereka. "Sebaiknya kalian lanjutkan istirahat kalian." Ujar Zora.

Dirumah itu, Zora memang membuat peraturan. Diwajibkan bagi semua pelayan dan pekerja untuk istirahat selama 2 jam selepas siang menjelang sore. Kecuali, para bodyguard yang memang sudah memiliki shift masing masing.

Saat berbalik, dan berniat kembali ke kamarnya. Alby, justru sudah berada di belakangnya.

"Alby..." Lirih Zora, dengan ekspresi terkejut dan berharap Alby tak mendengar kalimat lancangnya pada Mama Renata tadi.

Alby, hanya menatapnya tajam. Lirikan matanya teralihkan ke arah pipi Zora yang merah. Namun, tak ada pertanyaan apapun yang keluar dari sana. Alby kembali melangkah, melewati Zora dan menuju ke ruang kerja.

Sedangkan Zora, hanya bisa menatap punggung Alby. Sikapnya yang dingin membuat Zora semakin terenyuh dan sakit.

Next ✔️

Terpopuler

Comments

Amalia Khaer

Amalia Khaer

cecar dia james. agk jengkel juga liat si Rein ini.

2023-04-02

4

wifasha

wifasha

𝚋𝚐𝚞𝚜 𝚝𝚑𝚘𝚛,𝚜𝚞𝚔𝚊

2023-04-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!