“Untung kau cepat pulang nak, saat ini Ayah sedang sakit sayang.”
“Iya, Ayah. Aku janji akan merawat Ayah sampai sembuh.”
“Iya sayang, Ayah percaya kok.”
Setelah melepaskan rasa rindu pada Ayahnya, Seruni mulai meracik obat. Dia melakukan itu dengan telaten dan penuh tanggung jawab. Karena di rawat oleh tangan yang lembut dan dingin, Datuk Malelo pun berangsur sembuh dan bugar kembali.
Seruni merasa senang, melihat perubahan pada Ayahnya, Seruni begitu yakin, kalau suatu pekerjaan di lakukan dengan ikhlas dan berhati-hati, hasilnya pun sangat sempurna dan memuaskan.
Setelah benar-benar sembuh, Datuk Malelo langsung menghampiri putrinya Seruni, yang saat itu sedang berlatih ilmu kanuragan.
“Seruni, ada satu hal yang ingin Ayah sampaikan pada mu.”
“Apa itu Ayah, katakanlah.”
“Bagai mana kalau besok pagi, kita berdua mencari keberadaan kakak mu, yang udah lama pergi menghilang."
"Kemana Ayah?"
"Ayah nggak tahu nak. Katanya, dia mau mencari keberadaan mu. Namun hingga saat ini, dia belum juga kembali. Ayah sangat kuatir sekali.”
“Baiklah, besok pagi kita akan berangkat Ayah.”
“Sebelum kita berangkat, Ayah ingin memberikan sesuatu pada mu.”
“Apa itu Yah?” tanya Seruni penasaran.
“Ini sebuah kitab sakti, yang akan memandu, untuk mendapatkan mu ilmu lentik jemari.”
“Ilmu lentik jemari?”
“Iya nak. ilmu ini bisa membunuh musuhmu seketika, karena setiap serangannya mengandung jurus yang mematikan. Karena jurusnya bisa menutup aliran darah ke jantung. Jadi ilmu ini hanya boleh di gunakan bila terdesak saja nak.”
“Baiklah Yah, nanti malam aku akan mempelajarinya.”
“Nanti saja nak, setelah kita kembali dari mencari keberadaan kakak mu.”
“Baik Ayah,” jawab Seruni dengan suara lembut.
Mesti di larang oleh Ayahnya, untuk mempelajari ilmu itu, namun Seruni merasa begitu penasaran, sehebat apa ilmu lentik jemari itu.
“Ayah, boleh aku tanya sesuatu?”
“Boleh, kamu mau tanya apa nak?”
“Kalau seandai aku orang biasa, berapa lama aku bisa menguasai ilmu lentik jemari itu Yah?”
“Dua atau mungkin sampai empat tahun barangkali.”
“Wow, lama ternyata.”
Merasa penasaran dengan jawaban Ayahnya, malam itu, Seruni langsung mempelajari ilmu yang ada di kitab sakti tersebut.
Dengan serius Seruni mulai mempelajari jurus demi jurus. Dari setiap jurus yang dikeluarkannya mengandung hawa yang cukup panas. Sehingga, dapat menghanguskan benda apapun, yang terkena serangannya.
Gerakan ilmu lentik jemari yang dia pelajari, persis seperti orang yang sedang menari. Seruni mempelajarinya secara berulang-ulang kali. Dengan semangat yang penuh.
Tak terasa, Seruni telah melakukan latihan itu semalaman penuh.
Setelah yakin ilmu itu dapat di kuasainya, lalu Seruni pun tidur di samping Ayahnya secara diam-diam.
Pagi hari, ketika mereka hendak pergi, Seruni langsung memberi tahu Ayahnya, tentang keberhasilannya dalam mempelajari ilmu lentik jemari.
“Ayah! Aku telah berhasil mempelajari, ilmu lentik jemari yang ada di dalam kitab itu.”
“Apa! kamu yakin telah mempelajarinya?” tanya Datuk Malelo tak percaya.
“Benar Ayah. Aku telah berhasil mempelajarinya dalam semalaman, lihat ini!” ujar Seruni seraya memperagakan gerakan itu satu demi satu.
Datuk Malelo hanya bisa termagu menyaksikan putrinya memperagakan jurus demi jurus. Datuk Malelo tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
“Benar putri ku, kau berhasil melakukannya dengan mudah. Kau tahu, dulu Ayah begitu sulit untuk mempelajarinya, bahkan butuh waktu bertahun untuk dapat menguasainya.”
“Benarkah itu Ayah?” tanya Seruni heran.
“Benar sayang. berarti kita mulai mencari keberadaan kakak mu.”
“Baik Ayah,” jawab Seruni singkat.
Pagi itu, dengan semangat yang baru. Datuk Malelo bersama Seruni langsung melangkah. Meninggalkan rumah yang hampir roboh karena di makan usia.
Perjalanan yang tak terarah membuat mereka kehilangan kendali.
Sudah hampir mereka berdua berlari dan terus berlari di antara pepohonan yang rindang, untuk mencari keberadaan Mutiara yang telah lama pergi meninggalkan rumah. Namun pencarian mereka berdua tak jua membuahkan hasil.
“Ayah, sudah berhari-hari kita berdua melintasi hutan dan perkampungan penduduk. Tapi kenapa kita berdua belum juga menemui keberadaan kak Mutiara?” tanya Seruni heran.
“Entahlah anak ku! Ayah juga heran, kemana perginya kakak mu itu. tapi kita nggak boleh putus asa sayang, kita harus tetap mencarinya sampai kapan pun. Selagi Ayah masih sehat dan kuat, kita akan tetap mengembara.”
“Tunggu, aku akan menggunakan ilmu penerawangan ku untuk mencari keberadaan kak Mutiara Ayah.”
“Kau memiliki ilmu itu? bukankah Ayah belum menurunkannya pada mu nak?”
“Aku mempelajarinya dari sekh Abdullah, Ayah. Dan bukan hanya itu saja. Aku juga belajar banyak dari Kyai Mustofa kamal dan Kakek Hasanuddin.”
“Apa, kakek Hasanuddin?”
“Iya Ayah, katanya dia itu kakak seperguruan Ayah.”
“Benar, dia itu kakak seperguruan Ayah.”
“Dia itu mendapat penyakit yang mengerikan Ayah, sekujur tubuhnya di penuhi oleh korengan yang bernanah dan penuh belatung. Kakek Hasanuddin di usir dari kampung dan dia tinggal di tengah hutan sendirian.”
“Lalu mana dia sekarang nak?”
“Setelah aku mengobatinya dan merawatnya selama satu tahun, lalu kakek itu menurunkan seluruh ilmunya pada ku, termasuk ilmu yang dapat membuat aku menghilang dari pandangan orang lain.”
“Benarkah itu sayang, coba buktikan pada Ayah!”
Di saat Datuk Malelo baru bicara, tiba-tiba saja, Seruni telah menghilang dari pandangan Ayahnya.
“Waah…! Benar putri ku, ternyata kak Hasanuddin semakin rajin menuntut ilmu.”
“Tapi Kakek itu, menolak untuk ku ajak menemui Ayah, katanya ada urusan lain yang harus dia selesaikan terlebih dahulu.”
“Ooo, begitu! nggak apa, biarkan saja, dia mencari pengalaman di luar sana nak.”
Di saat mereka sama-sama duduk. Seruni langsung melakukan penerawangan, mencari keberadaan Tiara. Dalam penerawangannya Seruni melihat Tiara berada di sebuah perkampungan.
“Dia berada di sebuah perkampungan Ayah, tapi aku nggak tau di kampung yang mana dia berada.”
“Kalau begitu ayo kita cari kesana!” ujar Datuk Malelo seraya berlari menarik tangan Seruni.
“Tunggu Ayah!” ujar Seruni pelan, yang membuat langkah keduanya terhenti sejenak.
“Ada apa nak?” tanya Datuk Malelo heran.
“Pegang lah tangan ku, Ayah! kita akan segera sampai ke perkampungan itu.”
“Baiklah putri ku,” jawab Datuk Malelo seraya memegang tangan putrinya.
Hanya sekejap, kemudian mereka berdua pun tiba di kampung yang di maksudkan.
“Hm…! sepertinya ini kampungnya Ayah.”
“Kalau begitu, ayo kita cari.”
“Baik Ayah.”
“Tunggu..!” Seru seseorang dari balik perbukitan.
Panggilan suara itu membuat langkah Seruni dan Datuk Malelo terhenti sejenak dan merekapun menoleh kearah sumber suara tersebut.
“Suara siapa itu Ayah?” tanya Seruni ingin tahu.
“Entahlah Ayah nggak tahu.”
“Hahaha…hahaha..! rupanya usia tua membuat mu, mulai pikun Datuk Malelo.
Apa benar kau nggak mengenali ku lagi !” jelas perempuan yang keluar dari balik semak-semak.
“Mak Nani?”
“Iya, aku Nani. Perempuan yang pernak kau permainkan cintanya, sekarang aku datang lagi untuk membalaskan rasa sakit hati ini, atas perbuatan mu itu Malelo.”
“Mak Nani! Apa-apaan kamu ini, apakah kau lupa kalau kita berdua adalah saudara seperguruan!”
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Dwi sonya
pergi kemana Tiara, apakah dia nggak ingat jalan pulang
2023-07-16
0
AbyGail
Bunga sdh kukirim, semangat berkarya
2023-03-25
0
Adronitis
kamu pergi kemana Tiara
2023-03-14
0