“Rumah ku sangat jauh dari sini tuan. Lagian aku sudah biasa, berkeliaran sendiri di tengah hutan ini.”
“Padahal, hutan ini sangat berbahaya lho, apa lagi buat gadis cantik seperti mu.”
“Kok tuan tahu aku cantik. Apakah tuan pernah melihat wajah ku?”
“Oh, tidak! aku nggak pernah melihat wajahmu, maaf aku salah.”
“Nggak apa-apa, aku nggak marah kok.O ya, tunggu sebentar. Boleh aku pinjam pedang tuan?”
“Untuk apa, pedang ini sangat berbahaya sekali."
“Katakan saja, boleh atau nggak?”
“Baiklah, silahkan!” ujar Sutan mudo dengan berat hati.
“Benda pusaka, maaf nama tuan siapa?” tanya Seruni pada pria tampan yang berada di hadapannya.
“Sutan mudo.”
“Hm..! nama yang sangat indah, sesuai dengan orangnya.”
“Maksud mu?”
“Nggak usah di pikirkan, aku hanya sekedar membual aja kok.”
“Tapi ini bukan nama, ini hanya sebuah gelar yang di berikan adat jika seseorang telah menikah dan berumah tangga.”
“Ooo, begitu, berati tuan udah punya istri dong!”
“Ya, aku juga punya tiga orang anak.”
Di saat Sutan mudo masih ingin bicara, lalu Seruni mencoba untuk mencegahnya, karena saat itu Seruni hendak memerintahkan benda pusaka milik Sutan mudo untuk bekerja.
“Benda pusaka milik Sutan mudo, pergi dan carilah ikan untuk tuan mu!” seru Seruni dengan suara lantang.
Mendengar perintah dari Seruni, benda pusaka milik Sutan mudo langsung bergerak dan keluar dari sarungnya tanpa di pegang sama sekali. Benda itupun pergi meninggalkan tuanya.
Tak perlu menunggu lama, sama seperti bumerang, benda pusaka itu pun kembali pada pemiliknya dengan membawakan tiga ekor ikan segar.
“Waah..! kau hebat sekali gadis cantik!” ujar Sutan Mudo tercengang.
“Tuan juga bisa seperti aku tadi. Yang paling penting, tuan harus berkonsentrasi penuh, dengan benda yang tuan perintah. Jangan lengah, kalau tuan nggak ingin menjadi sasaran benda tuan sendiri.”
“Kalau begitu aku nggak berani,” jawab Sutan mudo dengan tegas.
“Kalau tuan nggak berani, jangan tuan paksakan, karena rasa takut bisa memakan korban tuannya sendiri.”
“Selain cantik, ternyata kamu pintar juga. Kalau boleh aku tahu, siapa sih, nama Ayah mu?"
“Aku putri, Datuak Malelo.”
“Apa! kau putri Datuak Malelo?”
“Benar tuan, kenapa! ada yang salah dengan Ayah ku?”
“Tidak! berarti kau harus panggil aku paman guru. Karena aku ini adik seperguruan Ayahmu, Datuak Malelo.
“O, begitu rupanya, baiklah paman guru.”
“Hm..! nggak di sangka-sangka, ternyata aku bertemu dengan keponakanku sendiri.”
“Kalau boleh aku tahu, sebenarnya Paman mau kemana?”
“Paman mau menemui Ayah mu, mau kan kau mengantar paman sayang?”
“Tentu! mari kita berangkat paman,” ajak Seruni seraya memegang tangan pamannya.
Dengan menggunakan ilmu milik kakek Hasannuddin, dengan sekejap mata Sutan mudo dan Seruni tiba dirumahnya. Saat itu Datuak Malelo sedang melatih Tiara dalam melakukan olah kanuragan.
"Waah...! ternyata kau juga bisa menghilang ya?"
"Kakek Hasanuddin yang mengajarkannya Paman "
"Kau bertemu Kakek Hasanuddin di mana?" tanya Sutan Mudo ingin tahu.
“ Ceritanya panjang Paman, nanti saja ku jelaskan, kapan kita bertemu lagi. Ayah! lihat siapa yang kubawa ini!” teriak Seruni dari kejauhan.
Mendengar teriakan Seruni, seketika Datuak Malelo menoleh kearah Seruni yang melangkah menghampirinya.
“Sutan Mudo!” panggil Datuak Malelo tak percaya.
“Benar! Ini aku kak.”
“Hahahaha…!” tawa riang pun memecah kesunyian hutan belantara di sekitar tempat itu.
“Mari kita mampir di pondok ku yang reot ini, Sutan.”
“Baik kak,” jawab Sutan mudo, seraya memegang pundak Seruni yang saat itu masih bersama dengannya.
Lalu mereka berempat langsung berjalan menuju pondok kecil milik Datuak Malelo. di saat itu, Datuak Malelo memperkenalkan kedua putrinya kepada Sutan mudo.
“Lalu mana istri kakak saat ini?”
“Dia, telah meninggalkan kami semua.”
“Sejak kapan dia meninggal kak?”
“Semenjak dia melahirkan Tiara.”
“Semenjak melahirkan Tiara, lalu Seruni?”
“Dia putri angkat ku yang cerdas dan cantik,” jawab Datuak Malelo seraya tersenyum lebar.
“Ooo, gitu.”
“Akan tetapi, mesti dia seorang putri angkat, aku telah menjadikannya putri kecil ku yang paling ku sayangi. Saat ini dia sedang mencari keberadaan kedua orang tuanya.”
“Apakah Kakak, telah menemukan siapa orang tuanya?”
“Hingga saat ini, kami belum dapat menemukan orang tuanya, kata banyak orang, kedua orang tua Seruni, mereka bawa ke pulau siluman.”
“Pulau siluman?”
“Ya, pulau siluman itu di pimpin oleh seorang siluman perempuan yang di sebut Ratu genit.”
“Ya, kalau nggak salah, aku juga pernah mendengar nama itu, Ratu Genit. Kabarnya dia itu seorang perempuan yang sangat cantik, sehingga banyak pemuda desa yang memuja kecantikannya.”
“Benar, begitulah kata seluruh penduduk Desa pada kami.”
Ketika mereka berbicara, Seruni pun keluar bersama Tiara seraya membawa dua gelas teh hangat dan sepiring roti basah.
“O iya. Kenapa kamu jauh-jauh datang kesini Sutan. Ada urusan pentingkah yang membawa kaki mu melangkah ke gubuk reot ku ini?”
“Iya, kenapa kakak, tiba-tiba saja menghilang dari dunia persilatan?”
“Aku lelah menghadapi gejolak dunia persilatan itu Sutan, aku ingin hidup tenang bersama kedua putriku, jauh dari hiruk pikuknya dunia.”
“Apa hanya itu alasan Kakak, menghindar dari pertarungan yang selama ini selalu kita geluti?”
“Iya, Sutan. Apalagi, semenjak istriku meninggal dunia, aku merasa kerepotan mengurus Tiara, karena semenjak Ibunya pergi, musuh tak henti-hentinya menyambangi rumah ku, aku takut Tiara yang menjadi korban keganasan mereka nantinya.”
“Pilihan sangat tepat sekali.”
“Sementara kau, dimana kau menemukan putri ku tadi?”
“Di tengah hutan, aku melihat dia begitu asik menikmati ikan panggang hasil pencariannya.”
“Dia gadis baik dan pemberani Sutan.”
“Kenapa dia memakai cadar kak?”
“Aku sengaja memakaikan cadar di wajahnya, selain kain itu kami dapatkan di tempat aku pernah menemukan dirinya waktu itu, cadar itu juga berfungsi menutup sebagian wajahnya yang sangat cantik.”
“Benar dugaanku, ketika pertama kali aku melihatnya di pinggiran sungai, aku sudah menduga kalau wajahnya sangat cantik.”
“Kau ingin melihat wajahnya Sutan?”
“Kalau kakak mengizinkannya.”
“Tentu!” jawab Datuak Malelo seraya memanggil Seruni.
Ketika mendengar suara Ayahnya, Seruni langsung berlari menghampiri mereka berdua.”
“Ayah memanggil ku?”
“Iya sayang, paman Sutan mudo, ingin melihat wajahmu nak.”
Mendengar perintah Ayahnya, Seruni langsung melepas cadar miliknya. Saat melihat wajah Seruni, Sutan mudo langsung terpana tak berkedip, ketika itu Sutan mudo hanya bisa mengucapkan kata “Subhanallah,” secara berulang-ulang kali.
“Wajah putrimu sangat cantik Kak, Allah telah menganugerahkan rahmat yang tiada terkira.”
“Ya, untuk itulah, aku sengaja menutupi wajahnya dengan cadar, agar tak semua orang yang bisa melihat wajahnya itu, kecuali hanya orang-orang tertentu saja.”
Kalau kau sudah tahu, putrimu berwajah cantik, lalu kenapa kau melepasnya berkeliaran di tengah hutan belantara sendirian, bukankah itu akan memancing para pendekar aliran hitam untuk berniat jahat padanya.”
“Dia sudah kubekali seluruh ilmu ku sutan mudo, selain itu dia juga telah berguru pada Sekh Abdullah, guru besar Mustafa kamal dan kakak seperguruan kita, Rajo Batuah, kakak Hasanuddin.”
“Masya Allah! berarti ilmu putrimu lebih tinggi dari mu kak.”
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Dwi sonya
semangat
2024-03-06
0
Putra_Andalas
kaku amat nGomong nya...
2023-08-12
0
Dwi sonya
wah bikin mabuk kepayang dong
2023-07-16
0