“Baiklah, kalau begitu kalian boleh bersengan-senang dengan ku, mari..!” seru Seruni sembari berlari kencang, hingga tak terlihat oleh mereka semua.
Di saat mereka sibuk mencari keberadaan Seruni, tanpa mereka sadari sama sekali, tiba-tiba saja tubuh mereka telah di totok oleh Seruni.
Mereka semua berdiri tegak dengan tubuh membengkak serta rasa sakit di sekujur tubuhnya.
“Kurang ajar, apa yang kau lakukan pada kami hah!” teriak salah seorang di antara mereka.
“Jadi kalian nggak tahu, apa yang telah terjadi dengan tubuh kalian?”
“Kenapa kami nggak bisa bergerak?”
“Apa kau menotok kami semua?” tanya pimpinan mereka saat itu.
“Benar, tubuh kalian sudah ku totok. Itu hukuman buat pendekar jahil seperti kalian. Ingat, jika kalian memaksakan diri untuk bergerak, maka pembuluh darah kalian akan pecah.”
“Lalu apa yang mesti kami lakukan?”
“Tetaplah tenang, bukankah tadi kalian ingin menjajal kemampuan ku?”
“Nggak, kami minta maaf pada mu, kami akui kalau kami kalah bertarung dengan mu. Tapi tolong lepaskan totokan ini dari tubuh kami semua.”
“Kalian menyerah? Kenapa mesti menyerah?”
“Karena kami nggak tahan dengan rasa sakit ini.”
“Baiklah, jika kalian berjanji tidak berbuat anarkis lagi, sekarang tundukan kepala kelian, maka totokan itu akan terlepas dengan sendirinya,” jelas Seruni dengan suara lantang.
Benar saja, hanya dengan sekali anggukan kepala, maka totokan para pendekar itu pun langsung terlepas seketika. Kemudian tanpa berkomentar sedikitpun, para pendekar itu langsung bergegas pergi meninggalkan Seruni dan Datuk Malelo.
“Aneh sekali gadis itu, ilmunya nggak bisa kita mengerti,” ujar pimpinan pendekar itu.
“Benar, sungguh hebat sekali dia,” timpal salah seorang diantara mereka.
“Kenapa sih, kita mesti kabur ketua! Kenapa nggak balik menyerang kembali?” tanya pemuda yang lain pada pimpinan mereka.
“Bodoh kamu, mau cari mati kau rupanya! lebih baik kita pergi dari pada dibikin perkedel oleh gadis itu.”
Setelah para pendekar itu pergi, dari kejauhan tampaklah Mutiara sedang asik menguping pembicaraan para pendekar itu.
“Sungguh bodoh sekali kalian, hanya dengan seorang gadis kecil saja, nyali kalian sudah ciut!”
“Siapa kau! Nggak usah ikut campur urusan kami!” ujar pimpinan gerombolan itu.
“Siapa juga yang ikut campur urusan kalian, tadi tanpa sengaja aku mendengar percakapan kalian. Kenapa kalian tidak pakai rok saja, biar terlihat sempurna,” ledek Tiara.
Mendengar ucapan Tiara seperti itu, para pendekar itupun naik pitam dan langsung menyerang Tiara tanpa memberi ampun sedikitpun.
Mereka semua menyerang secara serentak, serangan yang mereka lakukan secara bertubi-tubi, membuat Tiara terdesak dan merasa kewalahan. Hantaman maut yang di tujukan lawan kepadanya tepat mengenai dada Tiara.
Rasa sakit yang di rasakan saat itu, membuatnya terjungkal, dengan luka dalam di dadanya. Tiara pun tampak menyeringai menahan rasa sakit.
Seruni yang memiliki indra pendengaran yang tajam, langsung tiba di tempat Mutiara bertarung dan segera menghentikan pertarungan itu. Tiara langsung di totok sementara para pendekar itu disuruh pergi oleh Seruni.
“Kurang ajar, kenapa kau menotok ku, lepaskan cepat!” teriak Tiara, seraya meronta minta di lepaskan.
“Diam kak! seru Seruni seraya menotok bagian syaraf lain di tubuh Tiara kakaknya.
Setelah tubuhnya di totok, Tiara langsung terkulai lemah tak sadarkan diri. Setelah kakaknya pingsan, Seruni langsung menggendong tubuh kakaknya dan membawanya kehadapan datuk Malelo.
Hanya sekilas pandang, Seruni pun tiba di hadapan Ayahnya, Datuk Malelo dan pada saat itu pula mereka bertiga langsung kembali kerumah yang telah lama di tinggalkannya.
“Sekarang, pegang tangan ku Ayah, kita akan tiba dirumah sebentar lagi.”
Benar saja, apa yang dikatakan Seruni, hanya sekejap mata, mereka bertiga langsung tiba di halaman rumah. Setelah aman lalu Seruni melepaskan totokan kakaknya, hingga Tiara pun bebas kembali.
“Ayah..!”
“Iya nak, Ayah disini,” jawab Datuk Malelo seraya memeluk putrinya itu.
“Maafkan aku Ayah, aku sudah lama meninggalkan Ayah.”
“Kemana saja kau nak, kenapa kau bertingkah laku tidak terpuji di luar sana? padahal Ayah tak pernah mendidik kalian seperti itu.”
“Maafkan aku Ayah, aku telah khilaf.”
“Ya, Ayah sudah memaafkan mu, nak. Tapi ini keatas, jangan kau ulangi lagi.”
“Iya, Ayah. Aku janji nggak akan mengulanginya lagi.”
“Bagus, kalau kalian berdua baik-baik saja, Ayah pasti senang dan kamu Seruni, jika kau ingin pergi, jangan diam-diam saja. Minta izin dulu pada Ayah, biar kami berdua nggak panik.”
“Baik Ayah, aku minta maaf pada Ayah dan kak Tiara.”
“Dan untuk kalian berdua, Ayah akan menurunkan ilmu baru untuk kalian.”
“Ilmu apa itu Ayah?” tanya Seruni ingin tahu.
“Ilmu lebur besi,” jawab Datuk Malelo.
“Ilmu lebur besi itu, ilmu apa Ayah?” tanya Tiara penasaran.
“Ilmu lebur besi, yaitu ilmu yang dapat melelehkan benda apa saja yang terbuat dari besi dan baja. Ilmu ini hanya bisa kalian gunakan kalau kalian sedang terdesak.
“Baik Ayah! kami mengerti,” jawab Seruni dan Tiara serentak.
“Orang yang mempelajari ilmu ini, dia harus memiliki ilmu tenaga dalam yang sempurna, seperti kalian berdua. Sebab, jika kalian nggak memiliki tenaga dalam yang sempurna, maka ilmu ini nggak ada artinya. Karena hanya dengan kekuatan tenaga dalam lah, kalian bisa melebur senjata lawan dengan mudah.”
“Iya Ayah.”
“Nah sekarang ikuti langkah dan gerakan Ayah dan pusatkan perhatian kalian. Dari gerakan ini juga kalian bisa menyempurnakan ilmu tenaga dalam kalian sendiri.”
Setelah ilmu di salurkan, Seruni dan Tiara mempraktekkannya. Melihat hasil yang cukup sempurna Datuk Malelo merasa sangat puas sekali. Ketika mereka bertiga sedang asik latihan, tiba-tiba saja mereka di datangi oleh seorang pria yang bertubuh sangar.
“Pintar kau Datuk Malelo, rupanya kau bersembunyi disini, sudah hilang nyalimu rupanya, hingga kau nggak sanggup lagi menghadapi musuh-musuh mu!” ujar pria itu dengan suara lantang.
“Hai sobat, lama tak jumpa apa kabarmu saat ini!” sapa Datuk Malelo seraya tersenyum lebar.
“Aaah..! tak perlu berbasa basi kau Datuak, kau kira aku tak tahu siapa kau! dasar ular. Dulu memang kau bertuah, hingga kau bisa berbuat apa saja. Tapi sekarang belum tentu kan?”
“Sabar sobat, sebenarnya aku udah nggak mau lagi berkelahi. Itu sebabnya aku menjauhkan diri dari dunia persilatan. Aku hanya ingin hidup tenang bersama kedua putriku ini.”
“Alaah..! persetan dengan alasan mu. Emangnya aku peduli dengan urusanmu, Datuak! ingat, hari ini aku datang kesini untuk menantang mu bertarung. Kita tentukan siapa di antara kita yang pantas di juluki pendekar sakti. Kau atau aku,” teriak pria itu dengan pongahnya.
“Sabar dulu teman, aku sudah nggak mau lagi mengotori tangan ku ini dengan darah manusia.”
“Alaah! banyak cerita kau Datuak! hiaaaat…..!”
Tanpa memberi kesempatan sedikit pun pada Datuk Malelo, pria itu langsung menyerang Datuak Malelo dengan beringasnya.
Pertarunganmu akhirnya tak dapat di elakan lagi. Mereka berdua terlihat sama-sama Tangguh dan kuat, jurus demi jurus yang di keluarkan selalu berpasangan.
Bersambung...
*Selamat membaca "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Dwi sonya
pasti Datuak Basa berniat jahat lagi
2023-07-16
0
Mami AL
setangkai bunga mawar tuk kamu...
2023-03-31
0
Iril Nasri
😁😁😁
2023-03-30
0