Berkali-kali pria itu terdesak, namun dia tetap berusaha untuk menyerang Datuk Malelo. begitu juga dengan Datuak Malelo. Hal itu terjadi, mungkin karena keduanya telah di makan usia, sehingga kekuatan merekapun semakin melemah.
Setelah mereka sama-sama di dera oleh rasa lelah dan letih, tiba-tiba saja pria itu tampak kembali bersemangat. Lalu dia menyerang Datuk Malelo dengan membabi buta. Sehingga Datuak Malelo terdesak serta kewalahan.
Melihat Ayahnya terdesak, Seruni langsung menyerang Datuak Basa. Serangannya, tepat mengenai dada Datuk Basa. Sehingga pria tua yang bertubuh besar itupun langsung terpental dan terjungkal kebelakang hingga beberapa depa.
Datuak Basa pun ambruk ketanah, tapi saat itu dia masih bisa bicara dan mengucapkan kata sumpah serapah pada Seruni.
“Kurang ajar..! siapa yang telah membokong ku dari belakang, sungguh picik dan tak satria,” teriak Datuak Basa saat itu.
Di saat itu, semua mata langsung tertuju pada Seruni yang berdiri tegak di sudut pertarungan. Mesti Seruni telah terang-terangan menyerang Datuak Basa, namun dia terlihat begitu tenang dan biasa-biasa saja.
Karena Datuak Basa, tahu kalau orang yang menyerangnya adalah putri Datuak Malelo, dia pun mencoba untuk bangkit dan berusaha untuk menyerang Seruni dengan sisa tenaga yang masih tertinggal.
Mesti demikian, Seruni tidak tinggal diam, serangan kedua kembali di lancarkannya, sehingga Datuak Basa kembali terjungkal. Namun di saat itu terjadi keanehan pada Datuak Basa, tubuhnya yang telah jatuh ketanah tiba-tiba mengambang ke udara.
“Hah..! ada apa ini?” tanya Datuak Basa heran.
Disaat masih terkejut, lalu tubuh pria tua itu langsung ambruk ke bumi. Datuak Basa pun menyeringai menahan rasa sakit, sembari memegangi dadanya yang tampak membiru.
“Aduuh..! sakit sekali,” ujar Pria tua itu, seraya berusaha untuk berdiri.
“Hentikan Seruni! Ayah mohon padamu.”
Mendengar perintah Ayahnya, Seruni langsung berhenti menyerang Datuak Basa yang saat itu mengeluarkan darah dari mulutnya.
“Kau memang laki-laki pengecut Malelo. Kau ajarkan anak mu ilmu lentik jemari, agar kau bisa memanfaatkannya untuk balas dendam.”
“Maafkan anak ku Datuak Basa. Dia masih kecil dan belum tahu apa-apa. semua ini bisa ku jelaskan pada mu.”
“Nggak perlu, dasar ular!” ujar Datuak Basa, seraya melangkahkan kakinya dengan terseot-seot.
“Tunggu Datuak! biar ku obati luka dalam mu!” seru Datuak Malelo, ketika melihat Datuak Basa hendak pergi meninggalkan dirinya.
Mesti demikian, Datuak Basa tetap berlalu, tanpa mengindahkan ucapan Datuak Malelo. hatinya begitu kesal sekali, api amarah yang membara di dadanya semakin bergejolak, ingin membakar hati, keluarga Datuak Malelo yang tersohor itu.
“Awas kau Datuak Malelo, sampai mati pun, aku tak akan memaafkanmu. Akan kubalas semua ini, sampai tujuh keturunanpun, tak akan kubiarkan kalian hidup dengan tenang,” gerutu Datuak Basa, seraya terus berjalan menyusuri hutan yang begitu lebat.
Di sepanjang perjalanannya Datuak Basa terus menggerutu kesal seraya meringis menahan rasa sakit di bagian dadanya. Mesti menahan rasa sakit, namun Datuak Basa terus saja berjalan hingga dia pun ambruk ke bumi tak sadarkan diri.
Bertepatan saat itu, Sutan Mudo, adik seperguruan Datuak Malelo, melintas di daerah itu. Ilmu peringan tubuh yang di milikinya cukup sempurna, sehingga bayangannya pun sulit untuk di kenali.
Saat itu Sutan mudo sangat terkejut ketika melihat Datuak Basa terkapar tak sadarkan diri di tengah hutan dengan tubuh membiru. Sutan mudo langsung berhenti dan menghampiri Datuak Basa yang sudah tak sadarkan diri.
“Ya ampun! siapa gerangan yang telah melakukan ini semua padanya?” tanya Sutan Mudo pada dirinya sendiri.
Lalu Sutan mudo langsung memeriksa kondisi tubuh Datuak Basa, yang sudah membiru itu. Dengan pelan, Sutan mudo memeriksa nadi Datuak Basa.”
“Hm…! ternyata dia masih hidup,” gumam Sutan mudo pelan.
Setelah di periksa oleh Sutan mudo dengan teliti, barulah dia sadar, kalau Datuak Basa terkena ajian yang sangat mematikan di kalangan dunia persilatan.
“Hm..! ternyata dia terkena ilmu lentik jemari. Tapi siapa yang telah melakukannya, bukankah ilmu lentik jemari hanya dimiliki oleh Datuak Malelo? ya Allah, apakah Datuak Malelo masih hidup?”
Setelah di pikirkannya, lalu Sutan mudo memutuskan untuk mengantar Datuak Basa pulang kerumahnya. Setelah Datuak Basa tiba dirumahnya, Sutan mudo langsung mengetuk pintu dari luar.
Siti yang mendegar pintu diketuk beberapa kali dari luar, diapun bergegas untuk menghampirinya, setelah pintu di buka, Siti tak merasa terkejut sama sekali dengan kedatangan Sutan mudo kerumahnya.
“Ayahmu kutemukan di tengah hutan, tergeletak pingsan dengan tubuh membiru,” ujar Sutan mudo dengan suara pelan.
“Bawa dia masuk tuan, dan baringkan dia di atas dipan itu,” jawab Siti dengan tenang.
“Lalu apa yang kau lakukan untuk menyembuhkan penyakit Ayah mu ini?”
“Nanti akan ku panggilkan tabib untuknya, tuan nggak usah khuatir, karena Ayah ku suka mencari masalah dan dia selalu pulang kerumah dengan tubuh terluka.”
“Apa maksud dari ucapan mu itu nak?” tanya Sutan mudo tak mengerti.
“Ayah ku selalu saja berbuat onar, dia suka mencari masalah, yang akhirnya akan mencelakai dirinya sendiri.”
“Ooo, begitu ya! kalau begitu saya pamit dulu nak, karena ada urusan yang harus saya selesaikan di tempat lain.”
“Baiklah, terimakasih banyak. Karena tuan telah berbaik hati mengantarkan Ayah ku pulang kerumah.”
“Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu.”
“Iya, tuan,” jawab Siti seraya mengiringi Sutan mudo keluar dari rumahnya.
Setelah berpamitan, Sutan mudo langsung berangkat meninggalkan rumah kediaman Datuak Basa. Dengan gerakan yang begitu gesit dan lincah, Sutan mudo terus berlari meliuk-liuk di antara pepohonan besar.
“Hm..! tenyata begitu sulit, untuk menentukan kearah mana Datuak Malelo tinggal, karena hutan ini begitu asing sekali bagiku,” gumam Sutan mudo saat itu.
Mesti demikian, Sutan mudo tak putus asa, dia terus saja berkeliling mengitari hutan itu dengan ilmu yang di milikinya.
Tak terasa, matahari telah berada tepat di ubun-ubun. Pertanda hari telah menunjukan pukul dua belas siang.
Sutan mudo beristirahat sejenak di pinggiran sebuah sungai. Air sungai yang mengalir dengan deras, membuat Sutan mudo begitu sulit untuk mendapatkan ikan, sebagai santapannya siang itu.
Tidak begitu jauh, dari tempat dia duduk, Sutan mudo melihat seorang gadis dengan memakai cadar, sedang asik menikmati panggang ikan hasil tangkapannya. Sutan mudo pun datang menghampirinya.
“Bisa, aku minta sedikit ikannya gadis manis!” kata Sutan mudo pelan.
“Ooo, tentu, silahkan tuan ambil sesuka tuan,” jawab Seruni seraya menyuguhkan ikan yang ada di hadapannya kepada Sutan mudo.
“Terimakasih, tapi..!”
“Tapi apa? tuan nggak suka?”
“Ooo, suka, suka sekali. Tapi ikannya tinggal satu ekor lagi.”
“Tenang tuan, di dalam sungai ini, masih banyak ikan-ikan yang dagingnya sangat lezat sekali,” jawab Seruni seraya terus menyantap ikan bakar yang ada ditangannya.
“O ya, emangnya kamu tinggal dimana, ngapain di tengah hutan sendirian?”
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
RM Gratis Baubau
mantap
2023-08-13
1
Dwi sonya
kasihan sekali
2023-07-16
0
Elisabeth Dalopes
bagus bangat
2023-04-05
1