Di saat pendekar Sikumbang datang menghampiri gubuk lapuk milik Datuak Malelo, Seruni yang saat itu sedang tertidur dengan pulas, terbangun dan dia langsung keluar dari dalam kamarnya.
“Hm..! sepertinya aku mendengar suara pendekar sikumbang, apakah gerangan yang ingin dia sampaikan?” tanya Seruni seraya membangunkan Tiara.
“Ada apa sayang?” tanya Tiara heran.
“Kakak dengar sesuatu nggak?”
“Iya dek, kakak dengar suara erangan harimau.”
“Ya. Aku yakin, itu pasti pendekar sikumbang, yang ingin menyampaikan pesan kepada kita.”
“Ssst..! kamu mau kemana sayang?”
“Aku mau keluar kak.”
“Jangan, sangat berbahaya sayang.”
“Tapi pendekar itu sedang membawa pesan untuk kita kak.”
“Walaupun itu pesan penting, tapi kakak nggak izinkan kau keluar.”
“Baiklah, kalau begitu izinkan aku untuk membuka pintu, agar pendekar Sikumbang bisa masuk kedalam.”
“Jangan dek! kalau terjadi sesuatu pada kita gimana?”
“Tenang kak, aku bisa kok mengatasinya,” jawab Seruni seraya membuka pintu gubuk itu, dengan lebar.
Melihat pintu terbuka dengan lebar, pendekar Sikumbang langsung melompat masuk kedalam gubuk milik Seruni. Di dalam, pendekar Sikumbang merasa kesulitan untuk memilih mana yang lebih cantik di antara mereka berdua.
“Ondeh mak! mana yang lebih cantik, aku jadi bingung, karena keduanya terlihat sama-sama cantik.
Di saat pendekar Sikumbang bicara dengan bahasanya, Seruni langsung dapat mengerti.”
“Jadi, tuan disuruh memilih yang paling cantik di antara kami berdua,” jawab Seruni dengan bahasa pendekar Sikumbang.
“Geerr…! kenapa kau tahu bahasa ku?” tanya pendekar Sikumbang heran.
“Karena sedari kecil, aku sudah mengetahui bahasa hewan.”
“Siapa nama mu gadis cantik?”
“Seruni Tuan!”
“Ayah mu Datuak Malelo, sedang kritis di tengah hutan, untung ada Datuak Basa yang bersamanya saat ini.”
“Sudah kuduga, Ayah pasti butuh bantuan ku.”
“Ya. Karena Ayah mu, hanya bisa diobati oleh pendekar yang berilmu tinggi.”
“Baiklah, sekarang coba Tuan katakan pada ku, dimana Datuak Malelo itu berada.”
“Dia berada di hutan sebelah utara gunung Padang.”
“Baiklah, sekarang coba Tuan pegang tanganku dan pejamkan mata Tuan, sebentar lagi kita berdua akan tiba di tempat Ayahku berada.”
“Benarkah?”
“Iya, Tuan.”
Lalu tanpa berfikir panjang, pendekar Sikumbang langsung memegang tangan Seruni yang halus dan lembut. Benar saja, hanya dengan hitungan detik, tibalah mereka berdua di hadapan Datuak Basa.
“Gadis inikah yang dimaksud Datuak Malelo itu?” tanya pendekar Sikumbang ragu.
“Ya,” jawab Datuak Basa pelan.
Lalu Seruni langsung menghampiri Ayahnya yang tampak terbaring lemah di atas tanah.
“Ayah..! Datuak Basa?” ujar Seruni saat melihat Datuak Basa berada di samping Ayahnya.
Mendengar teguran dari Seruni, Datuak Basa langsung membela dirinya, agar Seruni tak menuduh dirinya, menjadi penyebab petaka yang di alami oleh Ayahnya itu.
“Maaf, bukan aku yang melakukan itu semua.”
“Iya, aku tahu, pendekar kumbang telah memberitahukannya pada ku tadi.”
“Ayah!” ucap Seruni seraya membersihkan wajah Ayahnya yang kotor.
“Ayah sedang sakit sayang.”
“Iya Ayah, aku akan mengobati luka dalam yang Ayah derita, bersiaplah, untuk menerima hawa murni yang akan ku salurkan.”
“Baik nak.”
Mendengar perintah Seruni, Datuak Malelo langsung bersiap-siap. Awal mulanya Seruni hanya menyalurkan hawa murni ketubuh Ayahnya lewat telapak tangan. Karena saat itu Datuak Malelo tak bisa menggerakkan tubuhnya.
Sebelum dia melakukan itu, Seruni menotok aliran darah Datuak Malelo terlebih dahulu. Setelah hawa murni di salurkan ketubuh Ayahnya, Seruni mencoba untuk mendudukkan Ayahnya, dia melakukan itu sendiri tampa di bantu oleh siapapun.
Sementara Datuak Basa dan pendekar Sikumbang, dia hanya diam saja melihat dari kejauhan. Seraya berdecak kagum pada keahlian yang di miliki oleh Seruni, gadis cantik itu.
Setelah Datuak Malelo duduk dengan posisi benar, barulah Seruni mulai melakukan pengobatan. Seruni menggunakan ilmu lentik jemari untuk mengobati Ayahnya, dia tampak seperti orang yang sedang menari.
Gerakannya sangat lemah dan gemulai, namun di balik kelembutan itu ada hawa panas yang terkandung di dalamnya. Lewat tenaga dalam yang di miliki Seruni, dia langsung menyalurkan hawa itu ketubuh Ayahnya.
Dari reaksi pengobatan itu, tampak keringat dingin mengucur deras dari tubuh Datuak Malelo. Tak berapa lama kemudian, darah pun menyembur dari mulut pria paru baya tersebut.
Darah berwarna hitam dan keluar dengan bergumpal-gumpal, setelah racunnya keluar, Seruni langsung menotok aliran urat syaraf Datuak Malelo dan kembali Pria tua itu memuntahkan darah dari mulutnya.
“Gimana Ayah, apa sudah sedikit ringan?” tanya Seruni pada Ayahnya.
“Sudah sayang,” jawab Datuak Malelo pelan.
Karena merasa seluruh racun telah keluar dari tubuh Ayahnya, Seruni langsung menyalurkan kembali hawa murni, agar kondisi tubuh Datuak malelo kembali stabil.
Seruni melakukan pengobatan itu dengan serius, sehingga seluruh tenaganya terkuras habis di malam itu.
“Terimakasih sayang, kau telah menyembuhkan luka dalam Ayah.”
“Berterimakasih lah Ayah, pada kedua pendekar yang berhati mulia itu. karena kalau bukan karena mereka berdua, entah apa yang bakalan terjadi pada Ayah.”
“Benar nak, aku begitu berhutang budi, pada sahabat ku ini, kalau bukan karena kebaikan dan ketulusan hati kalian, entah apa yang terjadi pada ku saat ini.”
“Iyo, Dunsanak. Kita para pendekar, harus saling menolong, jangan sampai dendam menyelimuti jiwa kita sendiri.”
“Dan kau Datuak Basa, aku nggak akan melupakan semua kebaikanmu ini.”
“Ya dan itu harus kau bayar nantinya.”
“Orang aneh, nolong kok pakai ujungnya,” sanggah pendekar Kumbang.
“Itu bukan ujungnya pendekar, tapi dia telah berhutang banyak pada ku, itu mesti dibayar, kapan saja aku ingin menagihnya.”
“Hm..! terserah kau sajalah Datuak Basa. Sekarang aku permisi dulu,” ujar pendekar Sikumbang seraya berlari kencang meninggalkan ketiga pendekar itu.
Setelah pendekar Kumbang pergi, Datuak Malelo dan Seruni juga pergi. Menyusul setelah itu Datuak Basa yang ingin kembali pulang kerumahnya.
Di perjalanan hendak menuju lereng gunung Pasaman, Datuak Malelo dan Seruni mendengar jeritan seorang Ibu minta tolong. lalu mereka pun menghentikan perjalanan mereka.
“Tolong..! anak ku, cepat tolong anak ku!”
Melihat hal itu Seruni dan Datuak Malelo langsung menghampiri Ibu tersebut.
“Ada apa Bu? kenapa menangis?” tanya Seruni ingin tahu.
“Anak ku, tolong! mereka semua telah menculik anak ku…huuk…huuuk..!”
“Katakan pada ku, siapa yang telah menculik anak Ibu itu?"
“Ratu Genit dan komplotanya, iblis betina itu selalu saja mencari tumbal di Desa ini. Tolong Ibu, nak.”
“Baik, aku akan menolong Ibu, Ayah tunggulah disini, aku akan mencari kemana mereka pergi.”
“Mereka kearah barat Neng,” jawab salah seorang pemuda.
“Baik, aku akan mengejarnya, kalau begitu, Ayah kembalilah pulang duluan, nanti aku akan menyusul.”
“Baik, hati-hatilah putriku!”
“Baik Ayah,” seru Seruni yang berlari semakin menjauh, mengejar keberadaan siluman tersebut.
Sudah jauh Seruni berlari, mengitari hutan dan perkampungan. Namun, keberadaan Ratu Genit tak dapat juga di ketahui. Seruni tak menemukan siapa-siapa di sana.
“Celaka! Kemana perginya siluman sialan itu!” gerutu Seruni kesal.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Iril Nasri
😅😅😅
2023-04-04
0
AbyGail
Keren 👍
2023-03-28
0
Adronitis
😴😴😴
2023-03-14
0