“Datuk Malelo?”
“Iya, tuan. Apakah tuan mengenalnya?”
“Datuk Malelo adalah seorang pendekar sakti mandra guna. Datuk Malelo, juga seorang pendekar pilih tanding, yang sudah lama menghilang dari dunia persilatan. Ternyata dia masih hidup hingga sekarang,” desah syekh Abdullah pelan. Hmm..!”
“Dan aku adalah putri angkat Datuk Malelo, yang dia pungut di tengah hutan.”
Ketika mendengar nama Datuk Malelo, syekh Abdullah manggut-manggut, seraya tersenyum senang.
“Apakah tuan mengenalnya?”
“Ya,” jawab syekh Abdullah pelan.
“Kenapa tuan tersenyum?”
“Nggak ada apa-apa. baiklah, kalau begitu kamu ikutlah dengan ku."
“Baik tuan.”
Maka, semenjak saat itu, Seruni tinggal di pesantren milik syekh Abdullah. Di pondok pesantren tersebut Seruni di tempa dengan berbagai macam ilmu kesaktian, yang tiada tandingannya.
Setelah satu tahun belajar di sana, Seruni di antar ke seorang guru yang bernama kyai Mustofa kamal. Ditangan kyai Mustofa, seruni di jadikan seorang Muslimah sejati.
Di samping cadar yang selalu di kenakannya, Seruni juga memakai pakaian seorang Muslimah. Melihat perilaku Seruni yang baik dan memiliki hati bersih. Kyai Mustofa kamal, menurunkan seluruh ilmu kesaktiannya kepada Seruni.
Dua tahun Seruni belajar bersama kyai Mustofa, lalu Seruni di izinkan menimba ilmu pengalaman di alam terbuka, untuk menambah wawasan dan pengalaman yang belum dia dapat, selama belajar di Padepokan Cendana.
Dalam pengembaraannya, Seruni banyak sekali menemui rintangan. Terutama sekali dari aliran hitam, salah satunya adalah pendekar berjubah hitam.
Saat itu Seruni telah berusia sebelas tahun. Tubuhnya yang indah selalu membuat para golongan hitam tertarik padanya.
“Hm..hm..hm! perempuan bercadar, rasanya sudah lama aku nggak pernah melihat gadis montok yang memakai cadar."
Ketika pria itu menghampirinya, Seruni terlihat tenang dan biasa-biasa saja. Tak ada pergerakan yang mesti di waspadai oleh pendekar jubah hitam. Namun ketika pria itu hendak menyentuh cadar yang menutupi wajah Seruni, tangan pria itu langsung di tepis.
“Ah! Sakit sekali!” teriak pendekar jubah hitam seraya memegang tangannya yang kesakitan.
“Apa mau mu?” tanya Seruni dengan suara pelan.
“Aku ingin menjajal ilmu kesaktian yang kau miliki.”
“Apa manfaatnya bagi ku, kalau aku melayani nafsu angkara mu itu.”
“Kau bisa tidur dengan puas semalam penuh bersama ku.”
“Begitu mudah kah, untuk melakukan semua itu?”
“Tentu…! hiaaat…!” teriak pendekar jubah hitam seraya menyerang Seruni yang masih tampak santai dan tenang.
Dengan semangat yang membara, pendekar jubah hitam terus saja melancarkan serangan yang bertubi-tubi kearah Seruni.
Mesti demikian Seruni tetap tenang dalam menerima serangan yang di tujukan kepadanya. Melihat hal itu, pendekar berjubah hitam semakin emosi.
Darahnya langsung mendidih, karena setiap serangannya tak mendapatkan perlawanan yang berarti.
Pendekar berjubah hitam merasa dirinya di permainkan, sebab Seruni lebih banyak menangkis serangan darinya, ketimbang melancarkan serangan yang jitu.
“Kurang ajar..! kau mempermainkan aku rupanya bocah!” seru pendekar berjubah hitam kesal.
“Aku nggak mempermainkan mu, aku hanya tak ingin berurusan dengan mu. Kalau aku mau, aku bisa menghentikan pertengkaran ini sekarang juga.”
“Nggak perlu, aku belum puas bermain-main dengan mu,” jawab pendekar jubah hitam.
“Boleh saja, aku akan siap meladeni mu,” jawab Seruni dengan suara yang lembut.
“Hiaaat…!”
“Haiit.”
“Hiaaat…!
“steep…!”
“Serang aku bocah, jangan seperti angsa yang ketakutan melihat orang membawa parang!”
“O ya, baiklah, aku akan memberi satu pukulan untuk mu,” jawab Seruni seraya secepat kilat langsung menyerang pendekar berjubah hitam.
Di luar dugaan pendekar berjubah hitam, kalau serangan yang di lancarkan Seruni ternyata tepat mengenai jantungnya, serangan yang datang secara tiba-tiba itu, telah membuat pendekar berjubah hitam terhuyung kebelakang.
Nyalinya yang merasa kuat dan hebat langsung ciut seketika, saat itu jantungnya terasa berhenti berdetak, pandangan matanya pun berangsur memudar dan gelap.
Di saat itu, Seruni masih mengampuninya dan menolong pendekar jubah hitam, hingga jantungnya dapat memompa dengan stabil kembali.
Mesti Seruni telah menolong pendekar itu, namun dia masih menotok aliran darah pendekar tersebut.
“Kalau kau bisa, coba lepaskan totokan ku itu, tapi ingat jika kau salah, maka nyawamu sendiri yang akan melayang.”
“Apa maksud mu!”
“Tadi aku telah mengembalikan kondisi tubuh mu hingga fit kembali, atau mungkin, aku akan menghentikan aliran darah mu!”
“Jumawa kau gadis kecil.”
“Baiklah, saat ini aliran darah mu menuju jantung sedang ku totok, kalau kau mampu melepaskannya, berarti aku mengakui kehebatan mu. Tapi ingat, kalau kau salah melepasnya, maka nyawamu sendiri yang akan menjadi taruhannya."
Saat itu juga, tubuh pendekar berjubah berubah membiru, dia pun terkulai lemah tak mampu bergerak.
“Aaaaw…! kurang ajar, kau sengaja bermain-main dengan ku bocah!” teriak pendekar berjubah hitam seraya menahan rasa sakit.
“Bagai mana, apakah kau ingin aku membunuh mu juga, pendekar?” tanya Seruni seraya menekan kepala pendekar jubah hitam.
“Nggak, nggak! aku menyerah, ku akui kau hebat bocah!” ucap pendekar itu.
“Nggak, sebenarnya aku nggak ada apa-apanya, bila di bandingkan dengan mu. aku yakin kau pasti pendekar sakti yang telah kesohor di seluruh persada bumi ini. untuk itu aku akan pergi meninggalkanmu dan aku juga telah memaafkan kesalahanmu,” ujar Seruni seraya melesat meninggalkan pendekar tersebut.
“Waah, kacau! Kalau dia pergi lalu siapa yang akan melepaskan totokan ini?” tanya pendekar jubah hitam pada dirinya sendiri.
Di saat dia berfikir, tiba-tiba saja pendekar berjubah hitam mendengar seruan seseorang, dengan menggunakan ilmu kesaktian tingkat tinggi.
“Kau nggak usah cemas pendekar, totokan itu akan terlepas sendiri, setelah setengah jam kedepan. Kau tekukkan saja kepala mu, maka tubuhmu akan segar kembali. Tapi ingat! Sekali lagi kau berbuat kurang ajar pada ku, maka kau tak akan ku ampuni.”
Seperti para pendekar ilmu hitam lainnya, hal serupa juga di alami oleh pendekar berjubah hitam. Setelah setengah jam kemudian, dia langsung menekukkan kepalanya seperti perintah Seruni kepadanya.
Benar saja, ketika kepala pendekar itu di tekukkan ke bawah, maka seketika itu juga tubuh pendekar berjubah kembali membaik seperti semula.
“Waah..! ternyata bocah itu luar biasa, aku nggak nyangka, ilmunya setinggi itu, dia bahkan tak menggerakkan tangannya sedikit pun ketika menotok ku.”
Sebenarnya Seruni menotok tubuh pendekar berjubah dengan menggunakan tangannya, tapi karena gerakan Seruni begitu cepat, pendekar berjubah tak melihat hal itu sama sekali.
Seruni pun melanjutkan perjalanannya, dia terus saja melangkah mengikuti kata hatinya. Hingga siang pun menutup malam yang hampir sirna.
Di kaki bukit sebelah selatan gunung Pasaman, seruni berpapasan dengan seorang kakek tua yang sangat dekil dan berbau busuk. Sekujur tubuh si kakek penuh korengan dan mengeluarkan nanah yang berbau amis.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Adronitis
lanjut terus thor
2023-07-27
0
Dwi sonya
lanjut
2023-07-13
0
AbyGail
Mantap
2023-03-25
0