"Kamu membohongi ku atas sakitnya Alief, Ajeng. Apa maksud kamu?" Adrian memarahi Ajeng setelah sampai dirumah sakit.
Mereka berada di lorong ruangan vip Alief.
Datang kerumah sakit lebih cepat, Adrian langsung mendatangi dokter yang menangani Alief, tanpa Ajeng duga, jika Adrian akan bertanya langsung lebih dulu pada dokter.
"Alief hanya batuk dan flu biasa, kamu bilang sakit paru-paru? Nggak waras kamu, bisa-bisanya kamu mendoakan anak kamu sendiri sakit parah."
Ajeng terpojok, ia ketahuan berbohong, tapi otaknya cepat menemukan alasan yang tepat.
"Itu semua karena kamu mulai melupakan kami, Adrian. Sudah seminggu lebih kamu nggak pernah menanyakan keadaan Alief, Alief butuh sosok ayah yang dia mau." Tegas Ajeng beralasan.
"Maka dari itu kamu beri pengertian padanya kalau aku bukan ayahnya. Jika kamu tidak mau menikah, setidaknya kamu bisa menjelaskan padanya untuk tidak bergantung pada ku."
Ajeng tidak terima.
"Kalau pada akhirnya aku tahu kamu tidak ingin menikahi ku, dan tidak mau jadi ayah sambung untuk Alief. Kenapa kamu menyelamatkan ku? Kamu tahu betapa tersiksanya punya anak dari hasil pemerkosaan, Adrian? Aku tersiksa, dulu aku ingin menggugurkanya, tapi kenapa dulu kamu melarang aku melakukanya, Adrian. Padahal anak dari hasil pemerkosaan itu halal untuk digugurkan."
Dulu, saat tahu hamil, Ajeng memang sempat diam-diam ingin menggugurkan anaknya, tetapi gagal. Dan Adrian yang sejak awal, bersama kakaknya melarang Ajeng melakukan itu, itu memang salah Adrian, Adrian menyesalinya, sebab Adrian melakukan itu, dia dalam keadaan kesal dan benci atas kehadiran Sabillah dalam hidupnya.
"Cukup Ajeng, jangan melebihi batas," bentak Adrian memberikan tatapan membunuhnya, "aku mencukupi segala kebutuhan kamu meski aku tidak menjadi ayah untuk Alief. Tapi jika kamu tidak ingin mengurus Alief, aku yang akan mengurusnya." Tawar Adrian memberi pilihan.
Tidak! Ajeng tidak kau kehilangan Alief. Alief merupakan edsense baginya, jika Alief bersama Adrian, hilang semua sumber keuanganya. Selama tujuh tahun Ajeng terbiasa dengan nafkah lima puluh juta dari Adrian tanpa harus bersusah payah bekerja.
"Pergilah ke dokter yang sudah aku siapkan jika kamu merasa sakit, jangan mengganggu hidup ku."
Adrian meninggalkan Ajeng yang diam ditempat, menemui Alief yang belum sempat ia jenguk. Ajeng membiarkan itu, dia akan mengalah untuk kali ini, tapi dia akan mencari cara lagi untuk menjerat Adrian dalam hidupnya, dan tak akan meninggalkanya lagi untuk selamanya. Sabillah lah penyebab Adrian berubah padanya, dari awal memang Sabill merebut kebahagiaan yang ia miliki hingga ia dan Adrian terpisahkan.
* * *
"Sudah kamu atur semua pertemuan kita dengan para investor yang akan menarik dana mereka dari perusahaan Sofyan, Arthur?"
Pulang ke Jakarta bukan hanya untuk menemui Ajeng, tapi Adrian juga menemui para koleganya sebab membatalkan begitu saja tentang kepenarikan dana dari perusahaan perbankan milik Sofyan. Adrian akan mengganti kerugian atas pembatalanya secara mendadak itu, dia akan menanggung semuanya, dan meminta mereka untuk tetap menjadi investor di perusahaan Sofyan.
"Sudah tuan," jawab Arthut membukakan pintu mobil untuk Adrian. "Dan mereka sepertinya tidak keberatan atas pembatalan itu, mereka tidak meminta ganti rugi."
"Aku sudah menduga itu, dan kalaupun mereka meminta ganti rugi, aki sudah menyiapkanya."
Perusahaan Adrian begitu kuat dan berpengaruh, hingga semua orang tunduk denganya. Adrian pandai bicara, apapun yang ia katakan bisa memengaruhi pikiran orang lain, itulah kelebihan yang dimiliki Adrian.
Arthur pun salut akan kecerdasan laki-laki itu dalam melobi, mulutnya begitu mengandung madu.
Seperti tak ada lelahnya, malam hari setelah semua urusannya di ibu kota selesai, Adrian langsung kembali ke kota dimana Sabillah tinggal, dia harus terus memantau keadaan Sabillah, tak ingin Jimmy terus mendekati Sabillah.
Ajeng mengetahui jika Adrian kembali ke Kalimantan dari pembantu di rumah Adrian bertambah semakin kesal, apa begitu penting anak perusahaan disana, hingga meninggalkan kantor pusat begitu lama?
"Ada apa disana, sampai dia betah berminggu-minggu disana? Bukanya dia tidak mau meninggalkan rumahnya bersama mantan istrinya itu terlalu lama?" Ajeng curiga.
* * *
"Jimy semakin gencar menunjukkan perhatiannya pada Sabillah, Tuan. Pagi ini dia datang membawakan mainan untuk anak laki-laki Sabillah." Arthur memberi tahu Adrian.
"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan kan? Buat dia sesibuk mungkin agar tidak ada waktu untuk menemui Sabill," sahut Adrian mengancingkan lengan tangan kemejanya, lalu memakai jas.
"Apa Sabill belum ada keluar rumah juga?"
"Belum ada, Tuan."
Adrian menarik nafas, sudah terhitung tujuh hari setelah kepergian Arjuna, tapi Sabill masih mengur
"Cari tahu kapan perkiraan dia hamil, dan rumah sakit mana dia biasa periksa kehamilan." Perintahnya keluar dari kamar hotel. Adrian memang masih menginap di hotel, sebab tujuan utama Adrian kesini untuk menghindari Ajeng, namun akhirnya itu mempertemukanya dengan Sabillah, dan kini harus bertahan disini setelah kepergian Arjuna. Adrian tak tega meninggalkan Sabillah sendiri, jika bisa, ia ingin memeluk dan menghibur Sabillah.
Sudah terhitung tujuh hari setelah kepergian Arjuna, tapi Sabill masih mengurung dirinya dikamar, Sabillah seperti tak ada gairah hidup, mukanya pucat, tubuhnya layu. Kini dirumah itu tinggal pak Sofyan dan Sintya yang menemaninya, kerabat Arjuna sudah kembali kerumah masing-masing.
"Sayang, hari ini jadwal periksa kehamilan kamu, bukan? Kita kerumah sakit yuk, kasihan anak didalam perut kamu, dia butuh perhatian dari kamu juga," Sintya menghampiri Sabillah di kamar anak-anaknya, Sabillah belum berani masuk ke kamarnya.
"Iya, Ma. Nanti agak siangan, Sabill sudah membuat janji sama dokternya." Sintya tersenyum. Senang Sabillah sudah ada perubahan, tak terlalu murung seperti kemarin-kemarin.
"Ma, Sabill merasa ada yang aneh dari berita yang Sabill baca," Sabillah menunjukkan ponsel ditangannya pada Sintya, sebuah vortal berita online di daerahnya.
"Apa maksudnya, Sayang?" Sintya mengambil ponsel Sabillah, tak mengerti apa yang dimaksud Sabillah.
"Setahu Sabillah, dua malam sebelum kepergian mas Arjuna, mas Arjuna bilang mau menangkap bandar besar di pelabuhan, tapi kenapa diberita Sabill lihat bukan tim mas Arjuna ya?"
Untungnya Arjuna sering menunjukkan foto-foto timnya pada Sabillah, jadi Sabillah sedikit tahu wajah-wajah tim suaminya.
"Jadi maksud kamu?"
"Sabill ingin mencari suatu kebenarannya, Ma. Sabill harus menemui teman mas Arjuna satu-persatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
aaccch ketauan sudah kelicikan Ajeng kan??? makanya mama nya Ardian menjodohkan dgn Sabila
2024-05-31
0
Femmy Femmy
ohhh Ajeng modus mempergunakan Alief hanya mau dinafkahi sama Adrian🤦
2024-04-09
0
Neneng Wingke S.
kenapa up nya lm bngt Thor😔
2023-05-22
0