Kalimat Zora, tampaknya sama sekali tak berpengaruh. Alby justru tersenyum smirk lalu meninggalkan Zora seorang diri disana.
Zora, memandang punggung Alby yang berlalu pergi. "Pada akhirnya, semua kembali kesemula." Gumam Zora.
Zora padahal baru saja menikmati hari harinya bersama Alby, menjadi sepasang suami istri pada umumnya. Namun, mengapa? Seakan langit tak merestui mereka tersenyum dan tertawa bersama. Obrolan hangat di pagi hari itu akan kembali sirna, dan Zora tak akan bisa lagi menemukan Alby yang hangat. Alby yang ceria dan Alby yang ternyata juga bisa tertawa lepas.
Zora beranjak dari tempat ia berdiri, masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu kamar dengan keras. Ia kesal, bahkan Alby tak bisa sedikit pun percaya padanya. Dan justru memilih mempercayai perkataan Mama Renata sepenuhnya.
Grtt...
Zora menerima pesan teks diponselnya, ia langsung membuka dan membaca isi pesan tersebut.
"Nona, ternyata benar ada yang memalsukan data pada indetifikasi mayat Tuan Alby. Dan kecelakaan itu memang disengaja."
Pesan singkat itu, kembali membuat otak Zora berfikir keras. Kini, ia harus membagi otaknya untuk memecahkan dua masalah sekaligus.
"Siapa sebenarnya yang melakukan hal itu." Gumam Zora, sambil mengingat ingat.
Tidak, Zora tidak bisa habis mengingatnya seorang diri. Ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan menemui Rein. Orang yang paling ia percaya saat ini.
Mereka berdua mengobrol di area samping rumah, tepatnya di dekat kolam renang. Sialnya, Alby yang pada saat itu sedang berada di ruang kerjanya dilantai dua, bisa melihat dengan jelas keduanya sedang mengbrol dan tampak mencurigakan.
Alby, mengernyitkan keningnya, menerka nerka apa yang kemungkinan sedang mereka bahas.
Disana, tampak Zora dan Rein seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Alby tersenyum sinis, "Sangat mencurigakan." Gumamnya dengan mata yang memerah.
Alby memegang jantungnya, entah mengapa jantung itu berdegup dengan kencang. Ada rasa ngilu di dalam lubuk hatinya ketika melihat Zora dan Rein bersama.
Mengapa?
Alby mempertanyakannya, mengapa hatinya seperti merasa cemburu. Sedangkan yang dikatakan Mamanya, Alby tak pernah mencintai Zora. Zora yang dengan sengaja mendekati Alby, hingga melakukan berbagai cara untuk menaklukkan Alby. Dan tujuannya hanya untuk menguras harta Alby.
Benarkah begitu?
Alby menghela napas dalam, mengalihkan pandangannya dari kedua manusia dibawah sana. Alby tak sanggup melihat mereka berdua lebih lama lagi.
"Kau akan membayarnya Zora! Jangan harap kau bisa keluar dari sini sebelum mengembalikan setiap sen yang telah kau renggut dariku!" Pungkas Alby, geram.
*
Alby bangun lebih cepat hari ini, ia bahkan sudah siap dengan setelan jas nya.
Zora yang baru saja tiba diruang makan, memperlambat langkahnya. Pemandangan itu persis seperti dulu, dimana setiap pagi ia selalu dipaksa untuk menemani Alby sarapan.
Zora tersenyum tipis. Ya, ia sangat merindukan momen seperti ini.
"Ehemm...." Zora berdehem, lalu ikut bergabung bersama Alby di meja makan. Namun, beberapa saat kemudian. "Dimana piring ku?" Tanya Zora pada pelayanan, yang hanya menunduk sedari tadi dengan ekspresi yang sedikit berbeda.
Zora menoleh, ke arah pelayan - pelayanan yang tetap diam tak bergeming.
"Tidak ada, jika kau ingin. Ambil dan siapkan makananmu sendiri." Pungkas Alby datar.
Alby melarang semua pelayan melayani Zora mulai hari itu.
Zora dengan cepat langsung kembali menoleh ke arah Alby.
Apa - apaan? Sejak kapan peraturan itu berlaku? Zora mengernyitkan keningnya, terus menatap tajam ke arah Alby. Yang bahkan tak perduli sama sekali.
"Baik! Kau pikir aku tak bisa?" Sarkas Zora, lalu bangkit dari tempat duduknya.
Tampaknya, Alby sedang ingin mengerjai Zora. Ia ingin membuat Zora jera karena sudah mempermainkannya.
Zora meraih celemek, melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu 30 menit, sebelum ia harus sampai di kantor dan mengikuti rapat pemegang saham.
"Nona, sebaiknya kau makan diluar saja." Bisik Rein, yang terus berada disamping Zora dalam jarak 2 meter.
Indra pendengar Alby semakin ditajamkan ke arah percakapan antara Zora dan Rein. Sudut matanya juga dengan spontan langsung melirik ketika Rein sebegitu perhatiannya pada Zora.
Alby, lagi - lagi di buat cemburu dengan hal itu. Ia bangkit dari duduknya dan melempar sapu tangan dengan kasar ke atas meja makan. Tiba - tiba saja ia kehilangan selera makan.
"Siapkan mobil, aku akan berangkat sekarang!" Perintah Alby pada James.
Sedangkan pandangan Zora langsung tertuju ke arah Alby.
Alby kini tak hanya lupa ingatan, namun berubah menjadi sosok yang begitu berbeda, lebih berbeda lagi dari sebelumnya. Sekeras apapun ia dulu, paling tidak ia masih begitu memperhatikan Zora. Namun kini?
"Kau akan menghanguskan masakannya jika tatapan mu terus tertuju kesana." Seloroh Rein, membuyarkan lamunan Zora.
"Hah..!" Zora menoleh ke arah Rein.
"Masakan mu!" Imbuh Rein sambil melirik ke arah wajan berisi telur gulung.
"Oh..." Zora langsung membalik telurnya yang hampir saja hangus.
*
"Apa mereka memang sedekat itu?" Tanya Alby, pada James ditengah - tengah perjalanan menuju kantor.
"Sebelumnya tidak, hanya saja semenjak Tuan hilang, Rein banyak membantu Nyonya menjalankan perusahaan. Mungkin karena itu mereka menjadi akrab." James memberikan jawaban.
Lagi - lagi Alby tersenyum sinis. Dan berfikir Zora dan Rein memang bersekongkol untuk merebut perusahaannya. Semua pikiran itu, tercipta dari keberhasilan Mama Renata mengarang cerita. Ia memaksa Alby untuk membenci Zora, sialnya.. apa yang di katakan Mama Renata tampak masuk akal menurut Alby.
Alby mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil. Tatapannya kosong, entah kapan semua ingatannya bisa kembali.
Mama Renata langsung menyambut kedatangan Alby di perusahaan. Senyumnya langsung merekah, ketika melihat Alby turun dari mobil dan berjalan menghampirinya.
"Disinilah tempat mu seharusnya berada, Nak." Ujar Mama Renata.
Alby, hanya tersenyum tipis. Lalu menghela napas dalam mempersiapkan dirinya untuk mulai bekerja tanpa ingatannya sama sekali.
Keduanya pun berjalan masuk kedalam perusahaan.
*
Sedangkan Zora, sedang tergesa - gesa menuju perusahaan setelah menikmati sarapannya yang tak seberapa itu.
"Zora hati - hati.." Ujar Rein, ketika melihat Zora hampir terjatuh ketika berjalan terlalu cepat dengan heels 15cm nya.
"It's ok.." Zora, masih bisa tersenyum. Ya, ia masih belum sepenuhnya tahu apa yang sedang terjadi di dalam perusahaan sana.
Zora berjalan menuju ruang rapat.
"Maaf, aku terlambat." Imbuh Zora yang baru masuk kedalam ruang rapat. Namun, langkahnya langsung terhenti ketika kursinya telah ditempati oleh Alby.
"Apa yang kau lihat, sejak semula itu memang milik Alby!" Pungkas Mama Renata.
Zora tersenyum canggung, lalu berjalan keluar dari ruang rapat.
Sedangkan Rein yang melihat Zora kembali keluar dari ruang rapat mengernyitkan keningnya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Rein ketika melihat Zora mengangkat sebuah kursi.
"Aku tak kebagian tempat duduk." Imbuh Zora, setelahnya langsung masuk kembali kedalam ruang rapat.
Rapat yang tadinya baru saja dimulai kembali terhentikan. Ketika semua tatapan orang - orang yang berada di sana tertuju ke arah Zora.
Zora meletakkan kursinya, lalu duduk sambil mengatur napasnya yang sedikit ngos - ngosan.
"Silahkan dilanjutkan." Imbuh Zora pada Wakil Direktur yang sedang berada di depan layar proyektor.
Next ✔️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nurwana
itw anakmu alby.....
2023-04-28
4
Aja Nisa
sudahlah Jessie kau menyerah saja
2023-04-03
3
Amalia Khaer
smoga rahasia kehamilan Zora tdk berlarut2 yaa..
2023-03-21
3