Memilih Menyerah

Hari hari berikutnya, Jessie seperti memiliki askses sendiri untuk masuk kedalam kediaman Alby. Ia, begitu leluasa untuk menemui Alby kapanpun yang ia inginkan.

Misalnya, seperti pagi ini. Entah sejak kapan ia tiba. Saat Zora turun ke ruang makan, kursinya telah ditempati oleh Jessie.

"Maaf, itu kursi ku!" Imbuh Zora, berdiri di tengah - tengah antara Jessie dan Alby.

"Masih banyak kursi kosong yang lain, yang bisa kau tempati." Sahut Mama Renata, yang juga sedang menikmati sarapannya bersama Alby dan juga Jessie. Sedangkan Alby, sama sekali tak memperdulikan Zora, ia seakan menganggap Zora sama sekali tak ada.

"Cepat habiskan sarapanmu, aku akan mengantarmu ke rumah sakit." Ujar Alby pada Jessie, dan benar - benar mengabaikan Zora.

Zora, dengan geram melangkah ke kursi paling ujung. Lalu duduk sambil terus memperhatikan orang - orang yang kini sedang berada dihadapannya dan seolah sedang menertawakannya.

Di hadapan Alby, tak ada satu pelayan pun yang berani melayani Zora. Kini, Zora hanya duduk disana tampa disuguhi piring atau makanan. Zora hanya menatap Alby dengan bola mata yang memerah.

"Aku sudah selesai." Ujar Jessie, lalu setelahnya. Ia dan Alby bangkit dari duduk mereka.

"Ma, kami berangkat dulu." Ucap Alby, lalu beranjak dari sana.

"Bye Tante.." Jessie, meraih tasnya. Lalu mengikuti Alby setelah melempar senyum pada Mama Renata.

"Bye sayang.." Balas Mama Renata, membuat Zora semakin muak dengan pemandangan itu.

"Alangkah baiknya, jika Alby menikahi gadis sebaik Jessie." Gumam Mama Renata, sengaja memperdengarkannya pada Zora.

Namun, Zora memilih untuk mengabaikan kalimat itu, ia tahu Mama Renata pasti sedang memancing - mancingnya agar marah. Lalu setelahnya, ia akan mengadu pada Alby seperti anak kecil.

Mama Renata yang juga sudah selesai sarapan pun ikut beranjak dari meja makan. Meninggalkan Zora seorang diri disana.

"Sejak kapan wanita itu berada disini?" Tanya Zora, pada pelayan, yang akhirnya baru berani meletakkan piring di hadapan Zora.

"Sejak semalam Nyonya, Tuan membawanya pulang sudah larut. Dan wanita itu tidur disini semalam." Pelayan menjelaskan, membuat Zora terkekeh tak percaya.

Mereka sudah semakin berani. Semakin Zora diam, semakin Mama Renata dan wanita itu ngelunjak.

Zora beranjak dari duduknya.

"Nyonya, sarapan Anda." Imbuh si pelayan.

"Aku tidak selera makan." Sahut Zora, sambil terus melangkah menuju kamarnya.

*

Didalam mobil, Alby terus saja memperhatikan Rein yang sedang mengemudi. Ya, kini Alby menjadikan Rein sebagai supir pribadinya menggantikan James. Sedangkan James, ditugaskan untuk mengawasi Zora dengan ketat dan menggantikan tugas Rein sebagai supir Zora. Dengan begini, Alby bisa mengawasi Rein dengan lebih leluasa.

"Alby, kau tak lupa dengan rencana kita semalam bukan." Imbuh Jessie di tengah - tengah keheningan.

"Ya! Hubungi aku jika kau sudah selesai bekerja " Sahut Alby.

Lirikan mata Rein di kaca spion dalam mobil beradu dengan Alby yang sedang menatapnya tajam. Rein, langsung kembali mengalihkan pandangan matanya.

Sedangkan Alby, tersenyum sinis setelahnya.

Sedangkan Rein, masih bertahan bekerja dengan Alby. Semata-mata hanya karena Zora.

*

"Nyonya, kau akan keluar?" Tanya James, yang langsung berdiri dari duduknya.

"Iya.." Jawab Zora lalu menghentikan langkahnya, menunggu James mengambil mobil.

"Kemana?" Tanya James, mulai mengintrogasi Zora.

"Perusahaan." Jawab Zora singkat.

"Untuk apa?" Tanya James lagi.

"Apa aku harus melaporkan semuanya padamu, James!" Sarkas Zora mulai geram.

"Maaf, Nyonya.. Aku hanya mengikuti perintah Tuan Alby." Sesal James, lalu menunduk.

Zora menjadi merasa bersalah setelah membentaknya. "Em, Aku tahu. Cepat ambil mobil! Ada rapat penting yang harus aku hadiri sekarang." Zora berbohong. Jika tidak, mungkin James tidak akan membawanya ke perusahaan sesuai dengan perintah Alby.

"Baik, Nyonya.." James, langsung bergegas mengambil mobil. Namun, sebelum ia mengeluarkan mobil dari garasi, ia mencoba menghubungi Alby untuk memberitahu nya. Namun Alby tak menerima panggilan itu.

Tatapan tajam Zora, membuat James tak punya pilihan lagi. Ia langsung menghidupkan mobil dan mengeluarkannya dari garasi.

Saat sampai di perusahaan, Zora langsung menemui Alby diruangannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Alby sedikit membentak.

"Apa aku tak boleh berada disini? Ini ruang kerja suamiku, dan terlebih ia sudah menyerahkannya untuk ku!" Ujar Zora.

"Ya, karena kau menggunakan caramu yang licik!" Pungkas Alby.

"Terlepas, dari bagaimana caranya aku mendapatkan semuanya. Bukankah yang penting kini semuanya milikku!" Sarkas Zora. Membuat Alby hanya bisa terdiam dan menatapnya murka. "Aku, akan mengembalikan semuanya!" Lanjut Zora.

Namun Alby, masih juga terdiam. Tak bergeming! Masih menatap netra Zora penuh selidik.

"Dengan satu syarat.." Sambung Zora akhirnya.

Sudut bibir Alby sedikit tersungging. "Menggantikannya dengan tubuhku!" Alby terkekeh.

"Hanya 3 bulan, jadilah suamiku seperti layaknya. Setelah itu, aku akan kembalikan semuanya padamu!" Pungkas Zora penuh keyakinan.

Alby terdiam beberapa saat, entah apa yang di rasakannya setelah mendengar kalimat itu. "Kau yakin, hanya butuh 3 bulan?" Alby memastikan.

"Em! Setelah 3 bulan, aku akan pergi tanpa perlu kau minta." Tegas Zora.

"Baik! Aku setuju." Alby menyanggupi.

Zora mengangguk paham, nyatanya kini Alby begitu ingin ia pergi dari hidupnya. Rasanya 3 bulan cukup, untuk menebus segalanya.

"Temui aku setelah kau pulang kerja nanti." Ujar Zora, setelah itu beranjak dari ruangan Alby.

Jantung Alby berdegup lebih cepat. Mengapa, rasanya justru tak rela ketika Zora telah bersiap untuk meninggalkannya.

*

Zora kembali ke mobil, sambil terus menyeka air matanya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Rein, menghentikan langkah Zora.

"Tidak ada." Zora menarik tangannya dari genggaman Rein, setelah kejadian dimana Alby menuduh Rein sebagai Ayah dari bayi yang ia kandung, dan Alby menghajarnya habis habisan. Zora memang memutuskan untuk menjaga jarak dengan Rein. Ia tak mau, Rein kembali mendapatkan masalah karena dirinya.

"Zora! Sampai kapan kau akan terus menghindari ku!" Keluh Rein.

"Aku tidak menghindari mu, hanya saja-"

"Nyonya," Panggil James, memotong pembicaraan antara Zora dan Rein. "Anda sudah selesai rapatnya?" Lanjut James.

"Sudah..!" Sahut Zora, setelah itu langsung mengambil langkah, meninggalkan Rein.

Tatapan Rein, tertuju ke arah James. James menggeleng pelan. Seakan melarang Rein untuk tidak melakukan hal hal konyol yang dapat membahayakan dirinya sendiri. Walau bagaimanapun, Rein sudah dianggap seperti anak sendiri oleh James.

Setelahnya, James juga melangkah menuju mobil. Dimana Zora sudah menunggunya disana. Sedangkan Rein, hanya bisa menggenggam geram tangannya sendiri. Terus memperhatikan mobil itu berlalu meninggalkan perkarangan perusahaan.

Didalam mobil, Zora menangis histeris. Walaupun keputusannya sudah bulat untuk meninggalkan Alby setelah 3 bulan ini. Tetap saja hatinya terasa berat dan sakit. Ya, Zora memutuskan untuk melepaskan semuanya. Ia tak butuh harta Alby, dan tak butuh pengakuan Alby pada anaknya. Ia akan menjalani sisa hidupnya, tanpa ada Alby disampingnya.

Next ✔️

Terpopuler

Comments

Lenydina Lenydina

Lenydina Lenydina

upnya terlaluu lamaaaaa

2023-04-07

4

Amalia Khaer

Amalia Khaer

semangat up nya Thor

2023-04-04

4

dw granny

dw granny

byk calon pelakor nya Thor 🤦🏼 , ya mantan, ya Adek ipar ... 😭 ...

2023-04-04

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!