Saat keluar dari kamar mandi, Alby tak lagi mendapati Zora didalam ruangan itu. "Kemana perginya anak itu." Gumam Alby, setelah mencoba mencari hingga keluar ruang rawat itu namun tetap tak menemukan Zora.
Alby kembali masuk kedalam ruang rawatnya, dan melihat barang barang Zora masih ada di atas sofa. Awalnya, Alby berniat menghubunginya, namun kembali mengurungkan niatnya. "Ah, bukan urusanku juga dia pergi kemana." Imbuh Alby, setelahnya kembali meletakkan ponselnya di atas nakas.
"Kau sudah siap?" Pertanyaan itu membuat Alby langsung menoleh, namun sosok itu bukan seperti dugaan Alby.
"Jessie..." Imbuh Alby, dengan ekspresi kecewa. Awalnya ia pikir itu Zora.
"Kau sudah siap? Aku akan mengantarmu pulang." Ujar Jessie semangat.
“Wanita ini, benar benar tak menyerah.” Batin Alby, “Tak apa, aku di jemput supirku.” Tolak Alby.
“Ayolah, Alby. Tidak perlu sungkan. Lagi pula aku juga sudah terlanjur berada disini.” Paksa Jessie.
“Baiklah.” Akhirnya Alby setuju, setelah mempertimbangkannya.
Alby, membereskan barang barangnya, dan juga barang Zora. Setelahnya keluar dari ruang rawat itu.
“Apa istrimu langsung pergi, tanpa membereskan barang - barangnya?” Imbuh Jessie, lalu menyeimbangi Langkah Alby.
Lagi lagi, Alby hanya membalas dengan senyuman sekenanya. Walaupun Alby sudah dengan terang - terangan menunjukkan ketidaksukaannya, namun entah mengapa Jessie tak peka juga. Ia, terus memaksa lengket dengan Alby.
Alby, masuk kedalam mobil Jessie, setelah di persilahkan. Alby, terus saja memperhatikan wanita itu dengan bingung dan beberapa pertanyaan dibenaknya.
“Mengapa, kau begitu perduli pada ku?” Tanya Alby akhirnya, di tengah - tengah perjalanan menuju kediamannya.
“Tentu saja karena dulu kau sangat baik pada ku. Bukankah wajar, jika sekarang aku berniat balas budi.” Imbuh Jessie, tampa menoleh. Ia masih fokus mengemudi.
“Hanya karna itu?” Alby kembali bertanya.
“Apa kau berharap lebih?” Jessie balik bertanya.
“Tentu saja tidak!” Jawab Alby cepat.
Wanita itu terkekeh pelan, “Aku juga tidak keberatan jika kau berharap lebih.” Lanjut Jessie.
“Apa dulu, aku juga sangat mencintaimu?” Pertanyaan konyol yang akhirnya keluar dari mulut Alby. Kali ini, Jessie menoleh. Melihat ke arah Alby yang sedang menatapnya.
“Tentu saja, kita bahkan berhubungan cukup lama dan bisa dikatakan, sampai sekarang belum pernah ada kata putus dalam hubungan kita.” Ujar Jessie, lalu kembali mengalihkan pandangannya kedepan. “Kau tahu, aku bahkan sangat terkejut saat tahu kau sudah menikah. Padahal terakhir kali kau masih berkata akan menunggu ku sampai kapanpun.” Sambung Jessie, dengan raut wajah kecewanya.
Alby, masih terus menatap wanita itu, rasanya ada yang berbeda. Jika benar begitu, mengapa ketika bersamanya perasaan Alby biasa saja.
*
“James mengapa kau disini, bukannya dirumah sakit?” Tanya Mama Renata, ketika sampai di kediaman Alby, namun semua pengawal justru berada dirumah.
James, langsung berdiri dan menghampiri Mama Renata. “Tuan, semalam menyuruh semua pengawal untuk pulang, Bu.” Jawab James memberitahu.
Mama Renata mengernyitkan keningnya, namun seperdetik kemudian justru tersenyum. “Sepertinya, rencanaku berhasil.” Batin Mama Renata, entah rencana yang mana yang ia maksud kali ini.
“Yasudah, kalau begitu cepat suruh anak buahmu masukkan barang - barangku.” Perintah Mama Renata, lalu setelahnya berlenggang meninggalkan James disana.
“Baik, Bu.” Jawab James, setelahnya kembali bergegas menemui anak buahnya di pos.
Tak lama kemudian, mobil Jessie memasuki perkarangan rumah Alby. Mama Renata, langsung keluar menyambut kepulangan anak kesayangannya itu.
“Jessie, mengapa kau yang mengantar Alby pulang?” Imbuh Mama Renata penuh sandiwara.
“Iya Tante, kebetulan hari ini aku libur. Jadi-“
“Rein..!” Panggil Alby, dengan suara bergelegar. Memangkas pembicaraan antara Jessie dan Mama Renata. Jessie, langsung menghentikan kalimatnya.
Rein, yang tadinya sedang berada di pos, langsung berlari menemui Alby.
“Dimana Zora!” Tanya Alby, seketika.
Rein mengernyitkan keningnya, bingung. “Bukankah dari kemarin Nona Zora dirumah sakit.” Imbuh Rein.
“Apa? Di rumah sakit dari kemarin? Untuk apa!” Tanya Mama Renata, lalu menoleh ke arah Jessie.
Jessie, menjawabnya hanya dengan tatapan matanya. Mama Renata, bisa langsung menebak bahwa rencananya dengan Jessie berarti gagal.
“Tadi pagi dia menghilang, tanpa membawa barang - barangnya.” Alby, melempar tas Zora ke arah Rein. Rein, langsung menangkap tas itu, sebelum terjatuh ke lantai. Setelahnya, Alby mengambil langkah dan masuk kedalam rumah dengan ekspresi berangnya. Sebenarnya, benaknya sedang bertanya - tanya, kemana perginya Zora!
Rein langsung merogoh ponselnya, mencoba menghubungi Zora. Namun, ponselnya tidak dapat di hubungi. “Kemana perginya kamu, Zora!” Gumam Rein khawatir.
*
Ditempat yang berbeda. Zora, yang mendapati kabar tentang Ayahnya yang mengalami kecelakaan langsung bergegas menuju rumah sakit. Wajar saja, jika ia tidak lagi sempat membereskan barang - barangnya. Ayahnya, cinta pertama Zora. Kini sedang berada di ruang operasi, antara hidup dan mati. Jelas saja, Zora rela meninggalkan apapun demi itu.
Lauren, kakak tiri Zora. Menatap Zora penuh murka, setelah Ayahnya memilih untuk menikah lagi dengan ibunya Zora, Lauren, begitu membenci Zora bahkan sejak ia dilahirkan didalam keluarga itu. Menurut Lauren, Zora telah merebut Ayahnya dari dirinya. Kasih sayang Ayahnya, hanya di curahkan untuk Zora seorang. Dan Lauren, merasa sering di abaikan. Padahal itu hanya menurutnya saja, nyatanya semua orang memperlakukannya dengan baik.
“Bu..” Zora, menghampiri ibunya yang sedang duduk lemas di kursi tunggu yang berada di depan ruang operasi.
Lauren, mengampiri. “Untuk apa kau datang ke sini!” Bentak Lauren, yang langsung menunjukkan sikap tak sukanya.
“Kak, gimana keadaan Ayah.” Tanya Zora, dengan linangan air mata.
“Bukan urusan mu! Bukankah kau sedang begitu sibuk menikmati kehidupanmu kini? Bahkan saat Ayah memohon agar kau pulang, apa kau menurutinya? Lalu, untuk apa kau datang sekarang? Bahkan mungkin Ayah sudah tak bisa lagi melihatmu.” Murka Lauren.
“Kak, jangan bicara begitu. Ayah pasti akan baik - baik saja! Lagi pula, saat itu kondisi ku berbeda dengan sekarang.” Lirih Zora.
“Alah, persetan dengan itu. Kau memang orang yang paling pandai bicara. Sebaiknya, kau pergi dari sini. Ayah sudah tidak membutuhkanmu lagi!” Lauren begitu emosi, pasalnya saat itu Ayah Thomas, begitu rindu dengan Zora. Ia menelpon beberapa kali, dan meminta Zora untuk pulang. Namun, pada saat itu, Zora masih begitu di kekang oleh Alby. Alby, tak mengizinkannya melangkah keluar satu langkah pun dari rumah, apapun alasannya. Sedangkan bagi Lauren, yang tidak tahu seperti apa kehidupan pernikahan Zora, menganggap itu hanya alasan Zora saja. Sedangkan pada saat Alby tak ada, Zora justru di sibukkan dengan pekerjaan yang begitu menguras tenaga dan waktunya. Lagi lagi, Zora tak sempat menjenguk keluarganya.
Lauren, meraih tangan Zora. Dan berniat menyeretnya dari sana.
“Lauren, jangan Nak, jangan seperti ini.” Imbuh Ibu Amy, mencoba menghentikan Lauren.
Lauren, memang menghentikan aksinya. Bukan karena larangan Ibu Amy. Namun, karena dokter yang keluar dari ruangan operasi itu.
Lauren, langsung menghampiri dokter, pun dengan Zora dan juga Ibu Amy.
“Bagaimana keadaan Ayah saya, Dok?” Tanya Lauren.
Dokter itu, justru menghela napas. Ekspresinya menyiratkan sesuatu.
“Operasinya berjalan lancar, namun pasien masih dalam keadaan koma sekarang.”
“Dok, tolong selamatkan Ayah saya.” Zora memohon.
“Tentu, kami akan melakukan yang terbaik. Hanya saja, kami tidak memiliki alat lengkap dirumah sakit ini. Tampaknya pasien harus di pindahkan ke rumah sakit dengan Akreditas A, namun biayanya-“
“Tidak perlu khawatirkan tentang itu, lakukan saja jika itu bisa menyelamatkannya.” Sela Zora.
Kali ini, Lauren tak bisa membantah. Jika menyangkut dengan biaya, tampaknya Lauren harus mengalah dari Zora.
Next >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Amalia Khaer
ksi kode dong thor biar tebakan qta tdk bercabang2 stlh sindrom simpatik itu.
2023-03-29
3