Mengapa Bisa Terjadi?

"Selamat pagi sayang.." Sapa Alby, lalu melingkarkan pelukannya dari belakang, Walaupun tampak canggung Alby tetap melakukannya, bukankah itu hal yang wajar dilakukan sepasang suami istri. Walau perasaannya pada Zora tak sepenuhnya kembali. Alby berusaha menjadi sosok suami yang baik bagi istri yang sedang mengandung anaknya. Begitulah pikirnya!

"Ini bukan lagi pagi, tapi hampir siang." Keluh Zora, ketika lagi dan lagi Alby bangun kesiangan.

Keduanya, menikmati angin yang berhembus di balkon kamar, Zora kembali menyeruput kopi yang berada di tangannya.

Tampaknya ada sesuatu yang mengganggu Zora, ia sudah termenung sedari tadi disana.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Alby sambil berdagu di pundak Zora.

"Tidak ada.." Jawabannya sedikit tak sesuai, karena ia terlebih dulu menghela napas dalam sebelum menjawab pertanyaan Alby.

Tok!Tok!

Keduanya, menoleh ke arah pintu yang baru saja di ketuk seseorang.

"Sebentar.." Imbuh Zora, lalu melepaskan diri dari pelukan Alby. Ia berjalan menuju pintu kamar untuk membukanya.

"Nyonya, ada tamu." Imbuh pelayan wanita, yang tadi mengetuk pintu.

"Siapa?" Zora tampak penasaran. Karna sebelumnya tamu yang datang selalu buat janji dulu dengannya.

"Mamanya, Tuan Alby." Imbuh si pelayan, yang akhirnya membuat Alby langsung menoleh.

*

Zora dan Alby turun ke lantai utama untuk menemui Mama Renata.

Kebahagiaan yang kini sedang dirasakan Zora tampaknya tak berlangsung lama. Kini, ia harus mempersiapkan diri dengan apapun yang terjadi.

Mama Renata langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Alby erat. Tangisnya tak lagi dapat ditahannya, ia langsung kembali dari luar negri setelah mendapatkan kabar tentang Alby.

"Mama tak menyangka, ternyata kau masih hidup sayang." Lirih Mama Renata.

Genggaman tangan Alby perlahan terlepas dari tangan Zora. Alby membalas pelukan wanita paruh baya yang kini sedang menangis dalam pelukannya.

Setelah puas menangis, Mama Renata melepaskan pelukannya. Matanya beralih menatap Zora dengan tajam, wajahnya tampak emosi dan marah. Sesaat kemudian, sebuah tamparan melayang diwajah mulus Zora dengan keras. Membuat wajah wanita cantik itu berpaling dan memerah seketika.

"Ma.." Lirih Alby, yang terkejut dengan apa yang dilakukan Mamanya.

"Sampai kapan kau berniat merahasiakan ini, Zora!" Bentak Mama Renata.

Alby kembali di buat bingung. Ia mengernyitkan keningnya, "Apa maksud Mama? Bukankah Zora-" Kalimat Alby menggantung.

"Kau tahu, gadis ini berencana merahasiakan kembalinya kau dari keluarga besar Dareen. Dia sangat licik Alby-"

"By, aku bisa jelasin." Sela Zora, ia menggenggam lengan Alby dengan kuat.

Alby menoleh ke arahnya, menatap Zora yang tampak panik.

Kekacauan ini membuat Alby sakit kepala, ada beberapa memory yang terlintas dalam ingatannya.

Tentang bagaimana Alby mencengkram rahang Zora, bagaimana Alby membentak dan memperlakukan Zora dengan kasar.

"By, kau tak apa!" Tanya Zora ketika melihat Alby menggeleng gelengkan kepalanya dan memejamkan matanya. Ekspresi wajahnya tampak kesakitan.

"Sayang, kau baik baik saja." Mama Renata pun ikut panik.

Alby, kembali menatap Zora dalam. "Bisa kau tinggalkan aku dengan Mama ku sekarang." Imbuh Alby, datar!

"Alby, aku-" Zora tampak berat untuk menurutinya. Tentu saja ia punya firasat buruk tentang itu.

"Tinggalkan aku, kataku!" Suara Alby sedikit meninggi.

Zora tak punya pilihan, selain menuruti keinginan Alby.

"Baik! Tapi asal kau tahu, tak semua yang dikatakan Mama mu itu benar!" Imbuh Zora, sambil mengalihkan pandangannya ke arah Mama Renata dan menatapnya tajam.

Zora melangkah, pergi meninggalkan keduanya di ruang tengah.

Ia benar-benar gelisah menunggu didalam kamar. Yang jelas, apapun yang dikatakan oleh Mama Renata akan berdampak buruk untuk hubungannya dengan Alby.

Ia terus saja mondar mandir, menunggu Alby dengan perasaan yang terus menerka nerka.

Hampir satu jam, Alby tak kunjung datang menemui Zora.

"Tidak! Aku tidak mungkin terus menunggu disini." Gumam Zora dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar.

Namun tak ada sosok yang ia cari disana, hanya ada beberapa pelayanan di ruang tengah.

"Dimana Alby?" Tanya Zora.

"Sudah keluar dengan Mamanya, Nyonya." Sahut salah seorang pelayan.

Sontak itu semakin membuat Zora semakin gelisah.

"Apa yang kau takuti?" Suara itu mengalihkan Zora.

Rein, muncul entah dari mana, datang menghampiri Zora.

"Tentu saja jika Alby kembali menjadi dirinya yang dulu." Jawab Zora, begitu gelisah sehingga menggigit bibir bawahnya berulang kali.

Rein justru terkekeh, "Lagi pula apa yang bisa ia lakukan kini, semuanya berada di tanganmu sekarang!"

Zora menoleh, menatap Rein beberapa saat.

"Kau tak akan mengerti, Rein. Dan tidak akan pernah mengerti." Imbuh Zora, lalu beranjak dari sana meninggalkan Rein.

Rein berbalik, menatap Zora yang berjalan semakin jauh. "Apa yang tidak aku mengerti Zora? Aku sangat mengerti, lebih dari yang kau tahu!" Pungkas Rein.

*

Alby kembali, hampir tengah malam. Zora yang sedari tadi menunggunya disofa ruang tamu langsung berlari memeluk Alby erat.

"Aku bersyukur akhirnya kau kembali, Alby." Lirih Zora, merasa lega.

Alby sempat terdiam, bak patung. Ia tak membalas pelukan Zora. Justru malah melepaskan pelukan itu perlahan.

"Tentu saja aku harus kembali, Zora!" Ucapnya penuh penekanan.

Netra Zora menatap penuh tanda tanya, ke arah netra Alby yang menatapnya dengan tatapan berbeda.

"Apa, yang Mamamu katakan?" Tanya Zora dengan hati hati

Alby tersenyum, dengan sebelah sudut bibirnya yang sedikit tertarik ke atas. "Hemmm, tak banyak. Hanya beberapa yang dirasa penting. Selebihnya kami hanya melepas rindu sebatas ibu dan anak yang berniat dipisahkan oleh seseorang." Ucap Alby sambil beranjak dari sana dan meninggalkan Zora.

"Maksud mu, Aku!" Zora mengikuti langkah Alby.

Alby tak menjawab, ia terus berjalan mengacuhkan Zora.

"Alby, aku sedang bicara dengamu!" Zora menarik lengan Alby, untuk menghentikan langkahnya.

"Aku mendengarkannya." Jawab Alby datar.

"Lalu mengapa tak menjawab? Kau pikir aku berniat memisahkan kau dari keluargamu!"

"Lantas tak begitu? Lalu mengapa kau selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali aku bertanya tentang keluarga ku! Bukankah kau yang tak ingin lagi bahas tentang masa lalu, karena ada sesuatu yang sengaja kau sembunyikan!" Bentak Alby, ia tampak emosi kini.

Zora mengernyitkan keningnya. "Apa memang yang bisa aku sembunyikan darimu!" Balas Zora.

"Banyak, Zora." Jawab Alby, sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mengeratkan giginya. Sedangkan matanya mulai berkaca-kaca sekarang.

"Salah satunya?" Desak Zora.

"Kau juga pasti sudah tahu tanpa aku beritahu." Elak Alby, lalu berniat meninggalkan perdebatan itu.

Zora kembali menarik lengan Alby, "Katakan, apa!" Sarkas Zora dengan nada tinggi.

"Mulai dari bayi yang kau kandung bukan anakku, hingga bagaimana caranya kau memanipulasi semua dokumen hingga seakan akan aku mewariskan semua hartaku padamu!" Pungkas Alby dengan nada tak kalah tinggi.

Zora menganga, lalu terkekeh tak percaya.

"Bayi yang aku kandung, jelas anakmu! Sedangkan bagaimana caranya semua hartamu bisa diwariskan padaku juga hanya kau yang tahu!" Lirih Zora.

Next ✔️

Terpopuler

Comments

Putroe

Putroe

gini kan enak

2023-07-31

1

Herli Lina

Herli Lina

l

2023-05-01

4

Aja Nisa

Aja Nisa

kayaknya panggilan By, panggilan khusus dri zora

2023-04-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!