“Hmm..! pasti si kakek tua itu yang di maksudkan Ibu- ibu ini, sebaiknya aku berjualan kayu bakar di sini aja, sambil mendengarkan informasi tentang si Kakek itu,” desah Seruni seraya menjajakan kayu bakar miliknya.
“Maaf nak, kamu orang baru ya?” tanya salah seorang ibu penjual sayur tersebut.
“Oh, iya Bu. saya orang baru disini.”
“Kamu tinggalnya dimana nak?”
“Saya tinggal di hutan Bu, bersama seorang Kakek tua yang memiliki luka korengan di sekujur tubuhnya."
“Apa! kau tinggal bersama Kakek berpenyakitan itu?” tanya Ibu tersebut tak percaya.
“Benar, emangnya kenapa Bu?” jawab Seruni balik bertanya.
“Kakek itu punya penyakit kutukan dan tak seorang pun yang dapat menyembuhkannya. Kamu tau kenapa?”
“Nggak!” jawab Seruni singkat.
“Itu karena si Kakek menganut ilmu sesat. Dengan menjadikan gadis sebayamu sebagai tumbalnya. Sebaiknya kamu pergi secepatnya dari rumah si Kakek itu, kalau nggak, kau pasti akan di jadikan korban berikutnya.”
“Ibu tau dari mana, kalau Kakek itu menganut ilmu hitam?”
“Dari orang-orang yang berada di sekitar si Kakek itu nak.”
“Mereka itu berbohong Bu, Kakek itu nggak menganut ilmu apa pun.
Sebenarnya si Kakek itu sedang sakit, karena keluarganya, nggak perduli pada Kakek nya sendiri.”
“Kamu kok nggak percaya sih.”
“Aku nggak mudah percaya sama omongan orang lain Bu, tapi aku lebih percaya pada kenyataan yang ku lihat sendiri.”
“Ibu serius nak, buat apa Ibu berbohong!” tegas Ibu tersebut.
Mendengar ucapan dari si Ibu itu, Seruni hampir saja tergoda, namun dia cepat-cepat menguasai diri, agar tidak berburuk sangka pada apa yang belum pasti.
“Hm..! sebaiknya ku selidiki dulu kebenaran ucapan Ibu ini. tapi apa iya, Kakek itu penganut ilmu hitam?” tanya Seruni pada dirinya sendiri.
Tak ingin memikirkan hal yang bukan-bukan, Seruni langsung menjajakan kayu bakar miliknya. Setelah semua kayunya habis, Seruni langsung membelikan nasi bungkus untuk si Kakek. Lalu dia pun bergegas pulang kerumah.
“Kek, Kakek! Aku udah pulang!” ujar Seruni seraya berlari menghampiri pohon kayu tempat tinggal si Kakek.
“Kamu udah pulang nak?”
“Iya, kek. Aku bawa makanan untuk Kakek.”
“Kau dapat uang dari mana membeli makanan ini nak?” tanya Kakek ingin tahu.
“Aku menjual kayu bakar, untuk membelikan Kakek makanan.”
“Kau baik sekali nak, padahal semua orang membenci Kakek, tapi kenapa kau justru mengobati Kakek yang sudah hampir mati ini.”
“Ssst..! Kakek nggak boleh ngomong begitu, karena maut, jodoh dan rezeki semuanya telah di atur oleh Allah.”
“Kau benar nak.”
“Aku melakukan semua ini, karena Kakek orang lemah yang harus di bantu, jika pun bukan Kakek orangnya, aku juga pasti bantu kok. Lagian, aku melakukan semua ini dengan ikhlas Kek.”
“Terimakasih, nak,” ucap si Kakek pelan.
“Sama-sama kek. Ya sudah, makanlah nasi ini, agar perut Kakek bisa sedikit terisi dan setelah itu kita lanjutkan pengobatannya.”
“Baik nak. tapi apa kamu udah makan?”
“Udah kek, aku udah makan tadi.”
Mendengar jawaban dari Seruni, Kakek itupun langsung melahap makanan yang berada di hadapannya. Seruni yang memandanginya merasa tak percaya dengan si Kakek yang katanya menganut ilmu hitam.
Tak terasa, sudah hampir satu tahun, Seruni tinggal bersama si Kakek. Siang itu, tak sengaja air mata Seruni, langsung menetes membasahi kedua pipinya. Hati Seruni begitu iba melihat kondisi kakek yang memprihatinkan itu.
“Jika saja Kakek ini nggak bertemu dengan aku, apa jadinya dia ya?” gumam Seruni pelan.
Saat Seruni terus memandangi si Kakek. Pria tua itupun menatap wajah Seruni dengan penuh tanda tanya.
“Kamu kenapa nak?”
“Kek, nggak terasa, sudah hampir satu tahun aku bersama Kakek, hidup di hutan ini, luka di tubuh kakek pun sudah sembuh. Aku berniat akan mengantar kakek kerumah, biar kakek bisa bertemu dengan keluarga kakek lagi.”
“Nggak! Kakek nggak mau pulang kerumah itu!”
“Kenapa Kek? Kenapa Kakek nggak mau pulang?”
“Mereka semua telah mengusir Kakek nak, bukan hanya orang kampung saja yang mengusir, tapi anak dan cucu Kakek, juga ikut melakukan hal itu. Mereka bahkan menyeret paksa Kakek, seperti hewan.”
“Kenapa mereka melakukan semua itu Kek?”
“Mereka menuduh Kakek menganut ilmu hitam, sehingga Kakek mendapat kutukan. Karena selalu mencari tumbal manusia. Padahal Kakek udah bersumpah di hadapan semua orang, namun mereka tak ada yang mempercayai ucapan Kakek,” ujar Kakek dengan deraian air mata.
“Aku percaya kok, dengan ucapan Kakek.”
“Benarkah nak?”
“Iya, Kek. Kalau aku nggak percaya, nggak akan mungkin Kakek ku obati sampai sembuh.”
“O iya nak. Kakek punya sesuatu untuk mu.”
“Apa itu Kek?” tanya Seruni ingin tahu.
“Ini, Kakek punya sebuah kitab sakti. Jika kau mempelajari buku ini dengan serius, kamu bisa menghilang dan berada di mana saja yang kamu suka.”
“Benarkah itu Kek?”
“Benar nak.”
“Wah, aku nggak nyangka sama sekali, ternyata Kakek punya buka sakti.”
“Ya, tapi ingat, kamu nggak boleh sombong nak.”
“Iya, Kek. Nasehat dari Kakek selalu aku ingat. Tapi, kenapa Kakek nggak mempelajari ilmu yang ada di dalam buku itu?”
“Udah nak. Semua ilmu yang ada di buku itu udah Kakek pelajari, selain itu, Kakek juga ingin menurunkan kepada mu, sebagian dari ilmu yang kakek miliki.”
“Jadi, kakek juga seorang pendekar?”
“Iya nak, Kakek juga seperguruan dengan Ayah mu, Datuk Malelo.”
“Hah..! jadi Kakek kenal dengan Ayah ku?”
“Iya nak.”
“Kakek tahu dari mana, kalau Datuk Malelo itu Ayah ku?”
“Dari jurus yang kau pergunakan, saat pertama kali kau menolong Kakek. Ketika hendak menyeberangi jembatan waktu itu.”
Mendengar jawaban dari si Kakek, hati Seruni sangat senang sekali, karena dia menemukan seorang guru yang masih seperguruan dengan Ayahnya.
Tak berapa lama kemudian, Seruni pun menerima beberapa Ilmu dasar yang diturunkan kakek. Latihan demi latihan di lakukan Seruni dengan bersungguh-sungguh. Sehingga Seruni dengan mudah dapat menguasai ilmu yang di ajarkan kepadanya.
Tak menghabiskan waktu bertahun, Seruni telah menguasai seluruh ilmu milik Kakek dengan sempurna.
“Nah, sekarang kamu telah menguasai semuanya. Kakek menjadi senang sekali. Jika kamu ingin pergi mencari kedua orang tua kandung mu, pergilah. Semoga saja mereka masih hidup.”
“Lalu bagai mana dengan Kakek?”
“Kakek nggak apa-apa, biarlah untuk sementara, Kakek tinggal disini saja.”
“Gimana kalau Kakek tinggal bersama Ayah?”
“Nggak usah! Kakek nggak mau merepotkan orang lain.”
“Kalau begitu, ikutlah dengan ku Kek. Jika ada tempat yang layak nantinya untuk Kakek, maka akan aku tinggal Kakek di sana.”
“Benarkah begitu?”
“Iya Kek, aku nggak tega meninggalkan Kakek, di tengah hutan ini sendirian.”
“Baiklah Seruni, bawalah Kakek bersama mu,” jawab si Kakek dengan senangnya.
“Nah begitu dong, mari berangkat!” ajak Seruni seraya memegang tangan Kakek tua itu.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Adronitis
semangat
2023-07-27
0
Dwi sonya
semoga jangan kembali ke hutan
2023-07-16
0
AbyGail
👍👍👍
2023-03-25
0